"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nyaris terlambat
"Sky, gimana dong.... gimana." Yola saking paniknya sampai kebingungan.
"Tenang aja, gue udah panggil ambulance." Sky mendekat, berusaha menenangkan.
Sky menarik Langit agar duduk, Yola juga ikut menopang punggung Langit. Badan Langit sudah terasa dingin, bahkan tarikan nafasnya sudah sangat pendek sekali.
"Heh bangun brengsek." Sky mencengkeram dagu Langit, tapi tidak ada respon sama sekali.
"Kenapa mata dia ngga ketutup kaya gitu?!! Dia masih hidup kan?." Yola sudah kepikiran yang tidak-tidak.
"Masih hidup kok." Sky masih melihat tarikan nafas pendek Langit.
Tidak lama kemudian Ambulance datang, Langit segera mendapatkan pertolongan pertama, yaitu bantuan oksigen dan segera dibawa ke rumah sakit.
Yola dan Sky mengikuti ambulance dari belakang menggunakan mobil pribadi. Yola sudah sangat kacau sekali, firasatnya sejak siang tadi memang tidak salah.
"Harusnya gue pulang aja sejak tadi siang, ini salah gue Sky." Yola menangis.
"Bukan salah siapa-siapa, lagian kenapa dia berantem padahal tau penyakitan." Sky masih saja kesal.
"Kita kan nggatau alesan dia berantem, katanya kamu mau bantu aku jadi orangtua. Emang orangtua kalo anaknya sakit itu di olok begini? kamu jahat banget tau ngga Sky, dia cuma punya kita." Yola menangis deras, dulu dia juga sebatang kara dan hidup di kost petak.
Dia yang dulu sehat saja merasa cukup kesulitan saat menjalani hidup sendirian di dunia, apalagi Langit yang memiliki penyakit parah. Yola semakin merasa tidak karuan, simpatinya sudah level max.
Sky jadi merasa bersalah, dia langsung diam dan fokus menyetir. Dia lupa jika yang membenci Langit hanya dirinya, dia harus sedikit menurunkan egonya untuk hari ini.
Sampai di Rumah Sakit, Langit langsung dibawa ke IGD. Yola dan Sky mengurus administrasi, Yola menunggu dengan gelisah di kursi tunggu.
"Wali dari Pasien Langit Cakra Bumi." Panggil Dokter.
"Saya." Yola langsung berdiri.
"Pasien berada dalam masa kritis, saat ini luka pukulan di dada ditambah penyakit asma yang sudah parah membuat pasien dalam kondisi gawat. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, kondisi pasien sudah mulai membaik tapi belum sembuh total. Kami menyarankan agar segera mencari pendonor dan melakukan transplantasi paru-paru." Ucap Dokter memberitahu.
"Lalu bagaimana keadaannya saat ini?." Tanya Yola.
"Saat ini pasien sudah berangsur membaik, tapi tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat. Pasien tidak akan bisa sembuh jika tidak melakukan transplantasi, mencari pendonor yang cocok juga tidak mudah." Ucap Dokter.
Mendengar itu Yola merasa kakinya lemas, dia tau kondisi Langit memang di deskripsikan sangat parah. Tapi tidak menyangka akan separah ini, Yola bahkan kesulitan menopang badannya sendiri.
Sky menahan tubuh Yola yang nyaris limbung, Dokter memberitahu ruangan rawat Langit dan pergi setelahnya. Sky memapah Yola menuju ruang rawat Langit saat ini.
Sampai di sana air mata Yola sudah tidak terbendung lagi, bahkan bantuan oksigen yang membantu pernafasan Langit sangat besar dan banyak kabel dimana-mana.
Yola duduk di kursi samping ranjang, Sky menemani di sebelahnya. Merasa cukup bersimpati dengan kondisi menyedihkan Langit saat ini, padahal tadi pagi Langit masih bisa berdiri dan bicara tapi sekarang sudah terbaring lemah tak berdaya.
"Sky... boleh gue minta tolong?." Bisik Yola.
"Ya." Sky mengangguk.
"Cari tau alasan Langit berantem hari ini, gue pengen tau kronologinya." Lirih Yola.
"Ya, tenang aja." Sky mengelus punggung Yola.
"Apa gue se payah ini jadi orang tua Sky?." Yola menangis lagi.
"Ngga, lo udah berusaha yang terbaik. Semuanya akan baik-baik saja, gue bakal selalu nemenin lo kok." Sky mengecup kening Yola.
Yola memangguk, merasa berterimakasih pada Sky yang membantunya. Yola menggenggam erat tangan Sky, lalu tangan yang lain menyentuh tangan Langit yang penuh alat medis dengan hati-hati.
"Lihat tangannya, rapuh banget ya." Ujar Yola, suaranya serak, karena terlalu banyak menangis.
"Lo se sayang itu sama dia?." Sky berjongkok di samping Yola.
"Sayang?." Kaget Yola.
"Lo sampai nangis begitu, gue bisa sadar kalo yang lo rasain ini bukan buat lawan jenis. Lo bener-bener menikmati peran lo jadi orangtua dia? dia bahkan ngga nganggep lo orangtuanya." Ucap Sky, merasa heran.
"Gue ngga peduli dia nganggep gue apa engga, tapi sejak gue mutusin buat adopsi dia, gue udah sadar kalo sejak hari itu hidup dia tanggung jawab gue. Gue berharap dia bisa hidup lebih baik, tapi malah jadi jauh lebih parah." Ucap Yola.
"Sebagai seorang penulis, setiap karakter itu bagaikan anak-anak gue. Sumpah gue sedih banget liat hidup si Antagonis ini." Batin Yola.
"Lo bener-bener berubah, kaya beda orang." Celetuk Sky.
Deg.
"Jangan-jangan emang beda orang lagi, gimana dong? lo mau kabur?." Yola melirik.
"Gue lebih suka sifat lo yang sekarang, jauh lebih jujur dan natural." Ucap Sky jujur.
"Emangnya se beda itu ya?." Yola jadi penasaran.
"Beda banget, gue kenal lo sejak SMP dan menurut gue sifat lo itu emosian. Sekarang lo keliatan tenang, lucu dan apa adanya." Ucap Sky.
"Ya hidup emang kadang kidding, gue cape jadi orang emosian dan milih jadi orang normal aja." Jawab Yola ngasal.
"Oke kalo gitu gue keluar dulu beli makan, sekalian gue cari tau kronologinya. Lo gapapa kan gue tinggal sabentar?." Ujar Sky.
"Makasih." Yola tersenyum tulus.
Sky mengelus rambut Yola dan keluar dari ruang rawat, begitu keluar wajahnya langsung dingin dan datar. Dia pergi ke luar rumahsakit, mencari makanan yang layak makan.
Sky membeli ayam bakar dan beberapa buah, sambil menunggu pesanan dia menelepon seseorang. Mencari tau kronologi kejadian dengan membayar orang, tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan informasi.
"Konyol banget, ngapain gue cari tau kejadian yang nimpa musuh gue sendiri? harusnya gue seneng kalo dia mati." Batin Sky, tidak tau perasaannya sendiri.
Setelah membeli makanan dan buah, Sky kembali ke ruang rawat. Di sana Yola sudah menunggu, meksipun sulit menelan Yola tetap makan karena takut dia ikutan sakit. Sky juga makan menemani Yola, sudah berjam-jam berlalu tapi Langit masih saja belum membuka matanya.
Yola dan Sky yang kelelahan tanpa sadar ketiduran, mereka saling bersandar satu sama lain dengan keadaan kacau. Masih memakai seragam sekolah, bahkan belum mandi.
Kelopak mata Langit bergetar samar, secara perlahan dia membuka matanya dan merasa sekujur tubuhnya terasa remuk. Nafasnya memang sudah terasa lebih baik, tapi dia merasa bangkit dari kematian.
"Dimana? rumah sakit? siapa yang bawa gue kesini?." Batin Langit.
Langit berusaha duduk, tapi dia merasa dadanya sangat sakit. Dia berusaha minta tolong, tapi suaranya juga tidak mau keluar seakan pita suaranya terputus.
"Gila, jangan bilang gue struk." Batin Langit panik.
capekkk banget sama drama ini wkwkwk😭😭😭
mati karena makan mie instan 😭🙏