NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:992
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 : Mengenal Keluarga Lucien

Roda mobilnya berhenti tepat didepan pintu mansion milik Dravenhart, Liliana turun dengan mata yang menelisik kesekeliling, penuh kekaguman didalam benaknya. Ia menatap seluruh area yang mengelilingi bangungan megah itu penuh dengan pepohonan dan tanaman hias yang terawat begitu rapi.

Napasnya menghirup udara yang jauh dari perkotaan ini, sangat sejuk hingga membuat kenyamanan tersendiri bagi tubuhnya.

"Silahkan jika ingin berkeliling nantinya, Nona. Mereka sudah menunggu anda." Suara Lucien menghancurkan khayalannya tentang tempat yang nyaman ini.

Liliana membuka matanya usai merasakan sekitar, dalam tenang ia menahan napas lalu melepaskannya. Melangkah dengan anggun membawanya pergi disamping Lucien, menyadari pria itu menekuk lengannya Liliana dengan sigap menyentuhnya. Pintu terbuka dengan perlahan hingga benar-benar menampilkan pasangan itu didepan keluarga yang sudah berada dimeja makan.

Baru memasuki ruangan yang setara dengan dua kali lipat dari rumahnya itu, Liliana disambut oleh lantai granit yang memantulkan cahaya dari lampu gantung seperti terbentuk dari kumpulan kristal.

Dengan tatapan lurus dan sedikit senyuman ramah, mereka menghampiri seluruh keluarga Dravenhart. Liliana membungkukkan tubuhnya dengan anggun sebagai tanda hormat diri nya.

"Selamat Siang, perkenalkan saya Liliana Montclaire," ujarnya dengan senyuman.

Perkenalan Liliana disambut senyuman oleh wanita tua dengan pakaian khas jaman dulu tetapi masih terkesan apik, beliau berdiri dan memberikan sedikit anggukan kemudian berucap, "Silahkan duduk, nona Montclaire dan Lucien. Aku harap hadirnya kami disini bisa mendapat jawaban yang pasti, terutama dari mu, Lux."

Kedua pasangan pengantin baru itu kemudian duduk berdampingan, Liliana menatap masing-masing keluarga Dravenhart yang duduk disetiap kursi yang berbentuk oval memanjang tersebut, hingga pandangan nya berhenti pada salah seorang gadis yang seolah tidak perduli dengan hadirnya, Kim.

"Seperti yang sudah terjadi, Liliana dan aku resmi menjadi pasangan suami istri yang sah. Aku hanya ingin memberikan semacam kejutan yang spontan dengan tidak memberitahukan hal ini sebelumnya," jelas Lucien.

"Dari kalimat itu, bukankah kamu menggampangkan soal pernikahan tanpa melibatkan keluarga?" tanya seorang wanita dengan pelan namun tegas.

Liliana menatap wanita itu, meniti setiap fitur wajahnya yang sangat mirip dengan Lucien. Membandingkan dengan beberapa foto yang sudah tersebar di media, ia pasti kan beliau ibu dari Lucien.

Hening sejenak menyelimuti ruangan. Denting sendok berhenti, udara seakan mengeras.

Liliana menahan napas, merasakan sorotan tajam Jessica yang diarahkan padanya, meski tak satu pun menyebut namanya secara langsung. Namun jelas bahwa sindiran halusnya ditujukan pada keduanya.

“Pernikahan ini bukan keputusan yang kuambil sembarangan, Mah. Kami tidak bermaksud menyisihkan siapa pun… aku sudah meminta ayah untuk mewakili Dravenhart menjadi wali, Lux."

Suara dentingan pisau yang memotong steik terdengar lebih keras yang terasa tidak alami. Dari sudut meja, seorang pria dengan janggut tebal, kumis yang hampir menutup seluruh bibinya dan alis tebal yang menambah kesan mengerikan di wajahnya.

Tatapannya tajam yang tertuju pada Lucien, lalu ia membuka suara, "Apa sebenarnya tujuanmu Lux? Menikah secara tiba-tiba setelah mendengar bahwa Emric akan menikah? Kamu pikir kami tidak menyadarinya?"

Sekilas keheningan menyapu meja, seperti udara ditarik keluar dari ruangan. Tidak ada satupun yang bersuara konyol tatkala anak tertua dari Dravenhart tersebut berbicara, dia Anderson Dravenhart ayah kandung Emric.

Lucien meletakkan garpunya dengan pelan, lalu mengangkat wajahnya menatap pria itu tanpa gentar. Sorot matanya tak berubah—dingin, tapi terkendali.

“Jangan bungkus tuduhan dengan kepedulian keluarga. Itu tak cocok denganmu.” Nada suaranya tenang.

Pria berjanggut itu menggeram pelan, namun belum sempat membuka mulut lagi, Lucien melanjutkan.

“Aku menikah karena aku ingin. Bukan karena Emric, bukan karena warisan, dan bukan karena tekanan apa pun dari luar. Jangan paksa aku membuktikan betapa sedikitnya pengaruh kalian terhadap keputusan hidupku,” ungkap Lucien dengan tegas serta penuh penekanan, walaupun tidak sepenuhnya semua kalimat itu benar.

Ruangan terasa semakin sunyi, seperti seluruh keluarga menahan napas.

Lucien lalu menoleh ke Liliana sejenak, ia menggenggam jemari gadis itu diatas meja untuk menunjukkan bahwa hanya dia satu-satunya, lalu menatap kembali ke seluruh keluarga.

“Liliana adalah pilihanku. Jika ada yang ingin mempertanyakan itu… silakan lakukan sekarang. Langsung," katanya.

Sekilas, ia melirik Emric yang duduk di seberang meja—pria muda dengan penampilan lebih lembut, tapi sorot matanya menyiratkan kecerdasan dan sesutu yang tak pernah bisa diduga. Emric hanya membalas tatapan itu tanpa berkata apa-apa.

"Apakah tanggapan ku sudah menutup pertayaan? Eyang?" Lux menatap pada neneknya yang duduk tepat berada dihadapannya

Wanita tua itu tak langsung menjawab. Ia menyesap tehnya perlahan, seolah menimbang-nimbang bukan hanya kata-kata, tetapi juga niat tersembunyi di balik setiap napas cucunya.

Tatapannya menyapu Lux dengan lambat, kemudian berpindah ke Liliana, yang masih duduk tegak dan waspada.

“Kau menjawab,” katanya akhirnya, suaranya lembut. “tapi tidak menutup.”

Lux mengangkat alis sedikit, tetapi tetap diam.

“Karena yang kami pertanyakan bukan hanya keputusanmu untuk menikah,” lanjut sang Eyang, “Melainkan mengapa kau menyembunyikannya?”

Ruangan kembali tenggelam dalam keheningan yang rapuh. Liliana bisa merasakan suhu udara menurun, seolah kata-kata sang Eyang mengubah atmosfer ruangan.

“Setiap keputusan selalu dipertanyakan. Setiap hubungan dikalkulasi. Setiap niat harus terbukti menguntungkan—atau dihancurkan.” Lucien menatap penuh dalam pada ibunya.

Lucien mengambil segelas anggur kemudian meneguknya hingga tanpa sisa, lalu melanjutkan, “Kalau aku memperkenalkan Liliana sejak awal, kalian akan menguliti dia, terutama, Mama?—" Lucien menoleh pada sang ibu dengan salah satu alisnya naik.

"Pertanyaan asal-usul, latar belakangnya, bahkan mungkin niatnya. Itu tidak akan pernah hilang."

Tatapannya kembali pada Eyangnya.

“Jadi ya, aku menyembunyikannya. Bukan karena aku malu. Tapi karena aku ingin, untuk sekali saja, membuat keputusan yang lahir dari hatiku.”

Liliana menatap Lucien dari samping, dia tampak begitu menawan saat secara tidak langsung membela dirinya dihadapan keluarga besar. Walaupun ia tahu betul bahwa semua itu hanyalah bualan belaka, untuk memenuhi kepentingan yang sudah disepakati.

...~• suddenly become a bride •~...

Perselisihan yang terjadi cukup menegangkan sebelumnya telah terselesaikan, kini ruangan itu tinggal dihuni beberapa orang, sisanya pergi meninggalkan kediaman utama Dravenhart. Sementara Liliana saat ini masih berada di meja makan, menikmati makanan penutup berupa dessert.

"Hai, Liliana?" sapa Kim dengan penampilan gothicnya yang berpindah duduk ke sebelah gadis itu.

Kehadiran Kim yang sedikit mengejutkan baginya, ia tersenyum sn berbalik menyapa, "Kim, apa kabar kamu?"

"Kita bertemu baru tiga hari yang lalu, Liliana," imbuhnya lalu memasukan satu macaron kedalam mulut.

Liliana menunduk ia bergumam yang masih dapat didengar oleh Kim, "Maafkan aku."

"Untuk apa? Perasaan bersalah?" Kim menatap wajah Liliana dengan saksama, wajah yang sempat dikagumi oleh banyak siswa. Masih tetap sama cantiknya.

"Jadi kau menyakini itu salahmu?" tanyanya datar.

Hening sesaat, tangan yang ingin meraih macaron untuk kedua kalinya menjadi berhenti sejenak.

"Dan benar kau mengakui jika melakukan nya, begitu?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!