NovelToon NovelToon
Si PHYSICAL TOUCH

Si PHYSICAL TOUCH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Harem
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: gadisin

Edam Bhalendra mempunyai misi— menaklukkan pacar kecil yang di paksa menjadi pacarnya.

"Saya juga ingin menyentuh, Merzi." Katanya kala nona kecil yang menjadi kekasihnya terus menciumi lehernya.

"Ebha tahu jika Merzi tidak suka di sentuh." - Marjeta Ziti Oldrich si punya love language, yaitu : PHYSICAL TOUCH.

Dan itulah misi Ebha, sapaan semua orang padanya.

Misi menggenggam, mengelus, mencium, dan apapun itu yang berhubungan dengan keinginan menyentuh Merzi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gadisin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemudian

Sepuluh menit sebelum jam istirahat Merzi memutuskan keluar dari kelas dengan ijin ke kamar mandi pada guru yang sedang mengajar.

Dua mata pelajaran sudah terlewat tapi dia masih dirundung gelisah. Video yang ditulis tunjukkan Sonya membuatnya tak fokus. Dan yang pertama dia ingin membahas itu dengan Ebha.

Tepat ketika kakinya keluar dari kelas, Ebha juga tiba di lorong kelasnya.

"Mau kemana—"

"—ayo, Ebha. Ikutin Merzi."

Kalimat lelaki itu terhenti dan tangannya langsung diseret Merzi. Ebha hanya mampu mengikuti.

"Kelas sudah berakhir, Nona?"

"Belum."

"Lalu kenapa anda sudah keluar?"

"Kurang dari sepuluh menit lagi kelas juga akan berakhir, Ebha." Balas Merzi jengah.

Sedangkan Ebha tak berkata lagi. Hingga mereka berhenti ditaman belakang sekolah. Belum selesai dengan acara menarik tangannya, Merzi kembali menyeret kaki ditempat terpojok dari taman itu.

Bel berbunyi sebelum keduanya mendaratkan bokong diatas bangku taman.

Merzi segera memiringkan badannya dan menghadap Ebha. Kedua tangannya terpaku diatas pahanya.

"Ada yang ingin Merzi tanyakan."

"Baik. Tentang apa, Nona?"

"Tentang malam ketika Merzi ke club di Mall waktu itu."

Alis Ebha terangkat menunggu Merzi melanjutkan kalimatnya, gadis itu juga merapatkan diri pada Ebha.

"Apakah…" Merzi meneguk ludah, sedikit ragu, "apakah ada yang terjadi pada Merzi malam itu? Atau ada tingkah Merzi yang membuat Ebha marah?"

Kening Ebha berkerut. Dia ingat Merzi sudah bertanya langsung ketika dia membawa gadis itu keluar Mall. Apa gadis itu tidak sadar yang dia tanyakan dan lakukan?

Jika benar, artinya Merzi juga melupakan ciuman pertama mereka di mobil kala itu.

"Nona tidak ingat?" Tanyanya akhirnya.

Merzi menghela napas. Menyingkirkan poni yang menutupi penglihatannya. "Jika ingat kenapa Merzi bertanya lagi pada Ebha?"

"Yang di mobil? Apakah nona juga melupakannya?"

"Yang Ebha mencium Merzi?"

Gadis itu ingat dan Ebha menangkap satu hal. Ternyata nona mudanya cukup mesum untuk ukuran wajah polos tak berdosanya. Bisa-bisa gadis ini hanya mengingat bagian dia mencium bibirnya?

Huh, yang benar saja?!

"Ebha." Paha Ebha ditepuk dua kali oleh Merzi. Lelaki seketika mengalihkan pandangannya dari bibir Merzi lalu dia menggeleng. Mengusir pikiran kotor yang tiba-tiba hinggap.

"Ya, Nona."

"Jadi … apakah Ebha memukul …. Wilson?"

"Dia layak mendapatkannya, Nona. Anak itu sudah bertindak tak pantas pada anda."

Merzi menghela napas lagi. Video yang dilihatnya dari ponsel Sonya berbayang, tak sepenuhnya jelas. Tapi entah kenapa dia hanya ingat bagian Ebha yang mengatakan kekasih lalu menciumnya.

"Pukulan Ebha cukup kuat. Dan Wilson berakhir dirumah sakit. Sonya yang mengatakannya pada Merzi. Dia ijin hari ini." Terang Merzi menerawang ke depan.

Hening menyelimuti mereka beberapa saat hingga Ebha mengalihkan pembicaraan. Tidak ada gunanya juga membicarakan bocah sialan yang akan selalu dia kutuk itu selamanya.

"Sudah jam istirahat. Nona tidak ingin pergi ke kantin?"

Bahu Merzi merosot ke bawah. Lesu tiba-tiba.

"Tidak mood." Jawabnya lemah.

"Nona tak perlu pergi kalau begitu. Biar saya saja. Apa yang nona inginkan?"

"Makan Ebha."

Jawaban tak bergairah itu mampu membuat Ebha tersedak ludahnya sendiri.

...****************...

Jam pelajaran terakhir usai. Setiap guru dalam kelas bergegas keluar disusul oleh para siswa-siswi.

Adapun Merzi sudah selesai membereskan barang-barangnya, bersiap menyandang tas tapi terhenti ketika Lulu menghampirinya. Gerakan gadis itu melambat.

"Kau langsung pulang, Merzi?"

"Ya. Kenapa?"

"Tidak ada. Hanya bertanya bagaimana jika tugas kelompok kita ini dikerjakan dirumah mu saja?"

Guru terakhir mereka memberikan pekerjaan rumah berkelompok. Merzi kebagian satu kelompok dengan Lulu juga Anna dan satu teman Anna lainnya— Helin.

Merzi langsung mengangguk. Tak masalah. Temannya siapapun boleh bertamu dan bermain ke rumahnya. Dan dia akan sangat senang.

"Tentu boleh. Katakan saja kapan kita akan mengerjakannya."

Senyum Lulu mengembang. "Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa. Dadah!"

"Bye."

Setelah Lulu menghilang dari pintu, Merzi menoleh pada teman sebangkunya. Sonya. Gadis itu tampak murung dengan bibir melengkung ke bawah.

"Sayang sekali kita tidak sekelompok. Padahal jika mengerjakannya dirumah mu pasti akan ada banyak sekali makanan dan minuman yang enak."

Merzi terkekeh mendengar ucapan lemah Sonya. Dia merangkul temannya itu dan berjalan bersama ke luar kelas.

"Kau ingin mengerjakan tugas atau melakukan mukbang dirumah ku jika seperti itu?"

Perkataan Merzi tak serta-merta membuat Sonya tersenyum atau tertawa. Tampangnya semakin sedih dan lucu. Merzi tak mampu menahan kegemasan akan pipi gembul Sonya.

"Tentu saja mengerjakan tugas." Sonya berhenti. Memutar tubuh menghadap Merzi. "Setelah itu live streaming mukbang di Insta. Haha! Pasti menyenangkan. Uh, kapan kita bisa melakukan itu, Mer?"

"Umm, kapan ya?" Mengulum bibir, Merzi menekan dagunya, berpikir. "Kamu benar-benar ingin mukbang bersamaku dirumah ku?"

"Ya! Sangat ingin." Jawab Sonya semangat dengan binar dimatanya.

"Aku akan pikirkan." Awalnya Sonya ingin menyambung, tapi Merzi melanjutkan kalimatnya dengan segera. "Akhir-akhir ini kita akan disibukkan dengan tugas sekolah. Kita harus memikirkan sekolah dahulu baru bersenang-senang. Oke?"

"Oke! Aku setuju. Pokoknya live streaming mukbang bersamamu. Asyik!" Seru Sonya energik dan itu mampu membuat Merzi tertawa melihat temannya kembali tersenyum.

Dibelakang dua gadis itu berjalan Ebha dengan langkah pasti. Sedari tadi Merzi dan temannya berceloteh dia tentu mendengar percakapan dua berteman itu. Hingga mereka berpisah diparkiran karena Sonya sudah dijemput oleh orang tuanya.

"Paman Lym sedikit telat menjemput, Nona. Sebaiknya nona duduk disana sambil menunggu paman Lym tiba." Ucap Ebha segera ketika melihat Merzi celingak-celinguk.

"Oh. Baiklah." Katanya berjalan menuju bangku tunggu. Ebha berdiri disampingnya. "Tak ingin duduk, Ebha?"

Ebha menunduk melihat lawan bicaranya. "Tidak, Nona. Terima kasih."

Bahu Merzi terangkat ringan sebagai jawaban. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

Sedang asyik-asyiknya bermain ponsel, sebuah pertanyaan lain terlintas dalam kepala.

"Oiya, Ebha."

"Ya, Nona?"

Menyimpan ponselnya diatas paha, Merzi mendongak melihat Ebha. "Merzi teringat sesuatu."

"Apa itu?"

Mulut Merzi terbuka, tapi kembali tertutup dan menggeleng. "Nanti saja. Dirumah."

"Baik, Nona."

Drrtt! Drrtt! Drrtt!

Ponsel Ebha bergetar didalam saku celana. Lelaki itu segera mengambil ponselnya.

Merzi melirik sekilas lalu kembali bermain ponsel.

"Ya, Paman Lym?"

"…."

"Sudah, Paman. Sudah dari tadi."

"…."

"Oh, seperti itu. Baiklah. Saya mengerti."

Sambungan terputus dan Ebha menoleh pada Merzi.

"Paman Lym sebentar lagi sampai, Nona. Beliau datang bersama pak Barid menggunakan mobil masing-masing."

"Untuk apa? Apakah pengawal Merzi bertambah?"

"Tidak. Saya akan mengantar anda pulang dengan mobil yang pak Barid bawa. Paman Lym dan pak Barid ada urusan bersama."

"Seperti itu? Merzi pikir ayah akan menambah pengawal lagi untuk Merzi."

"Bukankah itu bagus untuk nona?"

Mata Merzi merotasi mendengar Ebha. Ponselnya dia tutup. "Tidak bagus sama sekali tau. Pengawal-pengawal itu merusak penglihatan Merzi. Juga mengganggu."

"Saya juga termasuk?" Tunjuk Ebha pada dirinya.

"Ebha tentu pengecualian. Merzi senang dikawal oleh Ebha yang tampan."

"Nona bisa saja."

1
_senpai_kim
Gemes banget, deh!
Diana
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
ASH
Saya merasa seperti telah menjalani petualangan sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!