Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22_Pertemuan Tak Terduga
Gadis itu belum menyadari keanehan pada kedua kakaknya yang sedari tadi terus mengekori gerak geriknya. Sesuai dengan perkataan Rey, Baik Rey maupun Randi kedua pria itu menjemput Raya menunggu sang Adik keluar dari kampusnya.
Beruntung saat itu Raya bersama Hana dan Meli sehingga Rey yang sudah terlihat kesal dan menahan amarah, karena tidak dapat melampiaskan semuanya pada Shaka - Pria yang menyebabkan mata adiknya sembab bahkan sedikit pucat.
Untuk menghindari keributan, Randi segera mengajak Raya masuk kedalam Mobil di susul Rey yang duduk di bagian kemudi. Raya masih belum menyadarinya, gadis itu tidak mengetahui apa saja yang kedua kakaknya ketahui. Yang Raya tau kedua kakaknya selalu menjemputnya kalau keduanya memiliki waktu yang senggang itu saja. Jadi dia tidak menyimpan kecurigaan sedikitpun.
" Kak,"
" Kakak," Masih diabaikan. Raya memutar bola matanya jengah lalu menarik paksa majalah yang sedang di baca oleh Kakak pertamanya.
" Apa sih de?" Tanya Rey setelah menoleh kearah adiknya
" Laper."
" Yaudah makan." Suruhnya membuat Raya kembali memutar matanya.
" Ihhh Ka Rey, Aya serius. Laper nih!" Rengeknya kembali sembari memanyunkan bibirnya.
" Kenapa De, kok cemberut gitu?" Raya menoleh pada Randi yang baru saja ikut bergabung bersama mereka. Pria itu ikut duduk bersebrangan dengan sang adik.
" Ka Ayah masih lama gak sih? Aya udah laper nih!" Tuturnya sembari mengusap perutnya yang keroncongan minta di isi.
Randi mengesah sembari menggelengkan kepala. Ada saja kelakuan adik bungsunya itu " Ya kalo laper makan de, orang makanan udah di siapin sama Bi Yanti juga kan tinggal makan doang."
Raya menggelengkan kepala. Meliat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh lima menit
" Makan di luar yuk? Biar kaya orang-orang, kita dinner!"
Rey dan Randi yang mendengar perkataan adiknya mengulum kuat bibirnya menahan tawa " Kaya orang - orang? Emang selama ini kamu apa De?" Tanya Rey mencolek hidung Raya.
" Ihh serius Kak. Ayo Dinner, Selama kita di sini, kita belum pernah makan di luar bareng ayah, ayo." Raya menarik tangan Rey, merengek dan menampilkan wajah memelasnya pada sang kakak.
" Iya iya. Sabar kenapa De, kakak ganti baju dulu." Jawab Rey yang sudah bangkit dari duduknya di susul Randi yang juga ikut berdiri.
" Mau kemana?" Raya menarik Kaos hitam berlenan pendek yang di pakai oleh Randi.
" Ganti baju,"
" Gak boleh!" Tegas Raya menarik tangan kakak keduanya " Gak boleh ada yang ganti baju. Pake baju itu aja!"
Randi dan Rey membulatkan matanya tak percaya. Mereka melirik baju yang mereka kenakan. Kaos polos berlengan pendek dan celana sebatas lutut. Yakin keluar dengan pakaian seperti Itu? Ini bukanlah fashion mereka.
" Amour!"
" Sugar!"
Raya masih pada pendiriannya. Dia tidak memberikan kakak kakaknya kesempatan untuk mengganti pakaian mereka.
" Kalian tetap keren. Jadilah anak rumahan untuk sehari saja. Bukan sebagai CEO dan Dokter. Oke?!" Raya mengerlingkan matanya lalu menarik kedua kakaknya keluar menuju Mobil yang sudah di siapkan pak Yanto sebelumnya. Dan yang bisa Rey dan Randi lakukan hanyalah pasrah. Pasrah mengikuti keinginan adik tercinta mereka. Meskipun ada rasa tidak nyaman dengan pakaian yang mereka pakai untuk dinner malam ini.
" Ayah," Raya segera memeluk Ayahnya yang terlebih dulu sampai di sebuah Restoran yang mereka janjikan. Ayah Liam menyambut hangat pelukan putri kecilnya.
Matanya melirik pada kedua putranya yang menekuk masam wajah mereka.
" Cia." Paham dengan tatapan mata sang Ayah. Raya hanya bisa menunjukkan deretan gigi putihnya.
" Lain kali ayah juga harus memakai pakaian santai. Jangan terus terusan memakai jas seperti ini!"
" Tapi ayah baru pulang kerja Cia,"
" Iya. Kan kata Aya juga lain kali. Biar terlihat santai dan tidak terlihat formal." Jawabnya tersenyum.
" Lihat, dua jagoan Ayah seperti anak remaja lagi bukan? Wajah mereka yang tampan terlihat lebih muda dengan pakaian yang di pakai mereka sekarang."
" Sejak kapan kamu memperdulikan penampilan kakak kakak mu? Dan ya, mereka seperti ABG kembali." Balas sang ayah setelah memperhatikan kedua putranya.
" Sudah jangan di bahas lagi. Pokoknya lain waktu Ayah harus mencobanya. Oke!" Ayah Liam hanya mengangguk saja menurut seperti Randi dan Rey. Apapun keinginan dan permintaan putrinya sebisa mungkin Ayah Liam akan mewujudkannya. Selagi itu masih hal yang wajar lalu kenapa tidak memberikannya. Hanya memakai pakaian santai saat Dinner? Tidak buruk. Dan lain kali dia harus mencobanya.
Tengah asik menikmati Menu makanan yang baru saja sampai di meja mereka. Tiba tiba datang seorang pria berpakaian formal lengkap dengan ajudan yang berdiri di belakangnya " Liam,"
Merasa ada yang memanggil, Ayah Liam menghentikan kegiatan makannya, begitupun dengan ketiga anaknya merekapun ikut menoleh kearah pria yang memanggil ayah mereka.
" Kau Liam. William bukan?!" Tanya Pria itu di sertai senyuman tipis di bibirnya.
" Alex. Kau Alexander!"
" Ya Ini aku." Pria itu merangkuh ayah Liam dalam pelukannya menepuk pelan beberapa kali punggungnya lalu manarik diri dari pelukan itu.
" Astaga kapan kamu kembali ke indonesia?" Ayah Liam mempersilahkan Pria itu untuk duduk terlebih dahulu sebelum Ia menjawab pertanyaan dari teman masa lalunya itu.
" Sebulan yang lalu. Dan Kamu Alex, sedang apa kamu di dini?" Tanya Ayah Liam balik.
" Oh. Aku habis menghadiri pertemuan bersama Klien. Dan kau?"
" Sedang menghabiskan waktu bersama Putra dan putri ku!"
" Mereka?" Ayah Liam mengangguk. Tuan Alex menatap takjub pada putra putri teman masa kuliahnya itu. Pandangannya berhenti pada Raya yang sedang asik menikmati Makanannya.
" Dia sangat mirip dengan Ibunya." Ucap Tuan Alex setelah meneliti.
Ayah Liam mengembangkan senyum menatap sang putri yang mengabaikan sekitarnya " Tentu. Dia adalah malaikat Kami."
" Ehem!" Ayah Liam berdehem cukup kencang, mengambil alih perhatian para anaknya.
" Rey, Randi, Cia kenalin ini Teman Ayah Uncle Alex!"
Satu persatu Rey dan Randi menyalami Uncle Alex dengan Ramah dan hormat. Jika boleh jujur Baik Rey maupun Randi mereka sudah kenal siapa Pria yang berada di hadapan mereka itu. Dia Alex. Tuan Alexander Smith ayah dari Seorang Mondy Mikail Smith. Pria yang sudah dua kali membuat adiknya menangis.
Kini giliran Raya yang memperkenalkan diri. Seperti dugaan kakak kakaknya gadis itu terlalu polos dan Ramah. Sehingga ia belum menyadari siapa sebenarnya sosok Pria yang berada di depannya.
" Salam kenal Uncle Alex. Nama Aku Cia Anak paling cantik dari Ayah Liam." Ucapnya di sertai cengiran membuat kedua pria itu tersenyum saat melihatnya.
" Kamu sangat mirip dengan Ibu mu nak. Cantik, manis dan menggemaskan."
" Benarkah Uncle? Uncle mengenal Bunda Cia?" Tanya Raya mulai tertarik dengan obrolan Pria itu. Jika tadi Raya lebih memilih diam dan mengabaikan mereka karena takut ikut mencampuri urusan para orang tua maka lain halnya jika sudah menyangkut Bundanya.
" Tentu saja. Uncle, Ayah mu, bunda mu, dan Istri ku. Kami berteman baik saat kuliah. Setelah lulus kami berpisah mengejar cita cita kami. Terakhir aku bertemu dengan Ayah mu saat dia memutuskan untuk pergi dan menetap di australia dan aku lupa jika Teman ku ini sudah memiliki tiga orang anak yang tampan tampan dan Cantik!" Jelasnya panjang lebar.
" Aku senang bisa mendengar sedikit kisah bunda dari uncle. Ayah bilang Jika Aku rindu Bunda maka cukup Aku bercermin dan aku dapat melihat Buda di pantulan cermin itu. Terimakasih Uncle."
" Sama sama nak," Balasnya pada Raya " Liam sepertinya aku harus pergi. Aku masih ada urusan lain."
" kenapa terburu buru? Kita ngopi bareng dulu."
" Maaf aku tidak bisa. Mungkin lain waktu saja. Nanti aku akan menyuruh ajudan ku untuk meminta nomormu!" Ucapnya sembari bangkit
" Rey, Randi, Cia. Uncle pamit dulu."
" Hati hati uncle!" Seru Aya sambil tersenyum manis padanya.
" Iya nak," Balasnya " Liam kau sangat beruntung, Soraya meninggalkan putra dan putri seperti mereka. Aku iri pada mu. Apalagi melihat Cia, aku juga ingin memiliki putri Seperti dirinya. Lain waktu biarkan Aku yang menjadi Ayahnya walaupun sesaat."
Mendengar perkataan Uncle Alex yang ingin menjadi Ayah dari Cia membuat Kedua kakak Cia itu menatap tidak suka padanya. Namun mereka enggan untuk menunjukkan itu semua pada Uncle Alex mereka masih punya etika dan tatak Rama menghormati Ayahnya dan menghargai pertemanan antara kedua Pria itu. Mereka hanya mampu membuang muka kearah lain tapi enggan untuk bertatap muka langsung dengan Uncle Alex.
" Tentu saja. Baiklah Kau hati hati di jalan!"
Uncle Alex mengangguk lalu pergi meninggalkan Restoran itu bersama Ajudannya yang setia menunggunya. Rey dan Randi sudah tak berselera menikmati makanan mereka. Paham dengan melihat respon kedua putranya Ayah Liam menganggukkan kepala Tanda jika dia pun sudah mengetahui semuanya.
" Ayah ini tidak bisa di biarkan," Seru Rey menatap serius pada Ayahnya. Setelah memastikan Raya tertidur lelap Ketiga Pria itu berkumpul di ruang kerja sang Ayah.
" Iya Ayah. Yang di bilang Ka Rey itu benar. Pria itu sudah dua kali membuat Cia menangis!"
" Dan tadi, apa yang pria itu mau? Berani sekali dia ingin mengambil Cia dari kita secara terang terangan." Sambung Rey kembali.
Ayah Liam menghela nafas pelan. Yang di ucapkan kedua putranya memang benar tapi pemahaman mereka mengenai perkataan Alex sedikit salah " Dia bukan ingin mengambil tapi Dia meminta izin."
" Tidak Ayah," Bantah Rey bersikeras
" Kami bukan Cia yang mudah di bohongi. Ayah Uncle Alex itu pria yang berbahaya."
" Dan kita melakukan kesalahan besar jika terus membiarkan Cia berteman bahkan dekat dengan Putra Uncle Alex!" Rey mengangguk menyetujui perkataan Sang Adik.
" Ayah, ayah tau sendiri bukan Uncle Alex itu seperti apa? Dia adalah Pria berdarah dingin. Sudah banyak orang orang di luaran sana menjadi korbannya. Bukan itu saja dia sangat banyak memiliki musuh di dunia bisnis!" Ucap Rey mengingatkan Ayahnya.
" Dan itu akan membuat Nyawa Cia berbahaya jika terus terusan dekat dengan putranya itu. Ayah bukan kami mengekang Cia, tapi ini demi kebaikannya. Kami takut jika musuh Uncle Alex menjadikan Cia sebagai sasarannya."
Ayah Liam terdiam. Pemikiran kedua anaknya memang tidak lah salah. Tapi mereka tidak mengenali Alex dengan baik. Pria itu adalah pria yang hangat dan baik jika menyangkut keluarganya. Dia tidak pernah menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya pada sang istri yang sialnya Ayah Liam merahasiakan itu semua pada Teman wanitanya mengenai Kebenaran suaminya
Mengenai Shaka, sepengetahuannya pria itu tidak pernah memiliki musuh, dingin dan irit bicara. Bahkan dia pun jarang dekat dengan wanita lain selain dengan putrinya akhir akhir ini. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Mungkin Shaka mewarisi sifat Ayahnya Yaitu Alex. Saat ini jati dirinya belum kelihatan mungkin nanti dia akan memperlihatkan sisi lain dari seorang Shaka.