NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

"Gimana?"

Aku hanya terdiam. Menatap ngeri ujung pintu belakang rumah Wisnu. Sementara dia malah tertawa sedari tadi.

***

Sore hari, kami kembali ke sekolah untuk mengambil tas. Di sana aku berjalan dengan kesal. Pokoknya, hari ini pertama dan terakhir aku bolos sekolah! Dan terakhir kali aku ke rumah Wisnu yang bau sampah.

Sialnya adalah malam hari setelah aku makan malam jam 7, Wisnu datang. Aku lupa bahwa dia sudah berjanji untuk menjemputku dan menastikan Suci masih berhubungan atau tidak dengan orang-orang yang menyuruhnya berjualan barang terlarang.

"Ini siapa, Mut?" tanya ibuku.

"Ini Wisnu, Bu. Temen sekolah aku. Kita ada kerja kelompok di rumahnya Suci, jadi sekalian dia jemput," jawabku yang terpaksa berbohong.

"Ooh, ya udah hati-hati ya," ucap ibu begitu kami hendak pergi.

***

"Lo bohong sama ibu lo!" tegas Wisnu di jalan.

Aku baru tau ternyata dia punya motor.

"Kalo ga bohong, gue ga bakalan diizinin! Waktu itu aja Alex ke rumah gue, gue ga dibolehin ke luar sama ibu gue. Jadi di rumah doang, padahal Alex udah janji mau ajak gue jalan!" balasku.

"Ya tetap aja lo harus jujur."

Setelah perdebatan itu terjadi, akhirnya kami sampai di sebuah gang jalan setapak gelap dan sepi. Di sini Wisnu tanpa ragu untuk mengajakku bersembunyi di dalam sebuah rumah kosong yang sudah roboh atapnya. Juga beberapa jendela sudah tidak memiliki kaca. Penuh coretan cat pilox di dindingnya.

"Kita tunggu di sini, biasanya Suci dateng jam 8. 15 menit lagi," ucap Wisnu sambil menatap jam tangan digital di tanganku.

"Kalo dia ga dateng gimana?" tanyaku.

"Ga mungkin dia ga dateng. Tiap malem dia ke sini!"

"Lo secinta itu sama Suci? Ampe tiap malem lo nguntitin dia?!" omelku.

"Gue cuma mau mastiin kalo dia ga kenapa-kenapa. Gue takutnya dia ikutan pake!"

"Tapi kan dia yang jual, masa iya dia ga pake?! Kalo ga pake ya mana tau rasanya, ginana mau ju—" cecarku yang langsung dibekap oleh Wisnu.

"Gue yakin dia ga seburuk itu," ucapnya.

"Hhummmpp!" omelku berusaha melepaskan bekapan tersebut.

"Diem! Itu dia dateng!" bisik Wisnu dan melepaskan bekapannya perlahan-lahan.

Kami melihat ada dua orang di jalan tersebut. Masing-masing dari mereka memegang ponsel yang senternya menyala melalui fitur lampu flash.

Aku bisa mendengar obrolan mereka meski agak jauh dan samar-samar. Itu adalah percakapan dua orang wanita dan salah satunya adalah suara Suci.

"Mana Gibran?" tanya Suci.

"Dia ketangkep semalem di jalan Mutiara."

"Yang bener?"

"Iya. Yang beli ternyata intel. Dia ketangkep di TKP langsung. Besok lo jangan anu dulu ya. Soalnya lagi rawan. Kayaknya polisi juga bakalan nyari kita. Jadi mending lo normal-normal aja dulu, anggap aja ga kejadian apa-apa," jelas suara tak dikenal tersebut.

"Jadi ini gimana?" tanya Suci.

"Buang aja! Kita harus hilangin jejak."

"Kalo kita dites gimana?"

"Nih minum buat ngurangin kadar di tubuh lo."

Aku langsung menoleh ke Wisnu .... Cup!

Bibir kami bertemu sebab sangat dekat dan saling menoleh. Wisnu langsung membekap mulutku. Hampir saja aku berteriak sebab kejadian itu.

"Sshuuutt!" Dia memberi isyarat untuk tetap diam. "Ntar ketauan," bisiknya.

".... Padahal gue lagi butuh duit banget. Ada acara ketangkep segala. Tapi kalo ini dibuang, rugi banyak dong. Ini kalo laku bisa ampe 10 jutaan," ucap Suci.

"Ya lo simpen kek, dimana aja. Yang penting jangan berkaitan sama lo."

"Ah gue tau. Ketua kelas gue tuh percaya banget sama gue. Gue bisa titipin ke dia. Ya anggap aja rahasia, jangan sampe ada yang tau. Kalo pun nantinya ketauan, ya dia bakal ikut keseret, setidaknya gue bisa playing victim kalo ketua kelas gue juga ikutan ngedar kan?"

Aku menoleh kembali ke Wisnu dengan mulut yang masih dibekap olehnya.

"Gimana cara lo ngasihnya? Ga mungkin kan kayak gini doang? Ketauan lah!"

"Ya gue bungkus aja kayak kado, bilang itu buat Mutia gitu. Kan dia suka sama Mutia, pasti mau. Gampang lah soal itu mah," balas Suci.

Aku melepas bekapan Wisnu dengan kuat. "Dia mau seret Alex sama gue?" tanyaku dengan berbisik.

"Dengerin dulu!" balas Wisnu.

"Jadi, habis ini lo mau ke mana?" tanya orang itu.

"Paling ke DLC. Butuh duit banget soalnya," jawab Suci.

"Anjir lah! Ha ha!" Wanita itu tertawa mendengarnya.

***

Setelah mereka pergi, kami kembali ke tempat Wisnu memarkirkan motornya.

"Kita harus ikutin Suci!" tegas Wisnu.

"Ga ah! Dia mau seret-seret Alex sama gue ke dalam kejahatannya dia! Ga nyangka ya punya sahabat kayak gitu! Padahal gue udah baik loh sama dia!" ocehku.

"Kalo kita ga ikutin dia, bisa aja dia ngelakuin hal aneh-aneh. Soalnya dia lagi butuh duit!"

"Biarin aja! Mau dia jual narkoboy kek, jual diri kek, jual orang kek. Urusan dia! Pokoknya gue ga mau temenan sama dia lagi! Jahat banget!" tegasku.

"Kita harus ikutin dia, Mut! DLC itu bahaya!"

"DLC tuh apa?" tanyaku.

"Dark Lamp Club! Kelab malam!"

"Ya udah biarin aja!" teriakku kesal. "Mau dia jual diri kek, terserah dia aja. Alex udah lindungin dia malah dia mau Alex ikutan kena getah dari perbuatan dia. Ga tau diri!" ocehku.

"Lo ga ngerti, Mut!" teriak Wisnu membuatku terdiam. "Bayangin kalo sekarang lo di posisi gue! Lo ngeliat Alex butuh duit, dia jualan sa*bu dan sekarang dia mau ke kelab malam Buat jual diri! Lo tega?!"

Aku terdiam menatap Wisnu. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Apa dia benar-benar suka Suci? Apa cinta memang seperti itu? Aku tidak pernah membayangkan berada di posisinya.

"Buruan naik!" teriaknya lagi dan aku menurutinya.

Sepanjang jalan kami hanya berdiam diri, tapi Wisnu beberapa kali menyeka air mata yang tersapu angin.

Aku tak mengerti. Kenapa dia menangis? Kenapa dia sepanik ini saat tahu Suci akan ke DLC? dan kenapa dia sepeduli itu? Aku suka Alex, tapi aku tidak sampai seperti Wisnu.

***

Kami sampai di DLC dalam keadaan yang sangat terlambat sebab sempat nyasar beberapa kali. Kelab malam yang amat bebas. Bahkan kami tidak dimintai KTP untuk masuk. Padahal di buku komik yang sering aku baca, mereka memintai KTP para pengunjung kelab.

Kami masuk dan mendapati musik yang amat kencang. Di dalam sini gelap, hanya ada beberapa lampu kelap kelip warna warni yang berputar ke segala arah. Itu pun tetap tidak cukup untuk membuat ruangan ini menjadi terang.

Setelah kami berkeliling-keliling, akhirnya kami menemui Suci di sebuah sofa bersama beberapa pria dewasa. Pakaian itu ... sangat tidak pantas dipakai oleh seorang wanita. Ini adalah kali pertama aku melihat sosok Suci dengan keadaan terburuknya.

Seorang pria menjamahi tubuh Suci dan gadis itu malah tertawa begitu area-area terlarangnya dijamahi.

Aku hendak menghampirinya, tapi Wisnu menahanku.

"Dia dilecehin, Nu!" teriakku.

Tapi Wisnu tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya memegangi tanganku dan menatap ke arah Suci.

Salah satu dari pria itu memegang uang dan memasukkannya ke dalam baju Suci. Tak lupa tangannya memainkan sesuatu di dada itu.

Aku menoleh ke arah lain untuk tidak menikmati kejadian tersebut. Saat aku membalikkan tubuh, dari kilatan lampu aku melihat Wisnu menangis tanpa suara dan tanpa ekspresi. Aku menutup matanya agar tidak melihat kejadian itu. Mungkin itu sangat menyakitkan. Melihat orang yang kita sukai dalam keadaan tidak ada harga diri hanya demi uang.

Saat aku menutup mata Wisnu. Tiba-tiba dia terisak. Aku melihat dahinya yang mengkerut dan rahangnya yang mengeras. Mungkin ini terlalu menyakitkan. Tapi ... di otakku mulai timbul rasa jijik terhadap Suci. Apa aku salah memiliki perasaan seperti ini?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!