Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Lusi baru saja bangun dari tidur ketika mendengar suara ramai khas warung mie keluarganya. Dan ternyata dia memang berada di dalam warung mie.
"Sudah bangun? Cepat bantu!" teriak adiknya memaksa Lusi bangkit dan segera siap di belakang meja kasir.
Malamnya ketika kembali ke rumah, ibu Lusi masuk ke dalam kamarnya. Hanya memandangnya dari pintu tanpa bicara.
"Ada apa Bu?" tanyanya.
"Apa hubunganmu dengan Tuan Samuel West?" tanya ibunya.
Apa ibunya tadi melihat Tuan Samuel?
"Kenapa ibu bertanya begitu?"
"Karena kau dibopong pria itu keluar dari mobilnya"
Tuan Samuel membopongnya masuk ke dalam warung? Jadi itu sebabnya dia terbangun di warung mie? Padahal ingatan terakhirnya adalah berada di dalam mobil Tuan Samuel.
"Aku hanya bekerja lembur. Dan bodohnya tertidur di mobil Tuan Samuel" katanya menyembunyikan alasan sebenarnya hari ini dia keluar dengan Tuan Samuel. Lusi tidak ingin ibunya merasa khawatir.
"Benarkah?"
"Iya"
Untungnya ibu Lusi percaya dan meninggalkannya. Selama penelitian itu belum membuahkan hasil, sebaiknya Lusi menyembunyikan semua dari ibunya.
Hari Senin datang dan Lusi segera bersiap di depan lobi. Ketika Tuan Samuel datang. Kali ini tanpa kehadiran CEO. Pria itu berjalan melewati Lusi seakan tidak mengenalnya. Tentu saja, apa yang dia harapkan?
Setelah itu, Lusi kembali ke belakang meja resepsionis. Menjawab telepon, menerima tamu sebelum diantar ke departemen yang dituju dan mengantar surat. Beberapa kali dia hampir terjatuh, tapi berhasil menyeimbangkan diri. Dia harus lebih berhati-hati sekarang, karena apapun yang terjadi padanya akan memberi efek pada tubuh Tuan Samuel.
"Selamat pagi!" sapa seorang pria berdiri dihadapannya. Pria itu tampak sangat rapi dengan setelan jas putih mahal.
"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin bertemu dengan Samuel West"
"Anda ingin bertemu dengan Tuan Samuel? Wakil CEO?"
"Benar"
"Boleh saya tahu nama Anda? Memeriksa apakah memang Anda memiliki janji dengan Tuan Samuel"
"Namaku? Kau bertanya siapa namaku?"
"Iya"
"Kalau aku menyebutkan namaku, apa kau akan menyebutkan namamu?" tanya pria itu dengan mengulurkan tangan ke arah Lusi. Seakan mengajaknya berkenalan.
"Tentu saja Tuan?"
"Martin Barton. Dan namamu?"
"Saya Lusi North. Apakah saya boleh mengkonfirmasi janji Anda dengan Tuan Samuel hari ini?"
"Tentu saja"
Lusi menghubungi sekertaris Tuan Samuel dan mengkonfirmasi ada pertemuan antara Tuan Samuel dan Tuan Martin. Segera saja dia berjalan ke balik meja dan memasang pose sopan.
"Saya akan mengantar Anda ke lift. Silahkan" ucapnya dibalas oleh senyum. Tuan Martin ini memiliki wajah yang lumayan. Tapi Tuan Samuel tetap lebih tampan.
"Hanya sampai lift saja? Tidakkah sebaiknya kau mengantarku sampai ke ruangan Samuel?"
Dari panggilan itu, Lusi bisa mengetahui bahwa Tuan Martin ini mengenal wakil CEO. Mungkin juga sering datang ke perusahaan untuk bertemu Tuan Samuel.
"Saya hanya akan mengantar Anda ke lift. Silahkan"
Mereka berada di lift dan pria bernama Martin itu terus melihat Lusi dari atas sampai bawah. Berulang kali. Rasanya sungguh risih terus dipandang seperti itu. Dan kenapa lift tak kunjung turun ke lobi?
"Kau sendiri?" tanya Tuan Martin membuka percakapan lagi.
"Saya bekerja sendiri di lobi" jawabnya.
"Kau bercanda? Maksudku, apa kau sudah punya kekasih?"
Pria ini, kenapa menggoda Lusi? Padahal dia hanya resepsionis baru.
"Belum Tuan" jawabnya jujur meski tidak tahu apa tujuan pria itu bertanya.
"Baguslah. Malam ini, aku akan pergi makan dan sedikit minum di klub. Apa kau mau menemaniku?"
Apa ini? Lusi mendapat ajakan kencan? Dari seorang pria yang hanya Lusi ketahui namanya saja? Sungguh sesuatu yang tak pernah dia sangka.
"Maaf Tuan, saya harus segera pulang malam ini" jawab Lusi tidak ingin membuat masalah.
"Kenapa? Apa kau belum cukup umur? Dari wajahmu, aku bisa menebak usiamu diatas 20 tahun. Atau kau belum pernah pergi ke klub? Ini pengalaman pertamamu?"
Pria ini sungguh gigih. Siapa sebenarnya pria Flamboyan tamu Tuan Samuel ini. Di tengah kebingungannya, lift akhirnya terbuka.
"Silahkan Tuan!" ucap Lusi sopan, mempersilahkan Tuan Martin masuk dalam lift.
"Kau tidak mengantarku? Apa ini pelayanan terbaik dari resepsionis perusahaan Techno West?"
Lusi hanya tersenyum dan mempersilahkan Tuan Martin masuk ke dalam lift. Setelah memastikan pria itu pergi, Lusi mengambil napas panjang. Sungguh lega bisa menyingkirkan pria yang mengganggu pekerjaannya.
Dan pria itu mengganggu orang lain.
"Resepsionis di bawah. Apa dia masih baru?" tanya Martin ke Samuel yang sedang sibuk.
"Resepsionis?"
"Iya. Siapa tadi namanya? Lusi. Lusi North"
Lusi North. Mendengar nama itu berhasil menghentikan tangan Samuel yang dari tadi terus bergerak. Dia teringat pada wajah tenang yang tertidur tepat di bahunya.
"Tidak tahu" jawabnya melanjutkan pekerjaannya.
"Kau tidak mengenal pegawaimu sendiri? Tentu saja, Samuel West hanya akan mengenal orang-orang penting saja. Yang berada di sekitarnya saja. Seseorang seperti resepsionis pasti tak akan pernah dia lirik. Tapi dia menarik perhatianku. Meski tidak cantik, Lusi North memiliki pesona yang berbeda. Apa boleh aku mengejarnya?"
Seorang Martin Barton mengejar wanita. Sebuah cerita lama yang membosankan. Wanita itu bisa dipastikan akan terjerat oleh rayuan Martin Barton sang penakluk. Karena Martin terlalu berkualitas untuk ditolak. Pesona sang putra ketujuh pemilik beberapa hotel bintang lima itu tak mungkin bisa diabaikan wanita manapun.
Tapi, kalau Lusi North berhasil didapatkan Martin. Kemudian wanita itu jatuh cinta pada Martin. Lalu karena sudah bosan, ditinggalkan dalam keadaan terluka hatinya. Apa itu memberi efek pada tubuh Samuel?
Bagaimana jika karena terlalu sakit hati membuat Lusi melakukan hal aneh? Mungkin menyakiti dirinya sendiri?
Karena hubungan aneh antara Samuel dan Lusi, membuatnya merasakan sakit yang sama. Dan membuatnya berakhir dalam kematian?
"Tidak!!" jawab Samuel setelah memikirkan akibat untuk dirinya.
"Apa?"
"Tidak. Tidak boleh!"
"Kau melarang aku mendekati seorang resepsionis?"
Pasti hal ini akan terdengar aneh bagi Martin yang selama ini mengenal Samuel. Tapi tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain melarang Martin mendekati Lusi.
"Wanita lain boleh. Tidak dengan Lusi!" katanya.
Samuel bisa mendengar Martin melangkah mendekat ke arahnya. Meletakkan tangan tepat di atas dokumen. Samuel terpaksa menatap mata Martin yang kini berada dekat sekali dengannya.
"Siapa dia? Kau menyukainya? Seorang Samuel West akhirnya menyukai wanita?" tanya Martin membuatnya tidak bisa berkutik.
Tapi dia tidak bisa menceritakan hal aneh diantara dirinya dan Lusi. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah,
"Anggap saja aku tertarik padanya"
Tangan Martin segera disingkirkan setelah mendengar jawaban Samuel.
"Kau serius?"
Samuel tak lagi menjawab.
"Hebat. Baiklah. Aku akan merelakan wanita itu untukmu. Tapi, kau harus mengatakan apa yang membuatmu tertarik padanya. Katakan padaku!" desak Martin.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u