Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 10
Bruce menjemput Ethan dan Emma dari sekolah. Kedua bocah itu melambaikan tangan kepada Bobby, 'teman' baru mereka. Bobby bersekolah hingga pukul 16.00 dan si kembar memilih pulang pukul 14.00. Mereka enggan berlama-lama di sekolah, bosan pastinya.
" Haaaah."
Ethan menghela nafasnya panjang. Bruce yang mendengar Tuan mudanya seperti itu, melirik dari kaca spion. Dalam hati Bruce berkata, mana ada anak seusia Ethan yang menghela nafas seakan mempunyai beban yang berat. Bahkan usianya barulah 5 tahun.
" Eth, kau seperti orang tua saja begitu," cibir Emma.
" Haaah kau tidak tahu apa yang tadi ku alami. Gadis-gadis itu, mereka dari tadi menggangguku," gerutu Ethan. Ya, saat di sekolahan tadi Ethan memang selalu dihampiri gadis-gadis kecil. Mereka bahkan berebut untuk mengajak Ethan bermain.
" Halah, jangan sok famous deh Eth. Geli sekali aku mendengarnya," tukas Emma cepat. Ia terkadang suka kesal dengan tingkah kakak kembarnya yang terlewat narsis.
" Tuan dan Nona Muda, kita langsung pulang ya. Tadi Nyonya meminta saya untuk langsung mengantarkan Anda berdua pulang dan tidak diizinkan mampir kemana-mana," ucap Bruce saat melihat keduanya sudah selesai berbicara.
" Ya paman, kami tahu kok. Paman berhenti! Itu, di depan itu berhenti, ada orang yang kesusahan mengambil tongkatnya."
Emma tiba-tiba meminta Bruce menghentikan mobil mereka. Gadis kecil itu bahkan sampai memukul-mukul kaca agar Bruce segera berhenti. Awalnya Bruce tidak setuju dengan usul Emma yang minta berhenti, tapi saat melihat Emma meminta dengan sungguh, Bruce pun tidak tega.
Emma memang memiliki rasa simpati yang tinggi. Ia selalu tidak tega ketika melihat ada orang yang kesusahan. Hatinya lembut dan polos, namun terkadang bagi orang dewasa terlebih mereka yang berada dalam dunia bisnis harus lah hati-hati ketika menjumpai orang seperti itu. Sama seperti apa yang dilakukan Bruce, saat ini dia tetap waspada saat mengawal nona kecilnya turun untuk membantu seseorang yang sedang kesusahan berdiri. Terlihat pakaian orang itu compang-camping, padahal musim dingin mulai datang. Pasti dia begitu kedinginan. Emma semakin bergidik, bukan karena takut tapi merinding kasihan melihat luka di kaki pria itu.
" Paman, ini tongkatmu."
" Te-rima ka-sih no-na ke-cil."
Orang itu menjawab singkat. Suaranya bergetar, antara menahan dingin atau sakit karena lukanya. Sedangkan Bruce, tangannya terletak berada di balik mantel nya. Ia siap mengeluarkan senjata jika orang itu berbuat macam-macam. Tapi ternyata kecurigaan Bruce tidak beralasan ketika orang tersebut ambruk dan tidak sadarkan diri.
" Paman Bruce ayo bawa paman ini ke rumah sakit. Kasihan dia paman," teriak Emma. Dia sangat tidak tega melihat orang yang kesusahan berada di depan mata. Ethan setuju dengan usul Emma dan Bruce hanya bisa pasrah dengan permintaan nona muda mereka.
Bruce mengangkat tubuh pria itu. Wajah nya sungguh lusuh tapi tiba-tiba mata Bruce membelalak. Bahkan kali ini berkaca-kaca.
" Tu-tuan Rex, apakah Anda Tuan Rex. Tuan ... Tuan ... Bangun Tuan!"
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki begitu menggema di lorong rumah sakit. Seorang wanita tengah berlari degan begitu cepat. Dia tidak memedulikan sepatu hak tinggi yang dia pakai saat ini. Yang ada dalam otaknya adalah segara bisa menemui Rex. Kekasih hatinya yang sudah menghilang lama.
Bruce tadi saat mengenali bahwa orang yang mereka tolong adalah Rex langsung cepat menghubungi Jane. Dan kebetulan Jane, Olinda dan Joy sedang membahas sesuatu hal. Mendengar nama Rex tentu membuat Olinda terkejut, ia pun langsung bergegas menuju ke rumah sakit.
" Bruce bagaimana ceritanya? Lalu dimana Kak Rex?"
" Sekarang Tuan Rex sedang diperiksa. Sepertinya dia mengalami luka yang lumayan. Yang menemukan Tuan Rex adalah nona kecil, Nona Olinda. Tadi kami melihat Tuan Rex berada di jalanan, dia ~"
Bruce menceritakan apa yang terjadi tadi. Olinda menangis tergugu, ia tidak menyangka Rex akan kesulitan hidup selama ini. Dari cerita Bruce, Rex pasti hidup sebagai gelandangan. Tapi ada sedikit rasa syukur di hati Olinda, Rex masih hidup.
" Semoga Rex baik-baik saja. Jika dia sudah bisa kita temui, jangan bertanya yang macam-macam dulu ya Olind," usul Jane.
" Iya kak, aku mengerti. Meskipun aku sangat ingin tahu bagaimana kejadian 5 tahun itu, tapi kita harus mencari waktu yang tepat. Ditambah kita tidak tahu kondisi fisik dan psikis Kak Rex," ujar Olinda setuju.
Sebenarnya Jan pun sangat penasaran. Ia ingin sekali langsung bertanya kepada Rex, tapi tentu tidak akan dia lakukan. Jane yakin Rex sama terpukulnya dengan mereka berdua, apalagi Rex begitu dekat dengan Dean.
Bruce, oleh Jane diminta membawa pulang Ethan dan Emma terlebih dulu. Rumah sakit tidak lah bagus untuk anak-anak. Kedua anak kembar itu tidak protes, meskipun mereka diam tapi jelas kedua anak itu mendengarkan pembicaraan ibu dan bibinya. Jadi merek bisa mengambil kesimpulan bahwa pria yang bernama Rex adalah anggota keluarga mereka dan mungkin saja tahu mengenai apa yang terjadi dengan masa lalu.
" Apa kamu sudah mulai mencari mengenai keluarga Martinez Eth?"
" Ya sudah. Aku sudah mulai mencari, tapi lebih leluasa saat kita sampai di rumah nanti. Mencari melalui ponsel tidaklah nyaman dibanding dengan perangkat komputer."
" Oke, aku mengerti."
Kedua anak itu berkomunikasi dengan saling bertukar pesan menggunakan ponsel. Mereka harus tetap merahasiakan misi mereka dari para orang dewasa. Bruce yang saat ini mengemudi pun tidak menaruh curiga terhadap Ethan dan Emma. Lagi-lagi pikiran Bruce mengatakan bahwa apa yang bisa dilakukan anak-anak kecil itu selain bermain game di ponsel, maka dari itu Bruce membiarkan kedua bocah tersebut adik dengan ponsel mereka masing-masing.
TBC
ilang ingatan dll
semoga sukses selalu