NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Mafia Iblis

Gadis Incaran Mafia Iblis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Wallace Huang, dikenal sebagai Mafia Iblis yang tanpa memberi ampun kepada musuh atau orang yang telah menyinggungnya. Celine Lin, yang diam-diam telah mencintai Wallace selama beberapa tahun. Namun ia tidak pernah mengungkapnya.

Persahabatannya dengan Mark Huang, yang adalah keponakan Wallace, membuatnya bertemu kembali dengan pria yang dia cintai setelah lima tahun berlalu. Akan tetapi, Wallace tidak mengenal gadis itu sama sekali.

Wallace yang membenci Celina akibat kejadian yang menimpa Mark sehingga berniat membunuh gadis malang tersebut.

Namun, karena sebuah alasan Wallace menikahi Celine. pernikahan tersebut membuat Celine semakin menderita dan terjebak semakin dalam akibat ulah pihak keluarga suaminya.

Akankah Wallace mencintai Celine yang telah menyimpan perasaan selama lima tahun?

Berada di antara pihak keluarga besar dan istri, Siapa yang akan menjadi pilihan Wallace?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Celine memejamkan matanya erat-erat, berusaha menenangkan degup jantungnya yang berdebar tak karuan. "Tuan… apakah bisa… lepaskan tanganmu dulu?" pintanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.

Wallace menatap gadis itu sejenak sebelum akhirnya menghela napas pelan dan melepaskan tangannya dari pinggang Celine. Ia berbalik mengambil jubah tidurnya di ranjang, lalu mengenakannya perlahan sambil tetap menatap gadis itu dari sudut matanya.

"Katakan, ada apa? Apa kau menginginkan sesuatu?" tanyanya datar, namun ada nada penasaran di suaranya.

Celine menunduk, meremas ujung bajunya gugup. Ia mengumpulkan keberanian sebelum berkata pelan, "Aku… akan pindah besok."

Wallace yang sedang mengancing jubahnya terdiam seketika. Matanya menatap tajam ke arah gadis itu, seolah berusaha memastikan apa ia tidak salah dengar.

"Rumah sewa?" tanyanya pelan namun dingin.

Celine menatapnya kaget. "Bagaimana… Anda bisa tahu?"

Wallace menatapnya dengan tatapan tajam dan dalam. "Tidak ada yang bisa kau sembunyikan dariku," ujarnya datar. Ia melangkah mendekat hingga hanya berjarak satu meter darinya. "Tetap tinggal di sini… dan jadilah asisten rumah tangga."

"Ha?" Celine mengerjap, tidak mengerti maksud perkataannya.

"Asisten rumah tangga sudah pulang. Jadi harus ada yang mengurus rumah ini. Terlalu banyak pelayan, dan butuh seseorang untuk mengatur mereka. Mulai besok kau tidak perlu bekerja di pabrik lagi," ujar Wallace, suaranya terdengar tegas dan tak terbantah.

"Tapi… aku sudah berjanji dengan bosku," jawab Celine dengan suara lirih, matanya menatap Wallace dengan ragu.

"Kalau begitu, beritahu saja kau belum bisa datang. Sebelum aku menemukan orang lain, kau yang jaga rumah ini. Mungkin dalam waktu dekat aku akan keluar kota selama beberapa hari. Dan Nico tidak bisa tinggal di sini karena dia harus ikut denganku," jawab Wallace sambil menatapnya tajam.

Celine menunduk dalam diam. Hatinya bingung. Semua rencananya untuk mandiri dan pergi dari rumah itu tiba-tiba runtuh oleh satu perintah dari Wallace.

Wallace melangkah mendekat hingga jarak mereka hanya sejengkal. Ia menatap wajah gadis itu dalam-dalam, suaranya rendah dan pelan. "Kenapa? Kau tidak sudi membantuku? Atau… karena Mark sudah tidak ada di sini, jadi kau merasa tidak perlu tinggal di rumah ini lagi?"

Celine menatap mata pria itu dengan tatapan berkaca-kaca. "A-aku… akan tetap di sini… dan membantu menjaga rumah ini sampai Tuan menemukan orang lain," jawabnya pelan dengan suara bergetar.

Wallace menatapnya dalam beberapa detik, kemudian tersenyum tipis. "Baguslah," ujarnya singkat.

Ia meraih dompetnya yang di atas meja dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam pekat dengan logo perak di tengahnya. Ia menyodorkannya kepada Celine.

"Ambil ini dan gunakan saja. Ini black card… tidak ada batasnya," kata Wallace datar, suaranya terdengar dingin namun penuh tekanan.

Celine menatap kartu hitam itu dengan mata membesar kaget. Tangannya gemetar saat menerimanya. "Aku… aku tidak bisa menerimanya, Tuan."

Wallace menatapnya dengan ekspresi dingin dan tajam. "Anggap saja sebagai gaji pertamamu. Tidak perlu hemat… gunakan saja apa yang kamu mau. Kartu itu tidak ada limitnya, kau bisa membeli apa pun yang kau perlukan."

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik melangkah keluar dari kamar dengan langkah tenang dan berwibawa, meninggalkan aroma maskulin yang masih menempel di udara.

Celine menatap black card di tangannya, napasnya tercekat. "Black card… kartu tanpa limit… bagaimana bisa dia memberikannya padaku semudah ini?"

Keesokan harinya.

Pagi itu, suasana di kediaman Wallace yang biasanya tenang mendadak riuh oleh suara deru mesin mobil. Beberapa mobil hitam berhenti berjejer di depan gerbang utama. Para anggota yang menjaga rumah segera menegakkan badan mereka dengan sikap siaga.

Dari dalam mobil paling depan, Ronald turun dengan langkah pelan namun penuh wibawa. Di sampingnya, Sully berjalan setia mengikutinya, sementara Angie melangkah dengan sepatu hak tingginya. Senyum tipis penuh kesombongan terlukis di wajah gadis itu.

Para anggota Wallace segera menunduk hormat. "Tuan Besar!" sapa mereka serempak dengan penuh penghormatan.

"Hm…," jawab Ronald dengan nada angkuh, menatap rumah itu dengan tatapan menilai sebelum melangkah masuk bersama Sully dan Angie di belakangnya. Beberapa anggota keluarga mereka mengikuti dari belakang, menambah aura tekanan dan kekuasaan.

Salah satu anggota Wallace segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Nico dengan wajah tegang.

Kasino.

Di ruang kerja pribadinya yang luas dan elegan, Wallace duduk di kursinya sambil menatap layar komputer dengan tatapan dingin.

Wallace mengerutkan alisnya dalam, matanya menatap kosong ke depan dengan sorot tajam. "Apa tujuan orang tua itu datang ke tempatku?" tanyanya dengan nada serius, hampir menyeramkan.

"Tuan, sepertinya ada niat lain. Mereka membawa beberapa anggota, sepertinya bukan untuk bertamu… mungkin ada urusan lain," ujar Nico dengan hati-hati.

Wallace terdiam beberapa detik, rahangnya mengeras menahan emosi. Napasnya terdengar berat saat ia berkata pelan namun penuh tekanan, "Celine Lin… dia adalah sasarannya."

Tanpa menunggu jawaban, Wallace bangkit berdiri, kursi kulit di belakangnya terdorong hingga bergeser. Matanya menatap tajam ke depan. "Siapkan mobil, kita kembali sekarang."

"Baik, Tuan," jawab Nico cepat sambil mengikuti langkah Wallace yang panjang dan tergesa. Suasana di ruangan itu langsung dipenuhi aura dingin dan menegangkan.

"Berani menyentuhnya, akan aku pastikan kau menyesalinya," ucap Wallace.

Kediaman Wallace.

Celine berdiri di tengah ruang tamu besar yang kini dipenuhi oleh para anggota Ronald. Mereka mengepungnya dengan sikap dingin dan menakutkan.

Ronald duduk santai di sofa utama, menatapnya dengan tatapan tajam penuh wibawa, sementara Sully berdiri di sampingnya dengan ekspresi datar. Angie menatap Celine dengan senyum sinis di wajah cantiknya, matanya berkilat penuh penghinaan.

Celine menatap mereka dengan gugup, kedua tangannya meremas ujung bajunya, mencoba menahan gemetar pada tubuhnya. "Tuan… Anda siapa?" tanyanya dengan suara pelan namun terdengar jelas di ruangan yang hening itu.

Ronald menyeringai tipis. "Celine Lin… Mark sudah pulang, kenapa kau masih di sini?" tanyanya dengan nada dingin dan menekan.

Celine menunduk, mencoba mencari kata untuk menjelaskan, namun sebelum sempat bicara, Angie melangkah mendekat dengan langkah angkuh, menatapnya dari atas ke bawah dengan jijik.

"Kakak Wallace sangat tampan dan kaya… semua wanita pasti ingin mendekatinya. Pa, dia ini pasti punya niat jahat pada Kakak. Atau… mungkin saja dia adalah wanita pemuas Kakak," ujar Angie dengan suara keras dan nada menghina.

Celine mengangkat wajahnya, menatap Angie dengan kesal. "Aku… aku bukan alat. Jangan menuduhku seperti itu!" jawab Celine dengan suara bergetar namun tegas.

Ronald menatap gadis itu tajam, matanya menyipit penuh ancaman. "Hanya seorang gadis rendahan yang tidak jelas asal-usulnya… berani sekali bicara seperti itu padaku," suaranya rendah namun menakutkan. "Pergi sendiri dari sini… atau biarkan anggotaku yang menyeretmu keluar sekarang juga?"

1
Rocky
Manttappp..
yuning
i love you Mr mafia
Nabil abshor
PUUUAAAAAASSSSSS,,,,,,, syukaaak,,,, kaya gini niiiih,,,,,, yang sekali thesss,,,, dibalasnya thaaassss theeessss,,,,,,
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Febriana Merryanti
good job Wallace beri pelajar buat mereka pelacur kok teriak pelacur🤣🤣🤣
Akai Kakazain
duh thoooor....dag dig dug aq thor, knpa brsmbung pulak thor...huhuhuuu....
Bu Kus
kasih pelajaran tu Wallace buat mereka jerah
Bu Kus
semoga Wallace cepat datang dan Celine bisa selamat
Naufal Affiq
lanjut thor
Isnanun
akhirnya ada yg ngebelain Celine
R@3f@d lov3😘
akhirnya kamu datang juga Wallace 🙄🙄kasihan Celine dan hukum 2 jalang it...wlpn mereka keluarga tapi mereka 😏 sudah berani menyakiti Celine a
yuning
hanya seorang Celine kalian main keroyokan
R@3f@d lov3😘
dasar sampaaaaah 😏 kalian,,lihat saja jika kalian berani menyentuh Celine maka jangan heran jika Wallace memberi kalian pelajaran 🙄😒
Reni Anjarwani
ldoubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut
R@3f@d lov3😘
Celine yang digoda kenapa aq yang dag....dig....dug...seeeerrr🤭😁
Naufal Affiq
bisa uji coba juga tuan,kalau tuan berani
Naufal Affiq
kamu seram tuan,coba rubah sedikit cara bicaramu dan tingkah laku mu,di hadapan gadismu
yuning
aku mau lihat tuan 😁
Nabil abshor
bukan marah,bukan lembut,,,,, ky gmn ituuuuuu,,,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!