Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 20
Sementara itu, Sekar wulan berjalan setengah terburu-buru menuju biliknya. Muti dan Tyra menoleh berbarengan memperhatikan langkah sang junjungan serta raut wajahnya yang berubah, tak seperti saat awal dia begitu bersemangat ketika hendak berangkat ke kuil.
Tak berapa lama, mereka juga melihat raden Erlangga juga melangkah mengikuti Sekar wulan dengan sedikit tergesa-gesa, melihat keanehan itu membuat Muti dan Tyra saling pandang dengan wajah heran.
"Ada apa dengan ndoro putri dan kanjeng gusti adipati ya?" celetuk Tyra dengan rasa penasaran di hatinya.
Muti menggeleng, dengan menatap kosong ke depan sana. "Aku juga tak bisa menebak namun seperti nya mereka sedang dalam keadaan tidak baik- baik saja. "
Setelah sampai ke biliknya, Sekar wulan hendak segera masuk, namun di belakang tangan kekar raden Erlangga mencekal lengan mungilnya. Namun meski begitu, sekar wulan tak ada niatan untuk menoleh, wajahnya tetap mengeras, sorot matanya hanya tertuju ke depan sama sekali tak penasaran untuk menoleh dan melihat ke arah pria itu.
"Tunggu Sekar wulan, kita harus berbicara, " ucap raden Erlangga dengan nadanya yang sekarang sedikit melunak. Jujur, dia tak tahu bagaimana caranya membujuk seorang wanita yang marah karena seumur hidup nya hanya di habiskan untuk menjadi kuat, dalam otaknya hanya ada strategi dan politik saja. Itu sebabnya ibu asuhnya, nyai sedan mayang, selalu menasehati nya agar tak terlalu kaku dalam menjalani hidup. Tapi bagi raden Erlangga yang sedari dalam kandungan sudah di hadapkan dengan bahaya dan di didik dengan keras, tentu susah untuk bersikap lembut apalagi pada seorang wanita.
"Mau bicara apalagi raden? bukankah sejak awal kau tidak pernah mempercayai ku? "
Raden Erlangga membisu untuk sejenak, tatapannya mengarah ke lantai, banyak yang harus dia pikirkan sekarang, apalagi ki Sodewo sudah memanggilnya untuk menghadiri sebuah pertemuan dengan beberapa Tumenggung, tapi kakinya melangkah ke kesini, tempat Sekar wulan berada sekarang.
"Kita sudah dekat selama beberapa minggu ini. Harusnya kau tahu apa maksud ku berucap seperti tadi. "
"Benarkah? tapi sepertinya aku tak pernah benar-benar merasa dekat dengan mu. " tukas Sekar wulan, suara nya sedikit serak. Diingat nya lagi setiap perkataan Agni rara, meskipun dia tahu gadis itu berbohong dan ia tak mempercayai nya, tapi tetap saja itu mengusik pikirannya.
Sementara raden Erlangga sama sekali tak mengerti apa maksud ucapan Sekar wulan. Terkadang dia berpikir, bahwa wanita itu adalah mahluk yang sulit untuk di pahami, daripada memberikan teka- teki, mengapa mereka tidak bicara saja secara gamblang apa yang mereka rasakan?
Sungguh, bagi raden Erlangga pikiran wanita itu lebih sulit di tebak daripada menebak strategi perang musuh.
"Sudahlah, lebih baik anda kembali saja, Raden. " pungkas Sekar wulan lalu melepaskan cekalan tangan pria itu.
Raden Erlangga tentu tak bisa membiarkan keadaan seperti ini terus, dia ingin menjelaskan maksud nya berbicara seperti tadi, tapi baru saja hendak membuka mulut, sudah di dahului oleh Sekar wulan yang dengan cepat masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu nya dengan secepat kilat tanpa membiarkan pria itu menahannya, kerasnya ia menutup pintu hingga terdengar suara bedebum yang keras.
Blamm!
Sontak saja membuat raden Erlangga tersentak meski hanya sesaat, tangannya yang hanya menggapai udara kemudian ia turun kan lagi. Pria berhidung bengir itu lantas menghela napas pelan, lalu dari arah barat ketiga ajudannya tiba-tiba datang.
"Lihat tuh, wajah gusti jadi memelas gitu kaya uwong¹ gak makan setahun. " celetuk Gurem.
"Iyalah, kanjeng ayu pasti kecewa, apalagi saat melihat nyai Agni rara memeluk gusti adipati di pendopo tadi. " sahut Pitung, lalu di angguki keduanya, rupanya mereka sempat melihat pertemuan sang adipati dan Agni rara di pendopo sebelum nya juga melihat ekspresi Sekar wulan saat itu.
"Ya sudah kita pergi saja, daripada mengganggu. Suasana gusti adipati pasti juga sedang tidak baik, " kata Sanggara, dia memang jarang bersuara tapi sekalinya bersuara pasti terdengar adem dan bijak lantas ketiganya melanjutkan langkah ke aula pelatihan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dan semenjak hari itu, Sekar wulan selalu menghindari Raden Erlangga. Di mana pun mereka berpapasan, Sekar wulan akan langsung memutar arah tanpa memberikan kesempatan raden Erlangga untuk menghampiri.
Hingga suatu ketika, undangan makan malam dari nyai Sedan mayang masuk ke dalam Kadipaten. Nyai Sedan mayang rupanya mengetahui soal pertengkaran antara Agni rara dan Sekar wulan juga keadaan yang ada Kadipaten saat ini, hingga memutuskan untuk mengundang Raden Erlangga dan sekar wulan berdua.
Di hari itu, kebetulan hukuman untuk Sekar wulan akan berakhir dan sudah mulai bisa keluar esok pagi nya. Undangan itu juga khusus datang untuk nya.
(Nduk, ibunda ingin bertemu dengan mu, semoga kamu menerima undangan ini.) Kata yang tertulis dalam surat dengan sebuah tusuk konde di dalam kotak berwarna merah maroon itu, hadiah dari nyai Sedan mayang.
Dalam ingatan Sekar wulan sebelum nya, walaupun membenci raden Erlangga tapi dia tetap menjalin hubungan baik dengan nyai Sedan mayang, dan bagaimana bisa dia menolak undangan makan malam itu, sedangkan Sekar wulan sebelumnya pun sudah menganggap nyai Sedan mayang seperti ibu kandung nya sendiri.
Dan kini akhirnya, setelah sebulan penuh menjalani hukuman, tepat saat bulan purnama muncul, akhirnya Sekar wulan bisa keluar juga dari kediaman Kadipaten.
Dan kesempatan ini, ia buat untuk berjalan- jalan dulu di sekitar luar Kadipaten. Suara gemericik angin yang beradu dengan dedaunan langsung menyambutnya, Sekar wulan menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Akhirnya bisa bebas. " Serunya, rasanya seperti baru keluar dari penjara saja, ia jadi cekikikan sendiri.
"Muti, bagaimana kalau besok kita pergi ke pasar seperti tujuan ku sebelum nya? " ujarnya pada Muti yang menemaninya keluar Kadipaten saat ini.
Muti mengangguk, ia tersenyum cerah. "Jika itu keinginan anda, hamba akan menemani anda selalu ndoro putri. "
Sekar wulan tersenyum menoleh ke arah gadis itu. "Baiklah temani aku ya Muti. "
"Siap ndoro putri. "
Senyum Sekar wulan kembali merekah, wajahnya berbinar terang. Dunia di zaman ini benar-benar sangat indah, jauh dari bisingnya hiruk pikuk perkotaan, benar-benar masih asri. Benar-benar seperti dunia yang ia impikan sejak dulu.
Tak berapa lama kemudian Sekar wulan baru menyadari, jika dirinya sedang di perhatikan, dan benar saja saat dia menoleh, Raden Erlangga berdiri di sana, bersandar pada tembok dengan kedua tangan terlipat.
Mereka tak bertemu beberapa hari ini karena Sekar wulan yang selalu menghindari nya pun sang Raden yang sibuk dengan pertemuan-pertemuan dalam tugasnya sebagai adipati.
"Kau sepertinya sangat senang karena sudah bisa keluar ya? " celetuk adipati, bibirnya sedikit tersungging ke atas.
Namun ucapan nya tak mendapat tanggapan dari Sekar wulan, gadis itu tetap sibuk dengan dunia nya sendiri.
Lantas wajah adipati berubah mengelam, tapi tatapannya terlihat tajam. Lalu dengan cepat, angin bergerak ke arah Sekar wulan, Muti refleks menutup wajahnya dengan tangan saat debu dan daun- daun yang gugur bergelung di udara.
Dan dalam sekejap, setelah angin pergi, Sekar wulan juga tak ada di sana, membawa keheranan untuk Muti namun ia juga melihat sang adipati juga menghilang, Muti akhirnya mengerti dan diam saja membiarkan.
Ternyata raden Erlangga menggunakan kesaktiannya, dia membawa Sekar wulan dengan kecepatan angin pergi dan sekarang tahu- tahu mereka sudah berdiri di atas atap salah satu bangunan Kadipaten.
Sekar wulan yang sebelumnya menutup mata lantas membuka perlahan matanya dan terkejut luar biasa karena kini mereka berada ketinggian.
"Raden, apa yang kamu lakukan? turunkan aku? " pekiknya panik.
Namun wajah raden Erlangga tetap tenang, kedua lengan kekarnya masih setia berada di pinggang ramping sang gadis, matanya begitu lekat menatap wajah cantik di depan nya.
Sekar wulan lantas merasa kesal melihat pria itu tak mendengarkan ucapan nya. "Raden, apa yang kau tunggu, cepat turunkan aku!"
Namun sepertinya raden Erlangga tak mendengar kan, dan kini dia malah sedikit merunduk lalu mencuri satu kecupan di bibir ranum gadis itu.
Cup!
Tanpa aba- aba,tanpa peringatan dan begitu tiba-tiba yang sontak saja membuat kedua mata Sekar wulan melebar sempurna. Lalu raden Erlangga kembali menegakkan tubuh tapi dengan mata yang tampak sendu.
"Jangan mengacuhkan ku terus, Sekar wulan. Aku benar-benar tak tahan, " ucapnya dengan suara bariton yang berat dan entah kenapa terdengar begitu putus asa.
*****
¹: Orang
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏