Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 9 - Persetujuan Perjanjian
Dengan tangan gemetar Rizal membaca kertas yang ada di tangannya.
“Ini maksudnya apa dek??” tanyanya lirih
“Maksutnya sudah tertera jelas disitu. Dari awal aku tidak
ingin menikah denganmu. Kamu orang asing bagiku. Tapi karena nenek memaksaku,
aku tidak memiliki pilihan lain. Bila Kamu ingin setidaknya aku berkontribusi
sedikit pada pernikahan ini, aku ingin Kamu menandatangani surat perjanjian itu.”
Tia menjelaskan tanpa melihat wajah Rizal.
“Kalau Aku orang asing bagimu, bukankah seharusnya Kita
harus saling mengenal dek? Kenapa harus dengan surat perjanjian ini? Surat ini
akan menghambat Kita untuk saling mengenal…”
“Tapi surat perjanjian itu memberiku rasa aman. Kalo kamu
masih ingin aku tinggal disini, dirumahmu ini maka tolong segera tanda-tangani
surat itu!”
“Kalau Aku tidak mau…”
“Maka aku akan segera keluar dari rumah ini saat ini juga!!”
Tia menjawab dengan ketus. Rizal menghela nafas panjang-panjang.
“Dek, bukankah kita harus membahas pasal-perpasal dari perjanjian ini?”
“Tidak ada yang perlu dibahas, Kamu hanya perlu tanda tangan saja!”
“Tapi dek… Semua isi dari pasal ini tidak masuk akal. Hampir
semua pasal menyatakan seolah-olah kita bukan pasangan. Bagaimana kita akan
saling mengenal bila harus memenuhi semua pasal ini??”
“Mau tanda tangan atau tidak?? Kalau tidak mau, saya akan keluar dari rumah ini!!”
“Tapi Dek…”
“Gak ada tapi-tapian, bukankah dibeberapa pasal ada yang
menguntungkanmu?? Contohnya Kamu tidak perlu memberiku nafkah lahir maupun
bathin. Kamu tidak perlu bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhanku!”
“Astagfirulloh dek, menafkahi Kamu itu menjadi salah satu
tanggung jawabku. Aku tidak pernah merasa Kamu menjadi bebanku. Aku bahagia
sekali bisa menikah denganmu Dek…”
“Kamu bahagia!! Jelas saja kamu bahagia!! Dengan pekerjaanku
yang seperti ini, dan pekerjaanmu yang seperti itu tentu saja Kamu bahagia!!
Tapi Aku sama sekali tidak bahagia dengan pernikahan ini!! Dari awal aku sudah
menolaknya, tapi nenek tetap memaksaku menikahimu!! Entah guna-guna apa yang
Kamu berikan ke nenekku sehingga nenekku setuju menikahkanku denganmu!!” Tia
mulai berteriak histeris. Karena khawatir melihat istrinya yang sudah diluar control,
akhirnya Rizal mengalah.
“Baiklah dek… mas akan tanda-tangani perjanjian ini. Tolong
jangan sedih lagi.” Rizal mencari-cari pena dan akhirnya menandatangani
perjanjian terkutuk itu kemudian menyerahkannya pada Tia. Dengan tanpa bersalah, Tia menerima surat itu
dan menyimpannya rapat-rapat. Kemudian dia masuk ke kamar utama, meninggalkan
Rizal diruang tamu yang akan menjadi kamar tidurnya sepertinya untuk selamanya.
Rizal menatap pintu kamar yang tertutup. Kemudian dia
membaringkan badannya di atas karpet. Dia mulai bertanya-tanya tentang
keputusannya menikahi Tia. Apakah dia telah salah menikahinya? Kemana sosok
wanita yang dikenalnya dalam diam itu? Kemana sosok baik hati itu? Kenapa yang
ada didepannya hanya sosok dingin? Apakah seharusnya dia tidak menikahi Tia
agar dia bisa bahagia? Tia sedih karena menikah dengannya. Lalu apa yang akan
dilakukannya sekarang?
Sepanjang malam Rizal tidak bisa memejamkan matanya, baru
menjelang Subuh dia bisa mengistirahatkan matanya sebentar sebelum kemudian
pagi sudah datang.