NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:206
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9: The Dispatch Chase

Dinginnya malam di Seoul terasa lebih menggigit ketika enam pasang mata waspada memindai sekeliling gang sempit di belakang Itaewon. Aliansi yang baru saja terbentuk antara klan Star (IVE) dan klan Shadow (ENHYPEN) masih terasa canggung, namun ancaman nyata sudah berada di depan mata.

"Dengar, energi Void di area ini mulai stabil, tapi energi manusia di sekitar kita justru meledak," bisik Jake sambil menatap layar tabletnya yang terus berkedip merah. "Sensor panas mendeteksi ada lima kendaraan stasioner di radius dua ratus meter. Mereka bukan polisi. Pola parkir mereka... itu pola pengintaian."

"Dispatch," desis Jay sambil memperbaiki letak topinya. "Mereka pasti sudah mengikuti kita sejak dari klub tadi."

Yujin melirik Wonyoung dan Sunghoon yang masih berdiri berdekatan. "Jika mereka mendapatkan satu foto saja dari kita berenam berdiri bersama di gang gelap seperti ini, besok pagi industri K-Pop akan runtuh. Bukan karena skandal kencan, tapi karena teori konspirasi penggabungan dua kekuatan raksasa."

"Dan jangan lupa, kita membawa koper berisi pecahan Vinyl," Gaeul mengingatkan sambil memeluk koper perak itu erat-erat. "Jika mereka memotret benda ini memancarkan cahaya, kita tidak akan bisa menjelaskannya sebagai 'aksesoris panggung'."

Sunghoon mengambil alih komando. Matanya berkilat biru tajam, memetakan rute pelarian. "Kita harus berpencar. Jika kita bergerak sebagai satu grup, kita adalah sasaran empuk. Jake, kau pergi bersama Yujin melalui jalur pertokoan. Jay dan Gaeul, ambil rute pemukiman padat. Aku dan Wonyoung akan memancing mobil utama mereka ke arah Namsan."

"Kenapa harus kalian yang memancing?" tanya Wonyoung, meski ia sudah tahu jawabannya.

"Karena kita adalah 'umpan utama' mereka, Wonyoung-ah," jawab Sunghoon datar. "Mereka menginginkan wajah kita. Jika mereka melihat kita, mereka akan mengabaikan yang lain."

Rencana dimulai. Jake dan Yujin bergerak lebih dulu. Sebagai New Bloods yang gesit, mereka melompat melalui celah-celah gedung dengan kecepatan yang sulit ditangkap lensa kamera biasa.

"Yujin-ah, jam dua! Ada fotografer di atas ruko!" bisik Jake melalui earpiece.

Yujin tidak berhenti. Sambil berlari, ia menjentikkan jarinya ke arah lensa kamera tersebut. Flash kecil keluar, membuat sensor kamera fotografer itu mengalami overexposure sesaat. "Berhasil. Dia hanya akan mendapatkan foto putih polos," lapor Yujin sambil terus melesat.

Sementara itu, Jay dan Gaeul harus berhadapan dengan pengejaran motor. Dua pengendara motor hitam dengan kamera terpasang di helm terus membuntuti mereka.

"Gaeul, gunakan silet anginmu, tapi jangan lukai mereka!" perintah Jay.

Gaeul mengangguk. Ia memutar tubuhnya, menciptakan pusaran angin kecil yang sangat terfokus di aspal bawah ban motor pengejar. Motor itu kehilangan keseimbangan dan tergelincir perlahan ke tumpukan sampah. Jay segera menggunakan rantai bayangannya untuk mengikat kabel kopling motor tersebut tanpa merusak mesinnya.

"Aman. Mereka akan tertahan di sini selama sepuluh menit," ucap Jay bangga.

Namun, konflik utama terjadi pada Wonyoung dan Sunghoon. Sebuah mobil van hitam dengan kaca gelap terus membuntuti taksi yang mereka tumpangi secara acak. Sang supir taksi, seorang pria tua yang tidak tahu apa-apa, mulai merasa gugup.

"Nak, sepertinya mobil di belakang itu mengikuti kita sejak tadi," ucap sang supir.

"Jangan khawatir, Paman. Teruslah berkendara menuju terowongan Namsan," ucap Wonyoung dengan suara menenangkan yang mengandung sedikit sihir hipnotis agar sang supir tetap tenang.

Di kursi belakang, jarak antara Wonyoung dan Sunghoon sangat sempit. Wonyoung bisa merasakan bahu Sunghoon yang sudah pulih total, namun aura pria itu tetap tegang.

"Mereka menggunakan lensa long-range," bisik Sunghoon. "Mereka mencoba mengambil foto profil kita dari kaca belakang taksi."

"Aku punya ide," ucap Wonyoung. Ia menatap Sunghoon dengan tatapan menantang. "Kita beri mereka apa yang mereka inginkan, tapi dengan cara kita."

"Apa maksudmu?"

Wonyoung mendekat, tangannya menyentuh dagu Sunghoon, memutar wajah pria itu agar menghadapnya. "Jika mereka ingin skandal, kita beri skandal palsu yang begitu heboh sehingga mereka lupa mencari tahu tentang koper atau monster."

Sunghoon tertegun. "Wonyoung, jangan katakan kau mau..."

Tepat saat taksi masuk ke dalam terowongan Namsan yang cahayanya kuning remang-remang, Wonyoung menarik kerah baju Sunghoon. Dari sudut pandang mobil van di belakang, siluet mereka terlihat seperti sedang melakukan ciuman panas di kursi belakang taksi.

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

Kilatan lampu dari mobil van di belakang terlihat berkali-kali melalui kaca film.

"Kau gila!" desis Sunghoon, meskipun ia tidak menjauhkan wajahnya. Jarak hidung mereka hanya beberapa milimeter. Ia bisa mencium aroma mawar dan darah murni dari napas Wonyoung.

"Tunggu sepuluh detik lagi," bisik Wonyoung. Matanya berkilat ungu. "Sekarang, Sunghoon! Bekukan lensanya!"

Sunghoon melepaskan gelombang dingin yang sangat terfokus melalui kaca belakang taksi. Embun beku yang tebal seketika menutupi seluruh lensa kamera di dalam mobil van tersebut, membuat gambar yang mereka ambil menjadi blur dan tidak fokus pada bagian yang penting.

"Paman, berhenti di depan!" perintah Wonyoung.

Begitu taksi berhenti di ujung terowongan, Wonyoung dan Sunghoon melompat keluar dan menghilang ke dalam hutan di kaki gunung Namsan sebelum para jurnalis sempat keluar dari mobil mereka.

Pukul tiga pagi, di puncak bukit Namsan yang sepi. Keenam Hunter berkumpul kembali di bawah bayang-bayang pohon pinus besar. Mereka tampak lelah, namun ada rasa kemenangan di wajah mereka.

"Bagaimana?" tanya Sunghoon pada Jake.

Jake memeriksa jaringan berita Dispatch melalui peretasan pintarnya. "Mereka frustrasi. Foto-foto yang mereka dapatkan di taksi semuanya tertutup embun beku dan bayangan cahaya. Mereka hanya punya foto siluet dua orang yang 'tampak' mesra, tapi tanpa wajah yang jelas, mereka tidak berani merilisnya. Pihak agensi kita juga sudah mulai melakukan counter-play dengan merilis berita pengalihan tentang jadwal tur dunia."

Yujin menghela napas lega. "Hampir saja. Jika bukan karena 'skandal' buatan Wonyoung, mereka pasti sudah mencoba menabrak taksi itu untuk menghentikan kita."

Gaeul menyerahkan koper perak itu kembali kepada Wonyoung. "Pecahannya aman. Tapi... Wonyoung-ah, apa kau benar-benar melakukan itu di taksi?"

Wonyoung membuang muka, wajahnya sedikit memerah. "Itu hanya akting, Gaeul-ya. Kau tahu kan aku aktris yang baik."

Jay tertawa kecil sambil menyenggol bahu Sunghoon. "Akting atau bukan, Hyung terlihat sangat kaku tadi. Kau harus belajar lebih rileks jika mau menipu Dispatch lagi."

Sunghoon hanya memberikan tatapan dingin yang membuat Jay langsung diam, namun di balik telinganya, Sunghoon juga tampak sedikit memerah.

"Dengar semuanya," Sunghoon mengalihkan pembicaraan. "Malam ini membuktikan satu hal. Kita tidak bisa bergerak sendirian lagi. Produser itu tidak hanya mengirim monster, dia mengirim manusia untuk menghancurkan kita. Mulai sekarang, kita adalah satu unit."

Yujin mengulurkan tangannya ke tengah lingkaran. "Klan Star dan Klan Shadow. Untuk masa lalu yang kita lupakan, dan masa depan yang kita jaga."

Satu per satu, Jake, Jay, Gaeul, Sunghoon, dan terakhir Wonyoung, meletakkan tangan mereka di atas satu sama lain. Sebuah getaran energi yang sangat murni menyambar di antara mereka—sebuah sumpah baru yang bukan berasal dari paksaan darah, melainkan dari pilihan mereka sendiri.

Tiba-tiba, suara tepuk tangan bergema dari kegelapan hutan.

"Pemandangan yang sangat menyentuh. Aku hampir meneteskan air mata jika aku masih punya kelenjar air mata manusia."

Sosok Produser muncul, berjalan santai dengan tongkat berkepala perak. Kali ini, ia tidak sendirian. Di belakangnya berdiri sosok monster level-S yang mengenakan jubah pelayan, seorang Void Butler.

"Kalian lulus ujian kedua," ucap Produser itu sambil tersenyum lebar. "Pengejaran Dispatch itu adalah caraku untuk melihat seberapa cepat kalian bisa berkoordinasi dalam tekanan publik. Dan hasilnya? Cukup menghibur."

"Apa maumu sebenarnya?" bentak Jay sambil mengeluarkan rantai bayangannya.

"Sederhana saja. Aku ingin kalian segera mengumpulkan pecahan ketujuh. Pecahan itu ada di dalam tubuh seseorang yang sangat kalian kenal," Produser itu melirik ke arah Yujin.

"Apa maksudmu?!" Yujin tersentak.

"Pecahan ketujuh bukan berada di benda mati, melainkan tertanam di jantung salah satu member grup kalian yang paling muda. Dia tidak akan bertahan lama kecuali pecahan itu diambil," lanjut Produser itu dengan nada dingin. "Kalian punya waktu empat puluh delapan jam sebelum jantungnya berhenti berdetak."

Produser itu menghilang ke dalam kabut malam bersama monster pelayannya.

Semua Hunter terpaku. Wonyoung menatap teman-temannya dengan ngeri. "Member paling muda... maksudnya Leeseo? Atau Ni-ki?"

"Kita harus kembali ke asrama sekarang!" teriak Sunghoon.

Keenam Hunter itu berlari menuruni bukit Namsan. Kesuksesan mereka menghindari Dispatch tidak lagi terasa manis. Perang ini baru saja memasuki tahap di mana nyawa orang-orang yang mereka cintai menjadi taruhannya.

Malam di Seoul belum berakhir, namun bagi mereka, setiap detik kini adalah detak jantung yang sedang dipertaruhkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!