NovelToon NovelToon
Legenda Semesta Xuanlong

Legenda Semesta Xuanlong

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Epik Petualangan / Iblis / Mengubah Takdir
Popularitas:37.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)

Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".

Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.

Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26

Zona Pendaratan Reruntuhan Bintang Kuno.

Sensasi akibat teleportasi jarak pendek menghilang. Kaki Ye Chen mendarat di atas batu yang keras dan panas.

Di sekelilingnya, 50 murid elit Sekte Pedang Bintang lainnya juga mendarat. Suara kekaguman segera terdengar, menggantikan rasa mual mereka.

"Lihat ini! Langit-langitnya bercahaya!" "Energi di sini padat sekali! Lihat, ada Bunga Api Bintang tumbuh di sela-sela batu!"

Mereka berada di sebuah alun-alun raksasa di pinggiran kota bawah tanah yang runtuh. Di atas mereka, bercahaya memberikan penerangan remang-remang. Di bawah, sungai magma mengalir lambat, memberikan panas yang menyengat.

Namun, Ye Chen tidak melihat keindahan itu. Hidungnya berkedut.

Bau amis darah yang disamarkan oleh bau belerang.

"Yin'er," bisik Ye Chen, menarik gadis itu agar menempel di punggungnya. "Jangan jauh-jauh. Dan siapkan Jepit Rambut-mu."

"Kenapa, Kakak?"

"Karena pestanya sudah dimulai."

Di depan rombongan, Wang Teng melangkah maju dengan angkuh. Dia menunjuk ke sebuah lorong besar di depan alun-alun.

"Semuanya! Ikuti aku!" perintah Wang Teng. "Lorong utama ini pasti mengarah ke pusat harta karun. Siapa cepat dia dapat!"

Para murid, yang dibutakan oleh keserakahan, bersorak dan berlari mengikuti Wang Teng. Mereka melupakan peringatan Ketua Sekte tentang bahaya.

Ye Chen tidak bergerak. Dia justru mundur perlahan ke arah bayangan pilar yang runtuh.

Sreeet...

Suara pelan, seperti kain yang diseret, terdengar dari kegelapan langit-langit.

"AAAAARGHHH!"

Jeritan memilukan memecah kegembiraan.

Seorang murid di barisan depan tiba-tiba terangkat ke udara. Sebuah rantai merah berduri melilit lehernya, menariknya ke kegelapan di atas.

SPLAT!

Darah segar menghujani murid-murid di bawahnya. Potongan tubuh jatuh berdebum.

"Serangan musuh!" "Di atas! Di atas!"

Kepanikan meledak. Dari balik bayangan, puluhan sosok berjubah merah darah melompat turun seperti kelelawar.

Sekte Darah.

"Hehehe... daging segar yang dikirim oleh Sekte Pedang Bintang!" "Bunuh mereka semua! Darah mereka untuk Altar!"

Pertempuran pecah seketika. Para murid Sekte Darah ini rata-rata berada di Ranah Pembuka Bintang Tahap 8 dan 9. Mereka ganas, tidak takut mati, dan menggunakan teknik terlarang yang membakar darah.

Murid-murid Sekte Pedang Bintang yang manja dan belum berpengalaman tempur langsung kewalahan. Dalam hitungan detik, lima murid tewas.

"Pertahankan formasi!" teriak Wang Teng, menebas seorang musuh dengan pedangnya. Wajahnya pucat. Dia tidak menyangka ada penyusup di sini.

Di sudut gelap, Ye Chen mengamati kekacauan itu dengan dingin.

"Mereka hanya umpan," gumam Ye Chen. "Sekte Darah menggunakan murid-murid ini untuk mengulur waktu agar Tetua mereka di bawah bisa menyelesaikan ritual."

Seorang murid Sekte Darah melihat Long Yin yang berdiri di belakang Ye Chen. Mata pria itu berbinar cabul.

"Gadis cantik! Kau milikku!"

Pria itu menerjang, cakarnya yang memerah mengarah ke wajah Long Yin.

Ye Chen tidak repot-repot mencabut pedang beratnya. Dia hanya mengangkat tangan kanannya, jari telunjuk dan tengahnya lurus seperti pedang.

Energi Bintang yang tajam Niat Pedang memadat di ujung jarinya.

SWISH!

Ye Chen mengibaskan jarinya.

Sebuah garis perak tipis melesat.

Kepala murid Sekte Darah itu berlubang di tengah dahinya. Dia jatuh mati tepat di depan kaki Ye Chen.

Long Yin tidak berteriak. Dia menatap mayat itu dengan wajah pucat tapi mata yang tegas. Dia telah melihat Ye Chen membunuh sebelumnya. Dia tahu dunia ini kejam.

"Kakak, kita bantu mereka?" tanya Long Yin, melihat teman-teman sektenya dibantai.

"Bukan urusan kita," kata Ye Chen dingin. "Mereka yang memilih mengikuti Wang Teng ke jalur kematian. Kita punya jalan lain."

Ye Chen menarik Long Yin, bergerak mundur menjauhi pertempuran utama. Dia mengincar sebuah dinding retak di sisi timur alun-alun jalan rahasia yang ditandai di peta Lin Feng.

Namun, gerakan Ye Chen tertangkap oleh mata Wang Teng.

"Ye Chen! Kau mau lari, pengecut?!" teriak Wang Teng di tengah pertempuran. "Tangkap dia! Dia pengkhianat yang mencoba kabur!"

Dua orang kaki tangan Wang Teng Zhang Hu (Bukan yang mati di hutan, tapi sepupunya) dan Li Feng segera memisahkan diri dari pertempuran dan mengejar Ye Chen.

"Berhenti, Sampah!" teriak Zhang Hu.

Ye Chen dan Long Yin sudah melompat masuk ke dalam celah dinding retak itu, menghilang ke dalam kegelapan lorong sempit.

"Kejar!" perintah Zhang Hu. "Jangan biarkan dia lolos! Ini kesempatan membunuhnya tanpa saksi!"

Kedua pengikut Wang Teng itu masuk ke dalam lorong.

Di Dalam Lorong Rahasia.

Lorong itu gelap gulita dan sunyi, kontras dengan jeritan pertempuran di luar.

Zhang Hu dan Li Feng berjalan hati-hati, pedang mereka terhunus.

"Ke mana mereka pergi?" bisik Li Feng. "Lorong ini buntu?"

Memang, di depan mereka hanya ada dinding batu. Tidak ada jejak Ye Chen.

"Mungkin dia sembunyi di balik batu..."

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka.

Mereka berputar cepat.

Ye Chen berdiri di sana, menghalangi jalan keluar mereka. Dia tersenyum, tapi matanya tidak.

"Kalian mencariku?" tanya Ye Chen sopan.

"Hah! Ternyata kau bodoh, menyerahkan diri," Zhang Hu tertawa, mengarahkan pedangnya. "Kau pikir di tempat sempit ini pedangmu berguna? Gerakanmu akan terbatasi!"

Ye Chen menggeleng pelan.

"Kalian salah paham," kata Ye Chen. "Aku membiarkan kalian masuk... karena aku tidak ingin Long Yin melihat apa yang akan kulakukan pada kalian."

Aura Ye Chen berubah.

Lapisan cahaya transparan muncul menyelimuti kulitnya. Tekanan udara di lorong sempit itu meningkat drastis, membuat Zhang Hu dan Li Feng merasa seperti tenggelam di dasar laut.

Mata mereka melotot horor.

"A-Armor Bintang...?" gagap Li Feng, kakinya lemas. "Ranah... Ranah Pengumpul Bintang?!"

"Tidak mungkin! Kau cuma sampah Tahap 6 dua bulan lalu!" jerit Zhang Hu.

"Kejutan," bisik Ye Chen.

Ye Chen menghilang.

Di lorong sempit itu, dia tidak butuh pedang.

Dia muncul di depan Zhang Hu, tangannya mencengkeram wajah pria itu.

KRAK!

Ye Chen membenturkan kepala Zhang Hu ke dinding batu. Tengkoraknya pecah. Mati seketika.

Li Feng menjerit, mencoba lari. Tapi Ye Chen menangkap leher belakangnya.

"Sssst..." Ye Chen mendekatkan bibirnya ke telinga Li Feng. "Jangan berisik. Nanti yang lain dengar."

KREK.

Leher Li Feng patah.

Ye Chen menjatuhkan dua mayat itu. Dia membersihkan tangannya yang tidak terkena setetes darah pun.

"Ranah Pengumpul Bintang melawan Pembuka Bintang..." gumam Ye Chen. "Seperti membunuh semut."

Dia berjalan kembali ke ujung lorong buntu itu. Long Yin sedang menunggu di sana, menghadap dinding, menutup telinganya sesuai perintah Ye Chen sebelumnya.

"Sudah selesai, Yin'er," kata Ye Chen lembut.

Long Yin berbalik, melihat lorong yang kosong (mayat-mayat itu disembunyikan Ye Chen di bayangan).

"Kakak, dinding ini buntu," kata Long Yin.

"Tidak buntu," Ye Chen menempelkan tangannya ke batu itu, menyalurkan Energi Bintangnya yang spesifik sesuai peta. "Ini pintu satu arah."

RUMBLE...

Dinding batu itu bergeser, membuka jalan menuju tangga spiral yang mengarah jauh ke bawah tanah—langsung menuju ke Belakang Altar Hitam, memotong jalan memutar yang penuh jebakan.

"Ayo," ajak Ye Chen. "Mari kita curi harta karun itu selagi mereka sibuk saling bunuh di atas."

1
Eka suci
kelompok manusia barbar ini seperti manusia biasa yg tidak bisa kultivasi jadi mengandalkan otot
aleena
ahaa maen petak umpet🤣🤣
Eka suci
kalau dulu ye chen yg selalu nurut sama long yin disini sebaliknya 👍
Eka suci
udah lumpuh aja masih bilang milikku 😏
MyOne
Ⓜ️🤜🏻💥🤛🏻Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️😁😁😁Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️💥💥💥Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️🙄🙄🙄Ⓜ️
Nanik S
Bantai semua untuk pupuk di tanah suku Bar bar
Nanik S
Akhirnya bangun juga Ye Chen
Nanik S
Mengambil jantung kembali
Nanik S
Waktunya makan malam
Nanik S
Akhirnya Wang Teng sang Jenius tenggelam
Nanik S
Kalau sudah melihat harta semua lupa
OldMan
seruuuuu🔥🔥
Bang Udin
lanjut,,,mantabbbb👍👍👍👍
Mohammad Bahrun
lanjut Thor
Tatmani Oniaka
👍
Tatmani Oniaka
👍👍👍
Tatmani Oniaka
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!