NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Matahari sudah bersinar terang dan Salvatore baru saja menyelesaikan olahraganya di taman belakang.

Salvatore berjalan masuk kedalam rumah dan di dapur ia mencium aroma kopi dan susu hangat langsung menyambutnya.

Ia membuka kulkas, mengambil sebotol susu segar, menuangkannya ke gelas, lalu meminumnya perlahan.

Disaat ia sedang minum, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki Ibunya.

“Sal, Mama boleh bicara sebentar?”

Suara lembut tapi tegas itu milik Nyonya Teresa, ibu Salvatore, yang sudah berdiri di ambang pintu dapur.

Perempuan anggun berusia 60-an itu mengenakan gaun sutra berwarna pastel, dengan tatapan yang tajam tapi penuh kasih.

Salvatore menganggukkan kepalanya dan ia meminta pelayan untuk meninggalkan mereka.

"Ada apa, Ma?" tanya Salvatore.

Nyonya Teresa menghela nafas panjang sambil menatap wajah putranya.

“Siapa gadis yang semalam kamu bopong masuk ke kamar utama? Apa dia Madeleine?" tanya Nyonya Teresa.

Salvatore meletakkan gelasnya perlahan, menatap ibunya .

“Namanya Shelena, Ma. Bukan Madeleine. Aku menemukannya di depan mobilku semalam. Dia pingsan, terluka da dia juga korban penjualan manusia. Aku nggak bisa biarkan dia sendirian, Ma." jawab Salvatore.

Nyonya Teresa menghela nafas panjang saat mendengar jawaban dari putranya.

"Sal, Mama tahu kalau kamu masih belum melupakan mendiang istrimu. Tapi, mama ingin kamu berhati-hati dengan Shelena." ucap Nyonya Teresa.

Salvatore mengangguk kecil dan setelah itu ia meninggalkan Nyonya Teresa yang masih di dapur.

Ia naik ke lantai atas menuju ke kamar Sania yang masih tertutup.

"Selamat pagi, Shelena." sapa Salvatore

Sania terperanjat kecil saat mendengar suara bariton itu.

Tubuhnya langsung menegang, dan untuk sesaat napasnya tertahan.

Ia hampir lupa kalau ia sekarang berada di rumah pria yang sudah membunuh kekasihnya

"S-selamat p-pagi, Tuan. S-sal." sapa Sania dengan suara gugup.

Salvatore tertawa kecil saat melihat Sania yang salah tingkah.

"Ayo lekas mandi dan aku ditunggu di ruang makan." ucap Salvatore.

Sania menganggukkan kepalanya sambil bangkit dari tempat tidurnya.

Salvatore keluar dari kamar dan ia memanggil Carla untuk menyiapkan pakaian Sania.

"Baik, Tuan Salvatore."

Carla segera menuju ke kamar lain untuk mengambil pakaian yang diinginkan oleh Salvatore.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Sania berdiri di depan cermin.

"Sania Erwin sudah tiada dan sekarang hanya ada Shelena Rosalia." gumam Sania.

Sania meneteskan air matanya saat membayangkan Adam ada di belakangnya mencium lehernya.

"Adam, aku merindukan. A-aku...."

Tok.... tok... tok...

"Nyonya, apa ada masalah?" tanya Clara.

Sania langsung menghapus air matanya dan mengambilnya handuk untuk menutup tubuhnya.

Setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan melihat gaun yang sudah disiapkan di atas kamar.

"Nona, mari saya bantu." ucap Clara yang meminta Sania untuk duduk.

Sania duduk di depan meja rias besar dengan bingkai emas.

Cahaya matahari pagi menembus tirai putih tipis, menerangi wajahnya yang masih basah oleh sisa air mata.

Carla berdiri di belakangnya, menata rambut panjang Sania dengan lembut, sementara tangan lain menyiapkan gaun biru muda di atas tempat tidur.

“Warna ini cocok sekali untuk Nona. Tadi Tuan Salvatore yang memilihnya sendiri.” ucap Carla.

Sania mengangguk kecil dan tersenyum ke arah Carla.

Terima kasih, Carla. Kau sangat baik,” jawab Sania pelan.

“Tidak perlu berterima kasih, Nona. Kami semua senang akhirnya rumah ini terasa hidup lagi.”

“Maksudmu?” tanya Sania.

Carla berhenti sejenak, lalu menundukkan kepalanya.

“Sejak Nyonya Madeleine meninggal, Tuan Salvatore jarang berbicara. Rumah ini seperti mati. Tapi sejak Nona datang, ia tersenyum lagi.” jawab Carla.

Sania tersenyum kecil saat mendengar perkataan dari Carla.

"Terima kasih, Carla." ucap Sania yang kemudian keluar dari kamar dan turun menuju ke ruang makan.

Sania berjalan dan melihat Salvatore yang sudah menunggunya.

Ia juga melihat Nyonya Teresa, Leonardo, Amelia adik Salvatore yang terkenal kejam seperti Salvatore.

"Shelena, sebelum kita sarapan. Perkenalkan ini Mama Teresa, dia ibu tiri ku tapi sudah aku anggap sebagai ibu kandungku sendiri. Ini Leonardo dan Amelia adik tiriku."

Sania menundukkan kepalanya dan memberi rasa hormat kepada Nyonya Teresa.

"Ayo, sekarang kita sarapan dulu." ajak Salvatore yang kemudian menarik kursi Sania dan mempersilahkan nya untuk duduk.

Pelayan mulai menuangkan jus jeruk ke gelas Salvatore dan Sania.

"Makan yang banyak, ya." ucap Salvatore sambil memberikan roti gandum yang sudah ia berikan selai strawberry.

"Terima kasih, Sal."

Mereka pun mulai sarapan dan sesekali Salvatore tersenyum tipis ke arah Sania.

Disaat sedang menikmati rotinya, Sania dikejutkan dengan kaki Leonardo yang menyentuh kakinya.

Sania menatap Leonardo yang mengedipkan salah satu matanya.

Shelena langsung bangkit dari duduknya dan mengambil gelas.

BYUR!

Sania menyiram air ke wajah Leonardo yang sedang menggodanya.

"Shelena!"

Sania berpura-pura menangis dan tidak menghiraukan perkataan dari Salvatore.

Salvatore langsung menoleh ke arah Leonardo yang sedang membersihkan wajahnya.

BRAK!!

"KALAU KALIAN MASIH INGIN TINGGAL DISINI, TOLONG HARGAI TAMUKU!" ucap Salvatore dengan nada tinggi

Leonardo langsung menundukkan kepalanya dan ketakutan saat mendengar perkataan dari kakaknya.

Salvatore lekas menuju ke kamar atas untuk menenangkan Sania.

Sania yang masih berpura-pura menangis di kamarnya langsung melepaskan gaun yang dipilih oleh Salvatore tadi.

"Shelena, boleh aku masuk."

Sania tersenyum tipis dan rencananya telah berhasil.

Tanpa menunggu jawaban dari Sania, Salvatore langsung membuka pintu dan melihat Shania yang sudah melepaskan pakaiannya.

"Sal, ini aku kembalikan gaun yang sudah kamu pilihkan. Lebih baik aku kembali ke jalanan, Sal. A-aku tidak mau merepotkan kamu." ucap Sania.

Salvatore merasakan dadanya yang sangat sakit sekali ketika mendengar perkataan dari Sania.

Ia langsung menarik pinggang dan memeluk tubuh Sania.

"Shelena, jangan pergi. Tolong jangan pergi, Shelena." pinta Salvatore.

Sania mencoba menahan air matanya yang hampir jatuh.

Ia mendorong perlahan dada Salvatore agar menjauh, namun pelukannya justru semakin erat.

“Sal, aku orang asing di sini dan Aku nggak pantas ada di rumahmu. Aku nggak mau merepotkan kamu, Sal."

Salvatore menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan dari Sania.

“Kamu tidak merepotkan aku, Shelena. Tolong, jangan berkata begitu lagi.”

Sania menundukkan wajahnya dan merasakan kedua tangannya yang gemetar di sisi tubuhnya.

“Sal, aku bukan Madeleine, mantan istrimu. Aku bukan dia…”

Salvatore mengangkat wajah Sania dengan jemari hangatnya, menatap mata abu-abu kehijauan itu dalam-dalam.

"Aku tahu, Shelena. Tapi setiap kali aku melihatmu, aku merasa diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semua yang salah.”

Sania menggeleng cepat, menahan air mata yang akhirnya jatuh juga.

Salvatore langsung duduk bersimpuh di hadapan Sania.

"Tolong jangan pergi, Shelena. A-aku mohon." ucap Salvatore.

Sania tersenyum tipis saat melihat Salvatore mafia kejam bisa duduk bersimpuh di hadapannya.

"Baik, aku tidak akan pergi. Tapi, aku tidak suka dengan Leonardo."

Salvatore bangkit dari duduknya dan ia meminta Shelena untuk tidak khawatir dengan Leonardo.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!