Istriku! Oon!?.
Eric Alaric Wiguna , seorang Mafia & CEO perfeksionis, mendapati hidupnya jungkir balik setelah menikahi Mini.
Mini Chacha Pramesti adalah definisi bencana berjalan: ceroboh, pelupa, dan selalu sukses membuat Eric naik darah—mulai dari masakan gosong hingga kekacauan rumah tangga yang tak terduga.
Bagi Eric, Mini itu oon tingkat dewa.
Namun, di balik ke-oon-annya, Mini punya hati yang tulus dan hangat. Mampukah Eric bertahan dengan istrinya yang super oon ini?
Atau justru kekonyolan Mini yang akan menjadi bumbu terlezat dalam pernikahan kaku mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon simeeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9: Lorong Rahasia dan Sumpah Il Doppio
Selamat Membaca 👇
Setelah insiden sup yang menegangkan, Mini Chacha Pramesti mengikuti Eric keluar dari Ruang Makan Castello Vescovo. Nenek Alessandra hanya melambaikan tangan, isyarat yang berarti, "Kau bebas, untuk saat ini."
Eric membawa Mini ke sayap Kastil yang terpisah, tempat kamar pribadinya berada. Kamar itu besar, didominasi warna gelap dan perabotan minimalis—sama kaku dan perfeksionisnya dengan Eric.
Mini duduk di sofa beludru sambil memijat jarinya yang masih terasa nyeri karena menabrak panel listrik di Milan. Eric mengunci pintu.
“Kau gila, Mini. Menumpahkan sup ke Matriark Conti. Itu bisa berarti perang,” desis Eric, tetapi ia tidak terdengar marah. Ada sedikit nada bangga yang tersembunyi.
“Aku panik, Eric! Bapak bicara bisnis klan di meja makan, itu melanggar kode Conti! Aku hanya… mengikuti Naluri ku!” Mini membela diri.
"Aku menyelamatkan Bapak dari bicara terlalu banyak!"
Eric tertawa kecil, suara langka yang mengejutkan Mini. “Kau benar. Kau menyelamatkanku. Kau adalah pengalih perhatian paling efektif yang pernah kulihat.”
Eric menarik tangan Mini, fokusnya kembali pada misi. Ia membalik cincin besi Seguro, meneliti ukiran peta dan kode di dalamnya.
“Kita harus masuk ke Ruang Kaca, secepatnya. Sebelum Valerius melakukan langkah selanjutnya,” kata Eric. “Tempat itu terletak di ruang bawah tanah, di balik dinding gereja kecil kastil.”
Mini memegang gelang manik-maniknya. “Tapi bagaimana caranya? Kita kan baru sampai.”
“Kita akan melakukannya malam ini. Mini, aku akan memberitahumu kode rahasia dan isyarat untuk mengaktifkan kunci itu.
Dengarkan baik-baik.”
Eric menjelaskan bahwa pintu Ruang Kaca tersembunyi di balik sebuah mosaik kuno di lantai Gereja Castello Vescovo. Kunci pertama, cincin Seguro (kunci fisik), harus dimasukkan ke celah tersembunyi. Kunci kedua, gelang Mini (kunci password), membutuhkan sebuah frasa kunci yang harus diucapkan oleh keturunan Valerius.
Eric menarik napas. “Frasa kuncinya adalah ‘Il Doppio Traditore’ — Si Pengkhianat Ganda. Ini adalah sumpah Valerius kuno, yang ditujukan pada leluhur Conti.”
Mini mengulang, "Il Doppio Traditore."
Eric mulai mengajari Mini bagaimana cara berjalan dan bersikap tanpa menarik perhatian di dalam kastil, terutama karena kastil ini penuh dengan lorong rahasia dan kamera tersembunyi.
“Berjalanlah lurus. Jangan tatap lukisan atau patung terlalu lama. Dan tolong, jangan sentuh apa pun,” Eric memperingatkan.
Mini mencoba berjalan meniru Eric: kaku, dagu terangkat. Tiba-tiba, ia melihat sebuah patung kecil di meja sudut—patung kura-kura lucu.
“Eric, lucunya!” Mini mendekat.
“Jangan sentuh!” Eric berbisik kencang.
Tentu saja, Mini sudah terlambat. Saat Mini menyentuh patung kura-kura, patung itu berputar dan dinding di belakangnya bergeser, menyingkap lorong rahasia yang gelap.
Eric menatap lorong itu, lalu menatap Mini.
“Lagi. Bagaimana kau selalu menemukan lorong rahasia dengan sentuhan ringan?”
Mini mengerutkan kening. “Mungkin patung kura-kura itu adalah kuncinya? Siapa pun yang membuat kastil ini pasti punya selera humor yang buruk.”
Eric menggeleng, lalu menarik Mini masuk ke lorong rahasia itu, menggunakan lorong itu untuk mempersingkat waktu menuju gereja.
Di dalam lorong yang gelap, Mini berjalan di depan. Karena sempit, Eric harus memegang pinggang Mini agar Mini tidak tersandung.
“Mini, kau sangat berguna sebagai pembuka jalur rahasia yang tidak terduga,” bisik Eric, napasnya terasa hangat di leher Mini.
Mini tersipu, meskipun berada di lorong yang pengap. "Aku hanya mencoba membersihkan debu di dinding."
Pukul 02.00 dini hari. Mereka tiba di Gereja Castello Vescovo. Gereja itu sunyi, hanya diterangi cahaya bulan yang masuk dari jendela kaca patri. Mini dan Eric merangkak menuju tengah lantai, tempat mosaik kuno berada.
Eric menggunakan senter kecil dari ponselnya untuk menemukan celah di mosaik. Itu adalah lubang kunci berbentuk pedang.
“Oke, Mini. Masukkan cincinnya. Perlahan,” perintah Eric.
Mini memasukkan cincin Seguro ke celah itu. Cincin itu pas dengan sempurna.
“Sekarang, gelangmu.”
Mini menyentuh gelang manik-manik di pergelangan tangannya.
“Ingat kodenya. Il Doppio Traditore,” bisik Eric.
Mini menarik napas, matanya menatap mosaik yang kini mulai bergetar.
“Il… Doppio… Traditore,” ucap Mini, suaranya pelan tapi tegas.
Saat frasa itu selesai, gelang Mini bersinar samar. Mosaik di lantai Gereja bergeser, mengeluarkan suara gemuruh yang keras. Di bawahnya, kini terlihat tangga spiral yang curam, menuju ke bawah tanah.
Namun, saat tangga itu terbuka, Mini merasakan sensasi aneh. Cincin Seguro di jarinya tiba-tiba mengirimkan gelombang panas yang kuat.
Mini melihat ke bawah, ke dalam kegelapan tangga. Ia melihat bayangan. Bukan bayangan manusia, tetapi bayangan yang jauh lebih besar dan mengerikan.
Tiba-tiba, Eric mencengkeram lengan Mini, matanya menatap ngeri ke dalam lubang tangga.
“Mini, tunggu! Itu bukan Ruang Kaca!” Eric berbisik panik. “Kode yang kau ucapkan… Il Doppio Traditore… itu mengaktifkan Penjara Bawah Tanah Rahasia Klan Valerius! Mereka menempatkan sandera di sana!”
Mini menoleh ke Eric, wajahnya pucat.
“Sandera? Siapa?”
Dari kegelapan tangga itu, terdengar suara gemetar, serak, seperti suara orang yang sudah lama terperangkap.
“Mini Chacha… Kau berhasil. Kau adalah kunci keduaku… Aku adalah kakekmu, Pranoto Valerius… dan aku membutuhkan bantuanmu untuk membongkar kebohongan Conti.”
BERSAMBUNG.
contohnya:
"Lari! Jangan diam saja!"
"Dan, kenapa istrimu lama sekali?!"
Begitulah yang di ucapkan konsen padaku.
jadi mudah dipahami kan?