NovelToon NovelToon
DENDAM Sang PEMILIK KHODAM

DENDAM Sang PEMILIK KHODAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Pendamping Sakti
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.

Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.

Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?

Ikuti kisah selanjutnya...,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepuluh Tahun Berlalu

Duuuuuaaar....

Setelah ajian Rengkah Gunung yang dikuasai oleh sang gadis menghantam batu di hadapannya, serpihan batu itu tak hanya hancur tapi juga hangus, terbakar oleh kekuatannya yang semakin meningkat.

Ia tersenyum kecil, merasa puas dengan kemajuan yang telah ia  capai dari latihan tanpa henti selama ini. Namun, sebuah pertanyaan terus terngiang dalam pikirannya. Sampai kapan ia harus terus berada di tempat terpencil ini, melatih diri seperti seorang pertapa yang haus ilmu.

Ia merasa bosan, karena tidak dapat menemukan satu makhluk yang sama dengannya.

"Berapa lama lagi aku harus berada di sini, Guru?" tanyanya sembari menatap sosok Macan Kumbang yang tampak angkuh tapi bijaksana.

Bulu hitamnya berkilau tertimpa cahaya redup dari sinar matahari yang tersaring melalui pepohonan. Ia adalah gurunya yang telah membawnya sejauh ini. Dalam hatinya, ada rasa hormat sekaligus kebingungan pada makhluk yang begitu misterius ini.

Sang Macan Kumbang tampak mengangkat kepalanya perlahan, seolah mengukur seberapa serius gadis itu  dalam pertanyaan ini. Ia tersipu, entah karena merasa bangga dengan gelar "guru" yang disematkan padanya, atau karena ada sesuatu yang ingin ia katakan kepada gadis tersebut.

"Masih ada beberapa ajian yang harus kamu pelajari," jawabnya dengan suara dalam yang sarat akan wibawa. "Selain itu, aku akan memberimu satu senjata. Sebuah pedang Luwuk yang berasal dari daerah Jawa Timur dan juga Jawa Tengah." Dia menggerakkan jemari kaki depannya, perlahan namun tegas.

Dari tanah, sesuatu mulai muncul—pedang yang panjangnya sekitar delapan puluh centi meter, terselubung dalam sarung dengan bahan yang terbuat dari tanduk kerbau. Gadis itu memandangnya dengan hati berdebar.

Pedang itu tidak hanya tampak indah, tetapi juga memancarkan aura kekuatan yang seolah berbicara langsung padanya.

Apa maknanya senjata ini baginya? Mengapa ia dipilih untuk memilikinya? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat di dalam benak, namun untuk saat ini ia  tahu satu hal pasti, jika perjalanan latihan ini belum selesai.

Sang Macan Kumbang melemparkan pedang luwuk  ke arah sang gadis, dan dengan cekatan ia menangkapnya lalu beranjak dari duduknya.

Gadis itu melakukan jumping dan mendarat dilantai goa dengan cukup ringan dan pedang  ditangannya terlihat sangat sempurna.

"Ini sangat indah. Aku menyukainya," Wulan menggenggam erat pedang tersebut, lalu membuka sarungnya, dan menatapnya dengan takjub.

Terlihat ujung pedang sangat tajam dan juga mengandung racun, ia sangat waspada akan hal tersebut.

"Bersiaplah, aku akan mengajarkan beberapa jurus yang harus kau ingat, dan ini masih tahap awal untukmu," titah sang Macan Kumbang.

Wulan menganggukkan kepala dengan mantap, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini bukan hanya latihan, melainkan sebuah ujian nyata.

Gadis itu mengepalkan gagang pedang erat-erat, perasaan gugup dan tekad bercampur menjadi satu. Perlahan ia  mulai memutar pedang di atas kepalanya, mencoba membayangkan setiap gerakan dan strategi yang harus  ia lakukan agar serangannya tidak sia-sia.

"Aku harus berhasil... Tidak ada ruang untuk kesalahan," pikirnya. Dengan nafas yang mulai memburu, gadis itu  melompat dari lantai batu tempatnya berdiri.

Ayunan pertama pedangnya diarahkan ke sosok hewan yang selama ini ia sebut sebagai gurunya—Sang Macan Kumbang.

Wuuuusssh!

Satu tebasan meluncur, namun dia melompat dengan gesit, menghindari serangan sang gadis dengan mudah seperti biasa.

Dalam sekejap, sosok macan kumbang hanya melihat bayangan hitam tubuhnya yang bergerak cepat, memanfaatkan setiap sudut gua sebagai pijakan.

Ggggrrrrrr...

Macan itu menggeram pelan, seolah mengingatkannya untuk tetap fokus. Ia tidak bisa membiarkan rasa gentar menguasai dirinya.

Wulan melompat ke dinding goa, tubuhnya begitu lincah dan tidak memberi kesempatan sedikit pun untuk sang Macan Kumbang menyerangnya lagi.

"Aku sudah berlatih selama bertahun-tahun untuk hari ini... Jika aku gagal, bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku pantas menjadi muridnya?" pikir sang gadis sambari menggenggam pedang lebih erat.

Tubuhnya bergerak mengikuti jejaknya, meski gerakannya jelas tidak selincah dia. Ia tahu, di usia yang ke tujuh belas tahun ini ia belum sepenuhnya sempurna dalam seni pertahanan maupun serangan. Tapi, ia tidak akan berhenti sampai dia mengakui bahwa ia mampu.

"Guru, aku tidak akan menyerah. Aku akan membuktikan bahwa aku layak untuk mendapatkan pelajaran darimu, apapun itu harga yang harus kubayar!" suara hatinya bergemuruh dengan semangat yang terus membara.

Sang Macan Hitam itu bergerak dengan tubuh berbalik, lalu melewati kepala sang gadis, dan saat ia berada dibelakangnya, macan itu menendangkan kaki belakangnya hingga sampai  kukunya yang runcing menggores punggung sang gadis.

"Aaaaarrrg...," erang Wulan saat merasakan perih bekas cakaran dan ia tersungkur ke depan, namun dengan sigap menancapkan ujung pedangnya dilantai goa,

Traaaaaang....

Suara dentingan ujung pedang yang beradu dengan lantai goa terdengar begitu nyaring. Ia berhasil mendarat dengan berjongkok dan lutut kanannya menyentuh lantai.

Wulan meringis kesakitan, ia merasakan bekas cakaran dipundaknya terasa begitu menyakitkan. Lalu ia mendengar suara derap langkah sang Macan Kumbang menghampirinya dari arah belakang dan akan melakukan serangan berikutnya.

Grrrrrgghhh....

Suara geramannya terdengar sangat nyaring, dan gadis itu memutar tubuhnya untuk berbalik, lalu dengan cepat menghunuskan ujung pedangnya ke arah perut hewan tersebut.

Craaaaas....

Satu goresan tajam mengenai perut sang Guru, cairan merah pekat dan berbau amis segera mengalir dari luka itu, mengguncang hati Wulan, hingga terasa seperti tercabik. "Guru..." ia berteriak sekuat tenaga, perasaan panik dan takut memuncak di dalam dada.

Tanpa pikir panjang, Wulan berlari mengejar tubuh Gurunya yang telah tersungkur di lantai goa. Setiap langkah terasa berat, penuh dengan kecemasan yang menghantui.

Gadis itu merobek ujung pakaiannya dengan gemetar, mengikat luka itu erat-erat dengan harapan bisa menghentikan darah yang merembes.

Gadis itu terlihat panik. Ia merasa takut, ia tak ingin kehilangan sosok tersebut, sebab tak ada yang menemaninya selama ini, selain sang Macan Kumbang.

"Maafkan aku, Guru, maafkan atas kecerobohanku." Suaranya terdengar lirih, hampir tak mampu keluar dari tenggorokannya yang terasa sesak. Ia merasa sangat menyesal.

Gadis itu menangkupkan kedua tangannya di depan wajah, matanya mulai memanas dengan air yang mendesak keluar. Ia memohon, berulang-ulang di dalam hati.

"Mengapa aku begitu bodoh? Guru, tetaplah bersamakku. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpamu. Apa yang harus kulakukan sekarang? Maafkan aku... Maafkan aku..."

Lalu sang macan tersenyum seringai. "Tak mengapa, aku baik-baik saja," ucapnya, lalu melompat dengan gesit dan menghilang dari pandangan sang gadis yang saat ini sedang dilanda kebingungan.

****

Seorang pemuda berwajah tampan sedang memasuki sebuah ruangan kamar didalam istana.

Tatapannya sangat teduh, dan ia dibesarkan dengan harta yang serba berkecukupan, dalam gelimang kemewahan yang tak pernah padam.

Akan tetapi, saat ia berjalan dikediaman para warga dengan cara menyamar, ia merasakan hatinya terenyuh, sebab kemewahan yang ia dapatkan selama ini, berasal dari keringat rakyat yang diperas dan dirampas haknya.

Para Tumenggung menjalankan perintah dari Adipati Bisrah, dan hasilnya dibagi dua untuk ke pusat kerajaan Medang Jaya, yang saat ini dipimpin oleh ayahnya yang bergelar Raja Arsana, dan kelak akan diwariskan kepadanya.

Ruangan itu kamar para sultan dengan kasur empuk dan perabotan yang mahal. Ia menatap cermin, dan berniat akan melarikan diri, untuk mencari jati dirinya. Ia muak dengan semua kemewahan yang ada, dan dengan tekad yang kuat, ia mengambil perbekalan seadanya, lalu menyelinap dari balik jendela kamar, dan berlari melompati tembok pagar istana, tanpa diketahui oleh para prajurit yang sedang berjaga.

1
Juliha
cayo.cayo7👏👏👏
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
keren uiii
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔

kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭
Ai Emy Ningrum: haaaa 😳😳😳😳
total 1 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
idih siapa yg mengintip situ waras kah org situ yg menungtit kok mlh bilang ngintip idih bangg pede kali nya kauu 🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: harus pede donk 🤪 ga pede ga dapat cewek ntin😎
total 1 replies
kaylla salsabella
semoga baby arsyi sehat selalu😍😍😍
FiaNasa
eeiittss...Bukan Wulan yg suka mengintip tp kau pangeran yg Suka ngintip & jadi penguntit wulan😅
Wardi's
begitulah cinta...
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
Liani purnafasary.
Lanjut thor
ᅠ ᅠ ᅠ ᅠ ᅠ❤️⃟Wᵃf😘RhyNie KAzUMi
oh jadi Wulan Ningrum itu Tarzan ya.. tapi pandai bahasa manusia gak sama kyk Tarzan Indonesia taunya auoo uoo aja .
kriwil
di kurung sampai 17 tahun ga sakti sakti kapan mau balas dendam kematian orang tuanya sampai ibunya baru melahirkan pun harus di gilir sama manusia biadap itu oh sunguh miris
kriwil
kanjeng raden rajendra ,padahal di sebut putra mahkota saja udah bagus atai raden mas 🤣
kriwil
sudah ketebak dia yang akan membuka pintu gua perawan wulan🤣
kinoy
waduh Ki..dah tua msh ttp gagah
FiaNasa
nafsunya akuji ngeri kali weyyy...habis sudah perjakanya kumbang desa 😅
FiaNasa
sosok macan kumbang masih kekar gitu walaupun udah tua,,kek nya si kumbang gak pernah sakit pinggang deh,, nyeri lutut apalagi skit beban pikiran ya kumbang 🤣🤣🤣
FiaNasa: kek nya cuma mak² deh yg borong sakit gitu 😅
total 2 replies
Astiana 💕
biarlah muka nya cukup tampan cuma rambut nya doang yg jadi kribo kayak di panah kilat🤣
Siti H: jadi diq tampan🙄😄
total 1 replies
Wardi's
makasih sdh update bnyk hr ini..
Wardi's
jd macan kumbangnya sejenis jelmaan, siluman, jin atau apa nih ka othor??
Siti H: jelmaan
total 1 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
sudah tua tp masih gagah ya itulah klo irg2 jaman dlu beda ma skrg banyakan formalin kali ya jd yaahh 🤭
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: 🤭 lha apa yg berotot kk🤔🤔🤔
total 4 replies
Liani purnafasary.
Laki-laki emang gitu ya😆🤣🤣pura pura terlihat acuh dingin, hnya menutupi rasa gugup nya😆.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!