Cantika yang bekerja sebagai kurir harus menerima pernikahan dengan yoga Pradipta hanya karena ia mengirim barang pesanan ke alamat yang salah .
Apakah pernikahan dadakan Cantika akan bahagia ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian ibu mertua
Pagi itu matahari belum keluar sepenuhnya ,sinarnya masih malu malu ,di rumah keluarga Pradipta ,Biasanya Cantika bangun terlebih dahulu dan ribut sendiri di kamar mandi, tapi hari ini dia bangun dengan mata bengkak, badan lesu, dan kepala penuh pikiran.
Ia membuka pintu kamar pelan-pelan.
Koridor sepi.
Yoga biasanya sudah siap kerja sambil nungguin dia sarapan bersama.
Tapi sekarang…
Nggak ada.
"Mas yoga kemana ? Apa dia sudah berangkat ,tapi kenapa pagi - pagi ,dan kenapa ia tidak pamitan padaku .?"
Jantung Cantika langsung menciut.
“Dia beneran marah, ya…”
"kalau Beneran dia marah bagaimana ? Kalau sampai ia menceraikanku ,bagiamana?" Cantika bergumam ,hatinya tidak tenang ,kegelisahan menghantuinya .
"ih ..amit amit jangan sampai dia menceraikanku ,aku nggak mau jadi janda."
Cantika menggelengkan kepalanya ,dia merasa belum siap dengan hal buruk ,karena baru kali ini yoga bersikap seperti itu padanya .
"Cantika ,kamu harus berusaha ,jangan sampai pernikahanmu berakhir ."dia berbicara dengan dirinya sendiri .
"Sudahlah ,sebaiknya aku tidak berfikir yang tidak tidak ,sebaiknya aku bergegas turun ,dari pada mama marah .
Ia menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian turun ke bawah.
---
Di meja makan, Bu Ratna duduk sambil membaca tablet.
Yoga tidak terlihat,dan Pak Bram ,ayahnya yoga lagi ada pertemuan penting dengan kiennya ,sehingga berangkat pagi- pagi .
Cantika mengangkat piring, duduk diam-diam, berusaha sekecil mungkin.
Dalam hati: Tolong Ma jangan ngomong banyak hari ini, mood saya fragile.
Tapi tentu saja… harapan tinggal harapan.
“Cantika ,Kok wajahmu bengkak begitu?” tanya Bu Ratna sambil menyeruput teh dan melirik kearah Cantika
Cantika tersentak. “Ah… i-ini… kemarin kurang tidur,ma .”ia berusaha menutupi dari ibu mertuanya .
“Kenapa? Apa kamu menangis?”
Cantika langsung menunduk. “Nggak kok, Ma ” .Cantika berusaha menghindari tatapan dari ibu mertuanya .
“Yoga tadi berangkat pagi sekali. Lebih cepat dari biasanya.”
Jantung Cantika mencelos.
“Oh…”
“Biasanya dia sarapan dulu. Tapi hari ini dia cuma minum air lalu pergi,” lanjut Bu Ratna datar.
Cantika semakin meringkuk. Tangannya gemetar kecil, menahan perasaan.
Bu Ratna menatapnya beberapa detik.
Tatapannya seperti menilai, tapi bukan tatapan jahat.
Lebih seperti… bingung.
“Kalian bertengkar?” akhirnya sang ibu bertanya.
Cantika buru-buru geleng. “Nggak, Ma… cuma salah paham kecil.”
“Kalau salah paham kecil sampai bengkak begitu, itu bukan kecil.”
Cantika menggigit bibir.
Ia ingin jujur.
Tapi takut.
“Mama tahu tabiat Yoga,” kata Bu Ratna tenang. “Dia keras kepala. Dia mirip ayahnya.”
Cantika menunduk lebih dalam.
“Kalau kalian bertengkar, jangan disimpan sendiri. Pernikahan itu bukan pertandingan siapa yang paling kuat menahan sakit.”
Cantika mengangkat wajah perlahan.
Bu Ratna menasihatinya?
Cantika bingung.
“Terima kasih, Ma,” ucapnya pelan.
"Sekarang kamu makanlah ,makan yang banyak ,jangan terlalu difikirkan ,aku nggak mau kalau kamu sakit ."
"Iya ma." jawab cantik ,dia mulai memasukan nasi kedalam mulutnya ,walaupun dia enggan makan,rasanya pagi ini dia tidak berselera ,tapi ia tetap kemasukan kedalam mulutnya dan mencernanya .
“Setelah kamu selesai makan, temui saya di ruang tamu. Kita perlu bicara.”
Cantika menelan ludah.
Aduh.
Ini pasti soal latihan lagi.
---
Percakapan Mengejutkan dengan Ibu Mertua
---
Di ruang tamu, Cantika duduk rapi, tapi gemetar.
Bu Ratna menutup tabletnya dan menatap Cantika.
“Saya mungkin terlalu keras,mengajari kamu.”
Cantika langsung mengangkat kepala.
Matanya membesar.
“M-ma?”
“Aku pikir kamu perlu banyak dibentuk agar tidak mempermalukan keluarga.”
Cantika menelan ludah.
Kalimat itu tetap menyentilnya tapi cara menyampaikannya berbeda dari biasanya,lebih lembut.
“Tapi setelah melihat kamu kemarin… saya sadar kamu bukan orang yang malas atau tidak mau berusaha. Kamu hanya kelelahan.”
Cantika sampai nggak berani bergerak.
“Ma… saya—”
“Saya bukan ingin membuat kamu menyerah. Saya hanya ingin kamu bisa menyesuaikan diri. Tapi saya lupa bahwa kamu menjalani semuanya sendirian tanpa pengalaman apa pun.”
Cantika benar-benar terharu sampai matanya panas.
“Terima kasih… Ma,” jawabnya pelan.
“Tapi masalah kamu dengan Yoga… itu kalian yang harus selesaikan.”
Cantika mengangguk.
“Iya, Ma. Saya mau bicara baik-baik… tapi dia pergi terlalu cepat tadi.”
“Yoga akan pulang sore. Bicaralah. Jangan biarkan masalah kecil jadi besar.”
Cantika menghela napas.
“Baik, Ma.”
Untuk pertama kalinya sejak dia tinggal di rumah ini…
Bu Ratna terasa seperti seseorang yang peduli, bukan hanya pemilik standar tinggi,dan Cantika merasa terharu di perhatikan
---
Siang Hari ,Yoga Pulang Lebih Cepat
--
Cantika sedang membantu Mbok Darmi menata bunga ketika pintu depan terbuka.
Suara langkah kaki yang sangat ia kenal memasuki rumah.
Yoga.
Ia pulang lebih cepat dari biasanya.
Cantika langsung freeze.
Tangannya berhenti di atas vas bunga, napas melambat.
Yoga juga berhenti begitu melihatnya.
Matanya langsung melunak… tapi wajahnya tetap kaku karena masih memikirkan pertengkaran tadi.
Cantika membuka suara duluan.
“Mas Yoga, kamu sudah pulang?”
Yoga mendekat, tapi langkahnya pelan.
“Iya. Aku… mau ngomong sama kamu.”
“Baik,” Cantika meneguk air liur. “Kita bicara di kamar?”
Yoga mengangguk kecil.
Cantika mengikuti dari belakang; perutnya kayak dikasih batu lima kilo.
Begitu pintu kamar tertutup, mereka saling berdiri saling berhadapan, tapi tak ada yang bicara duluan.
Sampai akhirnya…
---
Pertengkaran… Tapi Jujur
Yoga menghela napas. “Aku minta maaf soal semalam.”
Cantika langsung kaget.
“Lho… kok kamu yang minta maaf?”
“Karena aku harusnya nggak memaksakan pendapatku ke kamu. Aku hanya kesal melihat kamu kelelahan.”
Cantika menunduk. “Aku juga salah, Mas.”
“Kenapa kamu selalu bilang kamu salah?” tanya Yoga terdengar frustrasi.
“Karena aku merasa semua ini membebanimu. Aku takut kamu ribut dengan Mama gara-gara aku.”
Yoga mendekat.
Suara lembut tapi tegas.
“Cantika… kamu istriku. Kamu bukan tamu, bukan orang luar, bukan beban. Kamu bagian dari aku.”
Cantika memejamkan mata karena kata-kata itu menusuk hatinya,dengan cara baik.
“Aku cuma nggak mau Mama salah paham sama aku…” ucapnya pelan, suara getar.
Yoga memegang kedua bahunya.
“Kamu nggak perlu berubah jadi orang lain. Kalau kamu belajar satu dua hal biar bisa menyesuaikan diri itu bagus. Tapi jangan sampai kamu kehilangan dirimu.”
Cantika akhirnya mendongak.
“Jadi… kamu nggak marah?”
“Enggak. Aku cuma takut kamu terlalu memaksakan diri.”
Cantika terharu.
“Mas Yoga…”
“Hm?”
“Boleh aku peluk?”
Suaranya lirih, malu-malu.
Yoga langsung tersenyum kecil. “Sini.”
Cantika memeluknya erat, dan Yoga balas memeluk punggungnya sambil mengusap lembut.
Semua rasa lega dan sayang mengalir dalam pelukan itu.
---
Di balik pintu yang sedikit terbuka, Bu Ratna secara tidak sengaja melihat mereka berpelukan, saling menenangkan satu sama lain.
Ia menutup pintu dengan perlahan, menahan senyum kecil.
“Mungkin…” bisiknya sendiri,
“…Cantika bukan pilihan buruk.”
Ada secercah penerimaan di hatinya.
Tapi tentu,masalah belum selesai.
Karena setelah ini, tantangan mereka sebenarnya baru dimulai
Salut sama bu Ratna...yang sabar dan telaten. ngajari Cantyka...
Semangat Cantyka...nggak butuh waktu lama kamu pasti lulus pelatihan oleh mama mertu 😍😍
Cantyka pasti mudah belajar menjadi pendamping pebisnis.
Dedemit...aku suka caramu memperlakukan Cantyka....semoga langgeng yaaas😍😍