 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Ada Apa Dengan Hana? Part I
Vania tidak bisa bekerja dengan tenang, sosok yang menjaga wanita dipojokan sangat mengganggu dirinya. Bahkan Vania bisa lihat dari sudut matanya jika makhluk itu sedang menatapnya. "Bagaimana Van, sudah selesai?" seru Vanessa.
"Belum Bu, sedikit lagi," sahut Vania.
"Baiklah, cepat selesaikan karena sebentar lagi masuk jam istirahat," ucap Vanessa.
"Baik, Bu," sahut Vania dengan senyumannya.
Vania pun berusaha menyelesaikan pekerjaannya, dia tidak mau sampai Vanessa kecewa terhadap dirinya. Hingga tidak membutuhkan waktu lama, pekerjaan Vania pun selesai dan waktu istirahat pun tiba. "Van, ayo kita makan," ajak Vanessa.
"Ah, iya Bu."
Vanessa menarik tangan Vania untuk ikut dengannya. Vania menoleh ke arah wanita di pojokan itu dan sekilas wanita itu pun menatap Vania. Wanita itu memperlihatkan raut wajahnya sedih, seperti ada sesuatu yang sedang terjadi.
Vania makan siang bersama Vanessa, Gala, dan juga Dasep. "Sep, pesenin makanan sana," seru Vanessa.
"Ok. Kalian mau pesan apa?" tanya Dasep.
"Aku mau sama soto, jangan lupa kerupuknya," sahut Vanessa.
"Kalau kamu, Van?" tanya Dasep sembari menoleh ke arah Vania.
"Samain aja sama Bu Vanessa," sahut Vania.
"Ok."
"Aku mau ayam bakar sama sambel," celetuk Gala.
"Ogah, ambil saja sendiri," ketus Dasep.
"Sialan, awas ya," kesal Gala.
Dasep pun segera pergi dan Gala pun ikut menyusul. Vanessa dan Vania tertawa sembari mengobrol ringan, tiba-tiba Vania kembali melihat wanita itu dan lagi-lagi duduk di pojokan sendirian. Banyak yang melihat ke arah wanita itu karena mereka merasa kalau dia wanita aneh.
"Bu, boleh aku tanya tidak?" tanya Vania.
"Mau tanya apa?"
"Wanita itu siapa? kok dari tadi aku lihat, semenjak bekerja dia sendirian dan tidak ada temannya, apa teman-teman tidak ada yang menyukainya?" tanya Vania penasaran.
Vanessa menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Vania. "Oh, dia namanya Hana. Dia bekerja di sini sudah setahun lebihan, tapi ya gitu dia itu tertutup banget orangnya bahkan dia menolak untuk didekati oleh siapa pun," sahut Vanessa.
"Hah, kok gitu? apa dia pemalu?"
"Dibilang pemalu sih enggak kayanya, tapi aku merasa kayanya ada sesuatu yang dia sembunyikan. Awal dia masuk kerja di sini sih biasa-biasa saja, bahkan banyak juga pria yang mendekati dia tapi semenjak kematian Yogi, dia seperti itu mungkin dia merasa bersalah," sahut Vanessa.
"Yogi itu siapa?" tanya Vania penasaran.
"Yogi itu tim kita juga, dulu dia pacaran sama Hana, tapi baru pacaran tiga bulan kalau gak salah, Yogi itu jatuh sakit. Kita semua mengira kalau Yogi sakit biasa-biasa saja, tapi dia sudah tidak masuk hampir satu bulanan. Aku pun dengan Hana berinisiatif untuk menjenguk Yogi ke rumahnya, awalnya kedua orang tua Yogi melarang untuk melihat Yogi tapi setelah Hana memohon sampai nangis-nangis, akhirnya kita pun diizinkan untuk melihat kondisi Yogi. Kamu tahu tidak apa yang terjadi sama Yogi? ternyata dia bukan sakit, melainkan dia terkena gangguan jiwa. Dia tiba-tiba gila gak tahu kenapa, tapi kedua orang Yogi meminta kita untuk merahasiakan semua itu, mungkin mereka malu dan kita pun tidak bilang sama siapa pun tentang kondisi Yogi," jelas Vanessa.
"Hah, kok bisa tiba-tiba gila?" ucap Vania kaget.
"Justru itu, aku juga bingung. Tapi, setelah tiga bulan berlalu, ada kabar kalau Yogi meninggal karena depresi dan sering menyiksa dirinya sendiri," bisik Vanessa.
"Innalillahi."
"Kamu jangan bilang sama siapa-siapa lagi ya, soalnya aku takut Hana marah. Dan semenjak itu Hana jadi berubah, sering murung dan gak mau didekati oleh siapa pun," seru Vanessa.
Vania bingung, dia merasa ada yang aneh dengan Hana.
"Dan kamu tahu, beberapa bulan setelah Yogi meninggal ada cowok yang deketin Hana lagi tapi cowok itu bagian lain. Hana tidak mau tapi dia keukeuh mendekati Hana, dan anehnya si cowok itu meninggal juga karena kecelakaan. Kecelakaannya ganjil banget, dia kecelakaan tunggal di jalan gang tapi kamu tahu gak motor dia hancur banget kaya yang terlindas truk tronton, pokoknya hancur banget," seru Vanessa.
Vania sampai melongo mendengar cerita Vanessa. Dia merasa cerita itu sama sekali tidak masuk akal. Tidak lama kemudian Dasep dan Gala pun datang, Vanessa menghentikan ceritanya.
"Terima kasih ya, Kak," seru Vania.
"Jangan panggil Kak, kayanya kita seumuran jadi panggil Dasep saja," sahut Dasep.
"Baiklah," ucap Vania dengan senyumannya.
Vania curi-curi pandang ke arah Hana. Tadi dia sempat ada orang yang mau duduk dengannya tapi dia menolak secara halus. Vania yang memang kepoan, merasa jika jiwa kekepoannya meronta-ronta.
"Ada apa sebenarnya? kok aku merasa ada sesuatu yang selalu dekat dengannya tapi itu apa?" batin Vania.
Setelah selesai makan siang, Vania pun segera pergi ke mushola kantor untuk shalat. Dia tidak sengaja berpapasan dengan Hana dan Hana hanya tersenyum sedikit sembari mengangguk. Keduanya shalat berjauhan, selesai shalat Vania melihat Hana berdo'a lama sekali seperti ada sesuatu yang dia pinta kepada Allah.
Vania pun sengaja berlama-lama di mushola, dia ingin menyapa langsung Hana. Vania ingin lihat reaksi dia seperti apa kepada dirinya. Tidak lama kemudian, Hana pun keluar dan dia terlihat dingin melewati Vania.
"Tunggu Kak Hana!" seru Vania.
Hana menghentikan langkahnya. Vania hendak menghampiri Hana tapi dengan cepat Hana berbalik dan menghentikan langkah Vania. "Jangan dekat, lebih baik kamu jangan dekat-dekat denganku," ucap Hana.
Vania mengerutkan keningnya. "Kenapa, Kak?" tanya Vania.
"Tidak apa-apa. Pokoknya kamu jangan pernah berani mendekati aku, aku tidak mau kamu celaka," sahut Hana.
"Kak, aku sudah tahu semua ceritanya dari Bu Vanessa. Kakak jangan menyalahkan diri kakak sendiri, itu takdir dan mereka seperti itu karena takdir bukan karena salah kakak," ucap Vania berusaha menenangkan Hana.
Mata Hana berkaca-kaca lalu dia menggeleng. "Tidak, pokoknya kamu jangan dekat-dekat denganku. Biarkan aku sendiri," ucap Hana.
Hana pun berlari meninggalkan Vania yang masih berdiri mematung. Vania semakin aneh dengan sikap Hana. Vania pun segera kembali ke ruangannya, selama bekerja entah kenapa dia merasa ingin terus memperhatikan Hana.
Bayangan hitam kembali muncul, kali ini bayangan itu mondar-mandir di ruangan itu. Tapi setiap mendekati Vania, bayangan itu langsung mundur seperti ada sesuatu yang membuatnya ketakutan. Dia ingat pesan Basir, kalau semua mahkluk halus tidak akan ada yang berani mendekati Vania.
"Apa sebenarnya makhluk hitam itu? dan ada hubungan apa dengan Hana?" batin Vania penasaran.
Vania kembali bekerja, dia mulai cuek dengan apa yang dia lihat. "Masa bodo ah, selama dia tidak mengganggu karyawan di sini semua akan baik-baik saja," batin Vania.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget