Kecelakaan misterius merenggut nyawanya, dan ia yakin itu adalah akhir segalanya. Namun, takdir punya rencana lain.
Ketika membuka mata, ia mendapati dirinya bukan lagi di dunia modern. Ia kini berada dalam tubuh Xiao Yan, sang protagonis legendaris dari dunia Dou Qi, tepatnya di donghua dan novel kesayangannya, Battle Through The Heavens (BTTH)!
Mati di dunia nyata, bangkit sebagai 'sampah' Klan Xiao yang dirundung malang dan kehilangan Dou Qi-nya? Tidak akan.
Dengan Sistem Ajaib yang tiba-tiba hadir sebagai pendamping, ia punya kesempatan untuk menulis ulang takdir. Bukan hanya sekadar bertahan, ia berniat melampaui versi aslinya.
"Aku akan menjadi Xiao Yan yang berbeda. Lebih kuat, lebih hebat, dan... kenapa tidak? Lebih banyak kekasih!"
BUKAN NOVEL TERJEMAHAN, MURNI PEMIKIRAN AUTHOR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natelashura7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8 kesepakatan medusa
Medusa memicingkan mata ungunya, menatap Xiao Yan dengan sorotan tajam yang mengandung kecurigaan dan kemarahan. Aura di sekeliling tubuhnya bergetar, dan rambut panjangnya melayang ringan oleh tekanan Dou Qi yang mulai tidak stabil.
"Kau pikir aku akan tunduk hanya karena pil-pil murahan itu?" desis medusa langkahnya perlahan maju mendekati Xiao Yan. Setiap langkahnya membuat udara sekitarnya terasa lebih berat.
Namun Xiao Yan tidak mundur. Meski tubuhnya masih sakit karena tamparan tadi, matanya tetap tenang, penuh tekad. Mana mungkin ia akan membiarkan calon istrinya lepas begitu saja? Cai lin adalah miliknya dan tidak akan ia berikan pada siapapun.
"Aku tidak berniat memperbudakmu, Cai lin maksud ku ratu medusa" ujar Xiao yan perlahan. "Aku hanya ingin menebus caraku menyelamatkanmu… dengan cara yang mungkin bisa kau terima. Aku tahu tubuhmu masih belum stabil. Kau butuh tempat aman. Butuh waktu. Butuh… bantuan" Lanjutnya.
"Dan selama itu… kau ingin aku berada di sisimu?" tanya medusa dengan nada merendah sedikit.
Keheningan mengalir lagi di antara keduanya. Lalu, perlahan, Medusa memalingkan wajah. Melihat potensi anak ini, seharusnya dia cukup berbakat untuk membuat medusa berevolusi secara penuh. Apalagi medusa tidak memiliki alkemis didalam klan ular.
"Tiga tahun" ucap medusa dingin. "Jika kau berani melanggar janjimu… kau tidak akan hidup melihat matahari keempat" Lanjutnya.
"Deal" Balas Xiao yan.
"Jangan terlalu senang bocah. Setiap hari aku ingin kau membuatkan pil kelas 3 dan 4 untuk ku" Balas medusa memandang tajam. "Dan ketika kau menjadi alkemis lima dan seterusnya, berikan juga pil tingkat yang sama seperti alkemis mu" Lanjutnya.
"Baiklah!. Tapi kau harus menerima nama yang ku berikan padamu sebagai cai lin" ujar Xiao yan menggoda.
Medusa mendengus pelan, tatapannya menyipit saat mendengar nama itu keluar dari mulut Xiao Yan. Cai lin kurang lebih artinya sisik warna warni, nama itu sangat cocok untuk medusa karena menggambarkan garis keturunan dalam darahnya saat ini.
"Cai Lin?" ucap medusa dengan nada rendah, hampir mengejek. "Beraninya kau memberi nama padaku seolah aku milikmu, kau sangat lancang pada ratu ini" Lanjutnya kesal.
"Kau memang bukan milikku. Tapi nama itu… hanya akan kupanggil saat tak ada orang lain" ujar Xiao yan bersikeras.
"Dasar manusia menjijikkan" gumam cai lin lalu berbalik sambil melangkah menjauhi Xiao Yan. Tapi kali ini, langkahnya tidak mengandung tekanan membunuh seperti sebelumnya. "Terserah. Panggil saja kalau kau senang. Tapi ingat, satu kesalahan aku tidak akan menunjukkan belas kasihan" Lanjut mengancam.
"Baiklah cai lin" Balas Xiao yan tersenyum.
Cai lin mengeraskan rahangnya tapi tidak menyerang Xiao yan, ia mengambil pil didalam keranjang yang sangat banyak lalu mulai memakannya satu persatu, membantu mempercepat pemulihan jiwanya sendiri. Xiao yan kembali fokus pada tungku apinya, aroma obat herbal tercium begitu baik.
Dalam cerita asli harusnya cai lin belum menjadi dou Zong, tapi dia sudah menjadi dou Zong saat ini. Apa karena efek dari super regenerasi" Batin Xiao yan membandingkan.
Dari mana ia tau kalau cai lin sudah dou Zong?itu terlihat dari kakinya yang tidak lagi memiliki ekor namun benar-benar sebuah kaki jenjang indah yang mulus. Meskipun saat ini cai lin masih memakai pakaian yang seorang dou Huang.
*********
"Kenapa kau ketempat ini" ucap cai lin menjewer xiao yan.
Pria ini bilang akan mencari Magical beast untuk mendapatkan inti mereka agar dibuatkan pil. Tapi malah membawanya ke kota, Xiao yan meringis merasakan jeweran kuat di telinga kanannya, semakin ia melawan semakin keras cai lin menjewer nya.
"Aku ingin membelikan mu high heels" ucap Xiao yan meringis.
Cai Lin terdiam sejenak. Jeweran di telinga Xiao Yan masih bertahan, namun kekuatannya sedikit mengendur. Tapi tetap saja menyakitkan, lagipula ini jeweran seorang dou zong.
"High heels?" ulang cai lin dengan nada datar, mata ungunya menatap tajam namun juga… bingung. "Dasar bodoh" Lanjutnya tajam.
Cai lin tidak menolak karena yah ia tidak memakai alas kaki apapa, terlebih ia juga tidak ingin kakinya terkena tanah ataupun debu apalagi kotoran. Saat mereka berdua memasuki toko high heels, cai lin hanya bersedekap dada, lagipula ia tidak bawa uang/emas.
Cai lin tidak menolak karena yah ia tidak memakai alas kaki apapa, terlebih ia juga tidak ingin kakinya terkena tanah ataupun debu apalagi kotoran. Saat mereka berdua memasuki toko high heels, cai lin hanya bersedekap dada, lagipula ia tidak bawa uang.
"Bagaimana kalau yang ini?" Tanya Xiao yan menunjuk high heels merah dengan kiasan berwarna emas.
"Terserah mu" Balas cai lin.
Matanya melihat Xiao yan membayar high heels itu pada seorang pelayan. Xiao yan berjalan ke arahnya lalu berlutut sambil memegang high heels.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Cai Lin, nada suaranya terdengar datar tapi ada sedikit getaran asing di ujungnya entah jengkel, heran, atau… sesuatu yang lain.
Xiao Yan tidak menjawab. Ia hanya menatap kaki Cai Lin yang telanjang, putih bersih dan halus, lalu dengan perlahan ia angkat salah satunya. Dengan sangat hati-hati, ia mengenakan sepatu itu pada kakinya, lalu satu lagi. Gerakannya begitu halus seolah-olah memegang benda berharga. Begitu sepatu terpasang sempurna, Xiao Yan mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil.
"Sekarang tidak perlu takut menyentuh tanah lagi" ucap Xiao yan tersenyum.
Cai Lin terdiam. Beberapa pengunjung toko melirik. Pelayan bahkan tampak menahan napas melihat momen intim ini. Namun tak satu pun dari itu mengalihkan perhatian Cai Lin dari Xiao Yan yang masih berlutut di hadapannya. Xiao yan tanpa sengaja memijat kaki cai lin.
Sebuah tendangan keras menghantam nya keluar dari toko high heels. Xiao yan terkapar mimisan, tidak marah malah ia puas, sifat cai lin yang seperti ini benar-benar menawan. Debu beterbangan saat tubuhnya mendarat, beberapa pejalan kaki menoleh heran, tapi sudah biasa melihat pemandangan aneh dari seorang kultivator gila.
"Gatal, ya?" gumam cai lin lirih, tapi cukup untuk membuat Xiao Yan meringis makin lebar.
"Aku hanya... ingin memastikan sepatu itu nyaman dipakai" ujar Xiao yan sambil tetap terkapar
Ia mengangkat tangan, menyeka darah di bawah hidungnya, lalu tertawa kecil. Cai Lin memutar matanya, tapi tidak membalas. Dia hanya berjalan melewatinya, ujung high heels barunya hampir menyentuh wajah Xiao Yan yang masih di tanah.
"Jangan ganggu aku seharian ini" ujar cai lin dingin. "Kalau tidak, kupastikan kau akan berjalan mundur selama seminggu" Lanjutnya mengancam.
Xiao Yan mengangkat dua jari, memberi hormat sambil tertawa pelan. Dan di balik sikap keras itu, seulas senyum tipis melintas di sudut bibir Cai Lin… sangat cepat, nyaris tak terlihat. Cai lin melihat pedagang manisan, tanpa basa-basi ia berjalan ke arah tersebut.
Beli semuanya" ucap cai lin dingin. "Pria itu yang bayar" Lanjutnya menujuk Xiao yan.
baru saja berdiri sempoyongan, langsung tersedak angin ketika mendengar kalimat itu. Dia ingat cai lin memang menyukai manisan tapi mendengar semuanya harus dibayar sendiri, itu membuatnya terkejut.
"Hah!?" Seru Xiao yan kaget.
menatap Cai Lin yang kini sudah mengambil satu tusuk manisan dan menggigitnya tanpa rasa bersalah. Matanya bersinar puas, Pedagang manisan menatap Xiao Yan penuh harap.
"Tuan muda... jadi, semuanya dibeli, ya?" Tanya pedagang itu.
Xiao Yan menatap kantongnya, lalu menatap Cai Lin yang kini menyandarkan tubuh anggunnya di tiang toko sambil makan manisan seperti putri kerajaan yang dilayani selusin pelayan tak terlihat.
"Iya… iya, semua. Bungkus semuanya, cepat, sebelum dia minta toko ini juga" ucap Xiao yan tersenyum tipis. "Apapun untuk nya" Lanjutnya melirik wajah cantik itu.