NovelToon NovelToon
Sistem Rune Master

Sistem Rune Master

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: krist junior.

kembali hilang setelah peperangan usai namun ketidakadilan senantiasa datang untuk merobohkan kedamaian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon krist junior., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Langit pagi di atas Akademi Rune Arkanis berwarna biru cerah, tetapi di hati Kiwang ada awan mendung yang tak terlihat siapa pun. Ia berdiri di tengah halaman barak barat, tempat murid baru ditempatkan, dengan mata menatap gedung-gedung tinggi berhias rune yang menjulang ke langit.

Meski mengenakan jubah murid resmi, jubahnya tak memiliki lambang afiliasi klan, tak ada simbol kehormatan. Hanya kain polos dan rune Spiral samar di dadanya.

"Hei, itu dia anak kampung yang menang karena keberuntungan di ujian masuk," terdengar suara dari sekelompok murid di dekat pohon pelatihan.

"Menang lawan golem? Paling juga sistemnya bug!" sahut yang lain, tertawa mengejek.

Kiwang tak menanggapi. Ia tahu, di akademi ini, kekuatan tidak hanya diukur dari rune — tapi juga dari nama belakang, koneksi, dan warisan darah.

Di ruang pelatihan dasar, semua murid baru dikumpulkan. Di depan, berdiri seorang instruktur muda, wajahnya serius, dengan rune biru tua menyala di kedua tangannya.

"Selamat datang di Akademi Arkanis. Mulai hari ini, kalian bukan lagi anak-anak. Kalian adalah calon penguasa rune masa depan. Tapi sebelum kalian bermimpi menjadi pahlawan, kalian harus bisa bertahan dari satu sama lain."

Tatapan sang instruktur menyapu ruangan.

"Pagi ini, kita mulai dengan simulasi pertarungan kelompok. Kelas dibagi lima kelompok, masing-masing bertarung untuk menguasai satu arena. Kemenangan berarti poin akademik dan hak memilih pelatihan selanjutnya."

---

Kiwang ditempatkan di kelompok yang sama dengan dua murid asing dan... pemuda klan Mulvane, yang langsung mengernyit begitu melihatnya.

"Sial, satu tim dengan si murahan ini," gumamnya.

Murid perempuan di kelompok mereka mengangkat alis. "Setidaknya dia yang menang di ujian masuk, bukan kamu."

"Karena keberuntungan! Kalau bukan karena medannya cocok sama rune apinya, dia pasti udah jadi abu."

Kiwang hanya menarik napas. Ia sudah terbiasa diremehkan. Biarlah medan bicara.

---

Saat simulasi dimulai, arena berubah drastis menjadi reruntuhan kota mini dengan tembok setengah roboh dan menara pengintai. Pilar rune berdiri di tengahnya sebagai objek perebutan.

Musuh mereka terdiri dari dua pengguna rune angin dan satu pengendali air dari Kelas B. Serangan dimulai tanpa aba-aba.

Ledakan angin menerjang dari sisi kanan—hembusan tajam seperti pisau menghantam tembok tempat Kiwang bersembunyi. Debu berhamburan. Satu pecahan batu nyaris menghantam pipinya.

Alis Kiwang mengernyit. Napasnya melambat. Tubuhnya merendah, lutut ditekuk mantap seperti kucing bersiap melompat. Tangan kirinya membentuk simbol rune Spiral, jari-jarinya bergerak cepat seolah menari di udara, sementara tangan kanannya mulai membentuk pola Flame Hook dengan gerakan melingkar.

Ia memutar tubuh cepat, kaki kirinya menghentak ke tanah menciptakan percikan api kecil. Semburan api berbentuk pusaran dilepaskan ke udara, menelan angin tajam yang menyerangnya. Asap dan uap panas menyebar cepat.

"Mereka menyerang dari belakang kiri!" teriak salah satu rekan satu timnya.

Kiwang bergerak sigap, menjejak batu puing, lalu melompat naik ke reruntuhan tembok. Seorang lawan muncul, tubuhnya berbalut aura angin yang membentuk dua bilah sabit di lengan.

"Kau lambat," ejek si pengguna angin, wajahnya licik, bibirnya menyeringai. Mata berkilat seperti elang.

Seketika tubuhnya meluncur dengan kecepatan ekstrem. Tapi Kiwang sudah bersiap. Tangannya membentuk lingkaran spiral, lalu menekan telapak ke tanah.

"Spiral Trigger!"

Tanah di sekitarnya memancarkan gelombang energi melingkar, membuat si lawan tersendat satu detik. Cukup.

Kiwang melompat ke samping, lalu dengan satu gerakan mengayunkan tangan, Flame Hook menyambar ke arah lawan. Kait api itu menancap di bahu musuh, lalu Kiwang menariknya keras—membanting tubuh musuh ke dinding.

"Ugh!"

Rahang Kiwang mengencang, matanya menyipit. Tapi sebelum bisa menarik napas, serangan air melesat cepat dari belakangnya.

Cambuk air menghantam pinggangnya. Tubuh Kiwang terlempar, berguling dua kali, lalu menghentikan dirinya dengan telapak tangan tertanam di tanah, satu lutut tertekuk, wajahnya menahan sakit. Darah segar menetes dari pelipis ke dagu.

"Kiwang!"

Murid perempuan timnya melempar Rune Penyembuh ke arahnya. Cahaya hijau membungkus luka, tetapi rasa nyeri masih terasa menusuk.

Si pengguna air melangkah maju. Ia membentuk lingkaran dengan kedua tangan, dan tiga belati air berputar mengorbit di sekelilingnya.

"Ripple Dagger!"

Wajah Kiwang menegang. Ia berdiri perlahan, kaki kanannya menarik satu garis api di tanah. Tangannya menyilang, lalu mengayunkan dalam formasi silang.

"Twin Cinders!"

Dua bola api menyala di kedua telapak tangan. Ia melemparkannya bersamaan, meledakkan belati air dan menciptakan kabut uap tebal.

Dari balik kabut, ia berlari. Langkahnya ringan, namun kuat. Setiap langkah disertai semburan kecil api sebagai dorongan. Dalam sekejap, ia mendekati si pengguna air.

Tangan kirinya meninju ke arah dada, namun hanya umpan. Saat lawan menangkis, Kiwang memutar ke kanan, menyapu kaki lawan dengan putaran lutut.

Lawan oleng.

Dengan satu gerakan elegan, Kiwang melompat, menapak ke dinding belakang, lalu meluncur turun dengan tendangan berapi ke arah kepala lawan.

"Boom!"

Suara dentuman bergema. Wajah musuh terpelintir, matanya kosong sebelum ambruk.

Saat kabut menghilang, hanya tim Kiwang yang masih berdiri. Nafasnya terengah, tapi sorot matanya tajam, seakan menantang siapa pun yang berani meremehkannya.

Instruktur mengumumkan kemenangan mereka.

Namun, pemuda Mulvane hanya menggeleng dengan kesal. "Menang karena keberuntungan lagi..."

---

Hari-hari berikutnya penuh tekanan. Kiwang lebih banyak berlatih sendiri di malam hari, mengasah ketepatan kendali rune Spiral dan variasi kombinasi serangan. Gerakannya makin presisi—dari ayunan tangan cepat yang membentuk rune hingga langkah kaki gesit yang menari di antara puing.

Namun ia tak menyadari bahwa dari kejauhan, ada mata-mata yang memperhatikannya.

Di salah satu balkon akademi, seorang murid senior perempuan dengan jubah ungu dan lambang rune bercabang di dahinya mengamati.

"Spiral... bukan warisan biasa," gumamnya.

---

Di sisi lain dunia, ribuan kilometer dari Arkanis, badai pasir menyapu gurun tandus. Di tengah badai itu, berdiri seorang gadis muda berambut perak dengan mata seperti bulan sabit. Ia mengenakan jubah panjang dari kain pasir yang menyatu dengan lingkungan.

Di telapak tangannya, rune bercahaya biru-keemasan berbentuk kunci berputar perlahan.

"Gerbang pertama telah dibuka... siapa kau, Spiral?" bisiknya, sebelum menutup matanya dan menghilang ditelan badai.

Dan tanpa disadari Kiwang, benang-benang takdir mulai terhubung.

---

> Level: 10 (Stone Rune digunakan). Status: Diterima sebagai murid aktif Akademi Rune Arkanis.

1
Fachri Mamonto
kata katanya tolong jangan dicampur dengan inggris seperti flame mirage kan bisa pakai bahasa indo menjadi bayangan api
krist junior: makasih masukanya
total 1 replies
Davide David
lanjut
Achewalt
Duh, ga nyangka ini bagus banget!
🥔Potato of evil✨
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Eirlys
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!