Terpaksa Menikahi Narapidana

Entah kenapa Airin bisa telat berpikir. Padahal jelas sekali jika nenek Lina adalah nenek nya Arman. Pasti lah nenek itu menjadi Ibu nya Leo.

Karena banyak hal yang terjadi dalam hidup nya, Airin menjadi sulit untuk berpikir. Padahal ia adalah gadis yang pintar dan cerdas.

"Airin. Apakah selama ini kamu tersik-sa tinggal di rumah itu?"

"Hmmm,,, tidak, nek."

"Besok, kami akan datang melamar mu."

"Secepat ini?"

"Bukan kah kamu mau menikah dengan ku? Kenapa terkejut?"

"Aku..."

"Kamu bahkan tidak menyesal saat itu. Apa ketika kamu tahu tentang ku, kamu berubah pikiran?"

"Tidak begitu. Aku..."

"Kalau tidak mau menikah, yasudah. Aku juga tidak memaksa mu. Dasar wanita tak tahu diri!"

Airin terdiam. Perkataan Leo membuat nya berpikir. Apa kah ia benar-benar tak tahu diri. Mengapa Leo menganggap serius perkataan nya saat hari itu.

"Sudah. Sudah. Jangan bertengkar lagi. Airin, nenek berharap kamu mau menjadi menantu nenek. Saat nenek tahu ada wanita yang mau menikah dengan Leo, saat itu juga nenek langsung menyiapkan perhiasan dan pakaian khusus untuk mu."

Airin terdiam. Ia tak ingin menikah dengan pria yang tak ia cintai. Namun, ia tak bisa menolak keinginan nenek Lina. Beliau sangat lah baik.

"Nek, mengapa paman Leo tidak berada di dalam penjara? Bukan kah ia seorang narapidana?"

"Nanti sore ia akan kembali lagi ke sana. Ia di izinkan keluar untuk mengurus pernikahan nya. Dan jika ia berbohong, maka hukuman nya pun akan di tambah."

"Apa? Jadi, nanti Airin akan menikah di dalam penjara?"

"Jadi, kamu mau menikah dengan anak nenek?"

"Aku.. Aku.. Aku pikir-pikir dulu, nek. Aku takut salah pilih pasangan. Bagaimana jika setelah menikah nanti, paman Leo malah selingkuh?"

"Jika itu terjadi, maka seluruh harta milik keluarga Purnama, akan jatuh ke tangan mu."

"Apa?"

Lagi-lagi Airin terkejut dengan apa yang dikatakan oleh nenek Lina. Entah kenapa, nenek Lina ini begitu mudah menyerahkan sesuatu yang berharga untuk nya.

Leo pun hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun pada Ibu nya. Pria narapidana itu, begitu penurut. Bagaimana mungkin ia menjadi seorang narapidana.

"Kenapa ? Kau masih belum puas? Bu, jika dia tidak mau, tidak usah di paksa. Aku tak suka dengan wanita pembohong."

"Aku bukan pembohong. Jangan suka nuduh yang bukan-bukan. Oke. Kita menikah. Besok nenek harus melamar ku pada orang tua ku."

"Baiklah. Baiklah. Besok nenek akan datang. Kamu tak perlu melakukan persiapan apapun. Biar semua nya nenek yang urus."

"Baik, nek."

"Leo, antar Airin pulang. Setelah itu, kamu bantu Ibu. Dan kamu Airin, jangan panggil nenek. Mulai besok, kamu adalah menantu pilihan ku."

"Baik, nek. Eh, Ibu." Airin mengatakan hal itu sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal. Ia jadi canggung memanggil wanita tua itu Ibu.

Leo dan Airin pun masuk ke dalam mobil baru nya Airin. Leo yang menyetir saat itu. Airin duduk di depan dan mereka hanya diam dan tak bicara hingga tiba di rumah Airin.

"Aku pulang dulu." Ucap Leo.

"Kenapa pulang nya tidak naik mobil ini?"

"Ini mobil mu. Aku tak suka memakai barang milik wanita."

"Tapi, ini juga milik Ibumu yang diberikan pada ku."

"Airin. Aku tak suka wanita cerewet. Aku pulang."

Leo langsung pulang dengan berjalan kaki. Airin melihat nya hingga sosok itu hilang. Airin masih merasa aneh dengan semua nya. Namun, ia tak ingin memikirkan hal itu.

Lebih baik ia pasrah dan menerima semua takdir nya. kepala nya sudah cukup pusing dan ia, ingin sedikit lebih santai.

Plak

Plak

Plak

Baru saja Airin masuk ke rumah nya, ia langsung terkena tam-paran dari Ayah nya.

"Dasar anak tak tahu diri. Kamu sangat ke-jam pada adik mu. Gara-gara kamu, adik mu terancam batal menikah dengan Arman."

"Ayah menampar ku karena dia?"

"Dia adik mu, Airin."

"Dia bukan adik ku! Ibu ku hanya melahirkan satu anak. Yaitu aku. Jadi, jangan buat gadis sia-lan ini jadi adik ku. Aku tak suka."

"Airin! Sudah berani melawan kamu ya?"

"Lalu, Airin harus apa? Sejak dia lahir, kalian pilih kasih. Bukan kah Ayah berjanji, sebelum Ibu meninggal Ayah akan menyayangi ku? Tapi apa? Semua milik ku di rebut Meta. Ayah pun diam saja."

"Airin. Menjadi seorang kakak, itu artinya kamu harus mengalah pada adik mu."

"Harus berapa kali aku katakan, Meta bukan adik ku. Aku tak punya adik licik dan suka mencuri seperti dia. Dan Ayah, jika kamu sangat suka Meta menikah dengan Arman, mengapa Ayah tak berusaha sendiri."

"Apa maksud mu?"

"Silahkan tanya langsung pada Nyonya Lina. Apa yang membuat nya membenci Meta. Ayah, keluarga kita tidak miskin. Tapi Meta, ia adalah seorang pencuri pintar."

"Ayaaaah. Aku bukan pencuri. Kak Airin jahat. Aku bukan pencuri. Kak Airin saja yang pelit."

"Oke. Aku pelit. Lalu, selama bertahun-tahun kamu mengambil barang ku, apa aku pernah mempermasalahkan nya? Jadi Meta, Ayah. Jangan berlebihan. Jangan sampai nanti Meta malah mencuri di rumah keluarga suami nya ketika menikah."

"Itu tidak mungkin."

"Terserah pada Ayah. Bela lah anak kesayangan mu itu. Suatu saat nanti, jangan sampai menyesal. Aku mau istirahat. Besok hari yang penting untuk ku."

Airin langsung masuk ke kamar nya dan mengunci pintu. Semua barang-barang pemberian nenek Lina sudah tak ada lagi di sana.

Seperti nya, Meta dan Ibu nya telah mengambil barang-barang itu. Kali ini, keputusan untuk menerima Leo, seperti nya bukan lah keputusan yang salah.

Mulai besok, kehidupan Airin akan berubah. lebih baik ia segera pergi dari rumah yang bagaikan neraka itu. Dari pada ia tetap di sana dan tersik-sa.

"Ibu. Jika memang Leo yang terbaik. Semoga semua nya di mudahkan. Dan jika Leo bukan yang terbaik, jadikan lah ia manusia yang lebih baik lagi."