Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.
Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Ikuti kisahnya...
update tiap hari...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 #Janda Atau Perawan
Mobil Hansel tiba di sebuah restoran mahal. Anehnya, tak ada satu pun orang terlihat di dalam sana. Jelas, Zander sudah memesan tempat itu sebelum datang.
“Tuan, apa saya akan makan di sini?” tanya Sahira berdiri di depan pintu restoran bersama Zander, sementara Hansel mengecek mobilnya sebentar.
“Kau tidak suka?” tanya Zander meliriknya sekilas.
“Tempat ini terlalu besar bagi orang miskin seperti saya. Makanannya pasti mahal-mahal.”
“Puftt…” Zander berpaling, sedikit tertawa, membuat kening Sahira mengernyit.
“Jangankan makanannya, saya bisa membeli restoran ini dengan uang saya,” ucap Zander dengan sombong.
“Kau tidak usah cemas, saya yang bayar makananmu nanti. Sini, kau harus masuk makan dulu sebelum kita pulang,” ajak Zander menarik pergelangan tangan Sahira.
Tiba di mejanya, Zander duduk terlebih dahulu sambil menatap Sahira masih berdiri di depannya.
“Duduklah di sana.” Tunjuk Zander ke kursi di depannya. Dengan ragu, Sahira mendudukkan dirinya sebelum pelayan datang. Zander pun memesan beberapa makanan sehat untuk Ibu menyu-sui. Tak ada dua menit, pelayan datang dengan lima pesanan yang sudah jadi.
Sahira menelan ludahnya. Ia tergiur melihat hidangan lezat yang sudah lama tidak ia cicipi.
“Kenapa cuma ditatap saja? Kenapa tidak dimakan?” tanya Zander bersandar ke kursi.
“Makanannya sehat, tidak berbahaya ataupun beracun. Makanlah…” desak Zander.
Sahira menunduk, menatap bayi girlnya yang menguap lebar-lebar, mulai mengantuk.
Sahira bangkit, lalu berdiri di sebelah Zander. Dalam hati, Zander bingung didekati Sahira.
“Apa dia mau pindah makan?” pikir Zander.
“Tuan, apa Anda bisa menggendong bayi saya sebentar? Saya tidak tega meletakkannya di sana. Saya takut sesuatu menggigitnya.” Dan ya, dugaan Zander meleset.
Hansel yang baru saja masuk ke restoran, ia melongo memandangi atasannya yang dikenal dingin pada wanita dan benci pada anak-anak, sekarang Zander terlihat sangat berbeda. Bos Mafia itu dengan enteng menggendong bayi Sahira, dan bayi itu juga begitu tenang di tangan Zander, sedangkan Sahira mulai menyantap makanan dengan lahap. Hansel mundur, tak mau mengganggu waktu Zander dan Sahira.
Lama kelamaan, Sahira merasa tidak nyaman ditatap terus menerus oleh Zander. Sahira mengusap sudut bibirnya, mengira ada nasi yang menempel di sana sehingga Zander terus menatapnya, namun tak ada apapun. Dengan keberanian sekecil jagung, Sahira bertanya,
“Mengapa Anda selalu menatap saya, Tuan? Apa ada sesuatu yang Anda ingin katakan?”
Zander tersentak, lalu pura-pura melihat bayi Sahira. “Serius, dia nggak ingat aku?” pikirnya agak kecewa. Zander masih ingat betul masa putih abu-abunya dulu yang mana ia pernah satu sekolah dengan Sahira.
Sahira mengangkat bahunya karena Zander malah diam mengabaikannya. Tapi setelah ia menghabiskan makanannya, Zander tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang membuatnya mematung.
“Bagaimana kabar suamimu?”
“Hm, kenapa dia tanya soal suamiku?” pikir Sahira bingung.
“Aku tidak punya suami,” jawab Sahira dengan lesu dan malas memikirkan Rames.
“Tidak punya suami?” Arah mata Zander tertuju ke jari Sahira yang tak bercincin. “Jika tidak punya suami, bagaimana kau bisa punya anak?” tanya Zander, “Apa anaknya hasil dari pemerkosaan dengan pria lain?” batinnya lalu mendecak kesal.
Sahira menghirup napas sejenak sebelum ia jelaskan tentang pernikahannya. Ia menikah dengan CEO perusahaan skincare Ra-Beauty, tapi ia telah bercerai setelah Rames ketahuan selingkuh. Kehidupannya sungguh miris. Sahira sudah mencintai Rames dan selalu mendukung Rames tetapi semua yang ia berikan dibalas dengan pengkhianat yang menyakitkan.
Beberapa saat, Sahira terdiam. Aneh, belum ada seminggu ia mengenal Zander, tapi entah mengapa Sahira serasa nyaman bercurhat ke pria bermata biru itu.
“Tuan, apa dulu kita pernah bertemu?” tanya Sahira pada Zander yang mengusap lembut pipi bayi Sahira.
“Mungkin,” jawab Zander. Ingin rasanya ia jujur bahwa mereka pernah satu sekolah, tapi Zander takut Sahira akan pergi.
Sahira menundukkan wajahnya lalu senyum kecil tersungging di bibirnya. Tapi senyumnya itu memudar setelah mengingat ucapan Balcia yang mengusirnya.
“Tuan, sebenarnya saya berencana ingin minta gaji saya yang kemarin, tapi karena Anda sudah mentraktir saya hari ini, saya sudah merasa cukup. Terima kasih,” ucap Sahira berdiri dengan setengah membungkuk. Sahira kemudian mengambil bayi girlnya.
“Tunggu, kau mau kemana?” Zander dengan cepat menangkap pergelangan tangan Sahira.
“Saya harus pergi,” jawab Sahira.
“Pergi? Maksudnya pulang ke rumah Ibuku?” tanya Zander tapi Sahira menggeleng.
“Saya sudah dipecat dari sana, Tuan.”
“APA?!” Bos mafia itu seketika berdiri.
“Tuan, Anda jangan salah paham dulu, saya dipecat bukan karena mencuri, saya dipecat karena istri Tuan tidak setuju saya mengasuh bayinya,” jelas Sahira ketakutan.
“Cih, wanita itu selalu saja berbuat seenaknya saja! Sini, kau pulang bersamaku,” ajak Zander menarik Sahira. “Apa dia juga yang menampar pipimu itu?”
“Bukan, ini ulah saya sendiri,” elak Sahira tak mau Zander bertengkar dengan Balchia. Ia khawatir dan kasihan pada beby Zee.
“Sahira, jangan bohong, saya tidak suka pada wanita pembohong,” sentak Zander keluar dari restoran itu.
“Maaf, saya memang dipukul Nyonya Muda, Tuan. Tapi saya tidak mau pulang ke sana lagi. Lepaskan saya,” mohon Sahira mencoba mendorong tangan Zander darinya tapi genggaman Zander amat kuat.
“Kenapa kau tidak mau pulang bersamaku?” Suara Zander meninggi, ia kecewa.
“Saya mantan pasien rumah sakit jiwa. Saya tidak diterima oleh Nyonya Chia maupun Tuan Besar,” tutur Sahira menunduk.
Alis Zander terangkat mengetahui Sahira pernah masuk ke sana. Seingatnya, tak ada keterangan di formulir Sahira jika wanita itu mantan pasien gila.
“Saya sudah berbohong pada Anda, jadi saya tidak layak bekerja di—”
“Shhtt…. jangan bicara lagi. Aku tidak mau mendengar apapun, prioritas ku sekarang adalah membawamu pulang ke rumah. Beby Zee tidak bisa hidup jika bukan tanpamu.”
“Mau kau dari rumah sakit jiwa, penjara atau panti jompo, saya tidak peduli,” sambung Bos Mafia itu kembali menggandeng tangan Sahira menuju ke mobil Hansel yang sudah menunggu mereka.
Air mata Sahira rasanya ingin menetes karena ada pria lain yang peduli padanya. Tak hanya diajak pulang, Zander juga mengoleskan obat ke pipi Sahira yang kini duduk di sebelahnya.
Hansel yang duduk di kursi kemudi, tak habis pikir Zander bisa perhatian ke Sahira. Hansel makin yakin, Sahira adalah tipe wanita Bosnya yang berhanti dingin itu.
Sebelum mereka tiba di rumah dan Sahira terlelap di sebelah Bosnya, Hansel segera bertanya daripada penasaran terus, “Bos, apa yang membuat Anda tertarik kepadanya?”
Zander pun melirik Sahira dan bayinya sekilas.
“Apa karena dia polos dan lemah?” tebak Hansel dengan pedenya, namun seketika diam terkejut mendengar jawaban Zander.
“Karena dia… janda anak satu.”
Rahang Hansel serasa jatuh ke bawah seperti ekspektasinya yang ikut hancur. Ia tak habis pikir tiga kata “Janda anak satu” adalah alasan ketertarikan Bosnya ke Sahira.
“Bos, pilih mana, janda atau perawan?” tanya Hansel lagi.
“Sahira.”
…
Oh Sahira~ Oh Sahira~
Janda semakin di depan, incarannya mafia eaa💃💃
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀