Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Untuk menutupi luka yang membekas, Arsen membuat tato di punggungnya, gambar sayap dengan naga kecil yang melingkari sampai ke dadanya. bukan hanya dia tetapi Nico dan Lexi mengikutinya.
“Aku terlihat sangat keren." Lexi menepuk dadanya dengan rasa bangga, sudah lama dia ingin memberikan seni pada tubuhnya dan barulah sekarang mendapatkan izin dari Nico.
“Buat gambar ini sebagai indentitas klan kita, anggota asli harus memiliki gambar ini di tubuhnya." Timpal Nico yang langsung disetujui oleh Arsen.
“Ada yang mencoba membobol sistem keamanan kita, lihat" Lexi menunjukkan layar laptopnya.
“Berikan padaku!" Pinta Arsen mengambil alih laptop yang berada di hadapan Lexi.
Jari-jarinya bermain dengan lincah, otak cerdasnya itu benar-benar menurun dari sang Ayah. Matanya tetap fokus pada huruf-huruf kecil yang berjalan dengan cepat.
Klik
Arsen tersenyum tipis dia berhasil menyerang balik. Dia menyugar rambutnya hingga keujung tengkuk. Menyandarkan tubuhnya.
***
Di rumah sakit, Arion sudah sadarkan diri dan mulai membaik.
“Apakah ini masih sakit?" Tanya Grize mengusap lengan Arion yang diperban.
“Tidak." Jawabnya sembari tersenyum kecil yang terkesan seperti dipaksakan.
Arion kembali diam, sesekali dia melihat kearah pintu seakan menunggu kedatangan seseorang, namun sejak dia sadar sama sekali tidak melihatnya.
Grize mengikuti arah pandang mata tunangannya itu. “Kamu sedang menunggu seseorang?" Tanya nya.
Arion menganggukkan kepalanya tanpa menoleh. “Arsen, apa dia.. "
“Tidak, Arsen sama sekali tidak mengunjungimu, padahal paman Erlan sudah memberitahu tentangmu, aku dan Bianca juga sudah mendatanginya, tetapi Arsen tetap menolak." Sela Grize dengan cepat.
Mendengar itu Arion mengalihkan pandangannya kearah Grize. “Arsen tidak mau datang?"
Grize mengangguk. “Arion, berhenti memikirkannya, dia tidak perduli denganmu." Gadis itu menggenggam sebelah tangan Arion.
Arion kembali diam, benarkah Arsen tidak perduli dengan keadaannya, tetapi dia mewajarkan jika adiknya itu tidak peduli, karena selama ini dia juga tidak terlalu melihat kearah adiknya dan sibuk dengan pekerjaannya.
Hati-hati sudah berlalu Arion sudah diperbolehkan pulang, di jemput oleh Maureen dan beberapa pengawalnya, tidak lupa pula Grize juga ikut bersama Maureen.
Sepanjang perjalanan Arion hanya diam, selain memikirkan Lucas, dia juga memikirkan Arsen, Akhir-akhir ini pikirannya dipengaruhi oleh pemuda berandalan itu.
“Ada apa?" Tanya Maureen mengusap lembut bahu putranya.
“Mom, apakah Arsen benar-benar yang membunuh nya?" Celetuknya, usapan lembut itu terhenti dengan wajah Maureen yang nampak pucat.
“Semua bukti mengarah padanya, tidak ada orang lain selain dia." Jawab Maureen terdengar pilu, pertanyaan Arion mengingatkan kembali dengan kematian putrinya yang sangat tragis. Arion kembali melihat kearah jalanan.
Menurutnya ada banyak kejanggalan, dari dia yang tiba-tiba diculik dan mengalami kecelakaan sampai membuatnya kehilangan sebagai memori ingatannya.
Arion sama sekali tidak mengingat kejadian itu, dan Maureen mengatakan Arsen lah yang membunuh adik perempuannya itu. Arion akan mencari tau sendiri, jika benar Arsen yang melakukannya dia tidak akan menyesalinya jika sudah memperlakukan pemuda itu dengan tidak adil.
***
Tiga pemuda dengan ketampanan yang bisa memikat banyak wanita itu masuk kedalam club dan duduk disofa panjang.
Jika Arsen dan Nico memasang wajah tanpa minat beda halnya dengan Lexi yang memang memiliki mata jelalatan itu terus melihat kearah bokong-bokong sintal, yang sedang menari mengikuti alunan mudik DJ.
Wajah dengan tatapan binar itu membuat dua orang rekannya benar-benar muak, tetapi keduanya tetap harus mengikuti kemauan Lexi.
Dua wanita cantik dan seksi mendekati Arsen dan Nico dengan gaya menggoda, akan tetapi sebelum jari-jari lentik itu menyentuh mangsanya, kedua pemuda tampan itu sudah mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, membuat dua wanita itu langsung pergi.
“Kalian berdua jangan menakuti gadis-gadisku, ini dunia malam jangan.. "
“Diam dan jangan mengatur ku dan ingat tujuan kita datang kemari untuk apa?" Sela Arsen memberikan tatapan nyalang. Lexi mengangguk paham.
Lexi berjalan maju dan masuk kedalam kerumunan para pengunjung lainnya, ikut menari dengan tangan nakalnya yang memanfaatkan situasi, entah milik siapa itu yang penting dia bisa memegang dan meremasnya.
Hampir dua jam mereka berada dalam club tetapi sama sekali tidak mendapatkan apa yang sedang mereka cari.
“Arah jam 9" Bisik Nico dan Arsen hanya melirik dengan ekor matanya.
“Lakukan seperti biasanya." Perintah Arsen.
“Dengan senang hati" Jawab Nico lalu bangkit dari duduknya ikuti oleh Arsen, sehingga membuat tiga orang yang sejak tadi memperhatikan mereka bedua juga ikut pergi.
Keduanya berjalan menyusuri lorong club dengan langkah santai, sampai akhirnya menghilang dibalik dinding.
Merasa kehilangan jejak, tiga pria berpakaian serba hitam itu sedikit berlari.
“Sial!!" Salah satu dari mereka mengumpat, hal yang paling menyebalkan adalah mendapatkan tugas untuk mengikuti Arsen.
“Tunggu!" Cegah Toy. menarik kedua rekannya kesamping dan bersembunyi di balik dinding.
“Ada apa?"
“Siapa mereka? Apa mereka juga sedang mencari Tuan Arsen?" Toy menunjuk kearah depan. terlihat beberapa gerombolan pria berbadan kekar terlihat sedang mencari seseorang.
Dua rekannya sedang mengamatinya. “Siapapun mereka jika membahayakan bagi Tuan Arsen, habisi saja" Jawab salah satunya.
Toy menoleh kearah rekannya. “Kamu benar-benar akan melindungi Tuan Arsen?" Tanyanya.
“Hmm"
“Lalu bagaimana dengan perintah Nyo.. "
“Kita bekerja pada Tuan Erlan, patuh dengan perintahnya dan ingat selain Tuan Erlan kita tidak bisa mengikuti perintah siapapun,Tuan Erlan tidak menyukai pengkhianatan, atau habislah kita sampai tujuh turunan." Jawab pria yang sudah bertahun-tahun menjadi anggota klan Erlan.
“Huft!! Suami istri itu kenapa harus berbeda keinginan." Gumam Toy.
Meskipun Arsen bukan putra kesayangan dari keluarga Smith, mereka yang sudah mendapatkan tugas dari Erlan, maka harus melakukan tugasnya dengan baik, melindungi dari siapapun dan menentang perintah siapapun selain perintah dari Erlan.
“Bersiaplah kita ser..." Toy menggantung kalimatnya kala melihat ke arah depan, beberapa gerombolan tadi sudah tergeletak.
“Hah?" Secepat itu hanya beberapa detik mereka lengah sudah mendapati pemandangan yang mengejutkan.
Ketiganya keluar dan menghampiri orang-orang yang sudah tergeletak tidak bernyawa dengan luka sayatan di lehernya.
“Mereka anak buah Tuan Gabriel" Ucap Adan melihat tato kecil gambar jaguar dibelakang telinga mereka. Ketiganya saling pandang.
“Kita harus melapor pada Tuan Erlan." Ucap Adnan.
***
Di ruangan bawah tanah tepatnya di lorong 88, Arsen duduk di sofa sembari menatap layar besar yang menampilkan anak buahnya tengah menyiksa tawanannya.
“Dia masih tidak mau bicara." Ucap Lexi.
“Kesetiaannya memang patut di apresiasi, siapapun yang ada dibelakangnya tentunya orang yang tidak bisa kita remehkan." Timpal Nico. Meskipun sudah babak belur, tawanan itu tetap bungkam.
“Gunakan dia sebagai uji coba obat terbaru kita." Arsen ingin menggunakan pria tawanannya untuk uji coba obat-obatan yang baru saja dia buat.
“Siap!!"
##
Bersambung.
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.