NovelToon NovelToon
Lelaki Arang & CEO Cantik

Lelaki Arang & CEO Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.

Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.

Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Tahu Malu

"Silakan bicara, ada apa?" ucap Revan santai. Sambil berbicara, ia mengangkat salah satu kakinya ke atas kursi kulit. Melepaskan sandal jepitnya, lalu menggaruk kakinya dengan tangan. Cuaca yang panas membuat tubuhnya mudah merasa gatal. Dalam hati, Revan berpikir sudah waktunya membeli salep gatal untuk dioleskan.

Melihat pemandangan di hadapannya, Nayla langsung kehilangan kata-kata. Ia spontan menutup hidungnya yang mungil dan mengerutkan dahi. Dengan ekspresi tidak suka, ia berkata pelan, “Bisakah kamu tidak melakukan hal menjijikkan seperti itu?”

Revan sama sekali tidak peduli dan hanya tertawa pelan. “Hehe, kalau kakiku gatal tentu saja digaruk. Itu hal yang wajar, bukan sesuatu yang menjijikkan. Kenapa harus menahan rasa gatal dan menyiksa diri sendiri?” jawabnya santai, seolah-olah tidak menyadari situasi.

Nayla bersumpah, seumur hidup baru pertama kali bertemu dengan seseorang yang begitu tidak tahu malu. Padahal ia sudah mempersiapkan diri sebelum datang, karena tahu pria di hadapannya hanyalah seorang penjual sate ayam. Tapi tetap saja, pada kenyataannya ia telah kehilangan keperawanan padanya tidak bisa diubah. Apa pun yang terjadi setelah itu, ia hanya bisa mencoba menghadapi akibat dari kesalahannya.

“Revan…” katanya pelan, berusaha membuka pembicaraan.

“Tunggu sebentar,” potong Revan tiba-tiba, mengangkat tangan untuk menghentikan ucapannya.

Nayla mengerutkan alis. “Ada apa lagi?” nada suaranya sedikit meninggi. Di wajahnya yang biasanya dingin, kini mulai tampak semburat merah karena marah.

Dengan ekspresi agak canggung, Revan menjelaskan, “Nona, kamu tahu namaku. Bahkan tahu aku sempat ditangkap polisi, itu berarti kamu sudah menyelidikiku terlebih dahulu. Tapi aku sendiri bahkan tidak tahu namamu, sementara kamu ingin membicarakan sesuatu yang penting. Bukankah ini sedikit…” ucapnya, sambil menatap Nayla dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan terang-terangan, lalu menjilat bibirnya secara refleks.

“Nayla Prameswari. Nayla dari kata ‘Nayla’, Prameswari dari kata ‘permaisuri’,” jawab Nayla singkat, menahan rasa kesal. “Sekarang, bisakah kita bicara dengan serius?”

Nayla tiba-tiba menyesali keputusannya, pria di hadapannya memiliki wajah jahat. Ia bukan pria jujur seperti yang dikira sebelumnya. Tapi karena ia sudah membuat keputusan, tidak akan pernah berubah pikiran. Apapun yang terjadi, ia akan menyelesaikan pembicaraan ini sampai tuntas.

"Nayla Prameswari." Revan mengucapkannya pelan, seolah sedang merenung. Ia menyebut nama itu beberapa kali, lalu mengangguk perlahan. "Nama yang indah, sangat cocok untukmu."

"Nama itu pemberian kakekku," jawab Nayla tenang, lalu melanjutkan, "Tapi itu bukan inti pembicaraan kita. Aku datang karena ingin kamu melakukan sesuatu untukku."

Nada datarnya menegaskan keseriusan, tapi dalam hati Nayla merasa risih mendengar namanya terdengar menjijikkan ketika dipanggil oleh bajingan ini.

Mendengar permintaan itu, Revan segera bersikap waspada. Ia menyipitkan mata, memperhatikan wanita di depannya dengan ekspresi penuh kehati-hatian. "Nona Nayla, jangan-jangan kamu ingin aku mengganti biaya jaminan? Kalau itu maksudnya, aku tidak punya uang. Yang aku miliki hanya satu nyawa ini, dan itu pun tidak terlalu berharga."

Ekspresi wajahnya dibuat seolah sangat menyedihkan, seperti seseorang yang benar-benar terpojok. Tapi justru karena itu, Nayla merasa geli. Ia memalingkan wajah, malas melihat ekspresi memelas itu lebih lama.

“Menikahlah denganku,” ucapnya tiba-tiba.

"Apa?!"

"Menikahlah denganku." Ulang Nayla, suaranya nyaris tak terdengar, serak dan pelan, seperti bisikan angin. Wajahnya yang pucat kini memerah, seolah seluruh darahnya terkumpul di pipi. Jika bisa, ia ingin menyembunyikan diri karena malu. Tapi kalimat itu sudah terucap, dan ia tidak berniat menariknya kembali.

Revan masih tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Dengan sangat hati-hati ia mendekatkan telinganya, dan dengan suara serak bertanya, "Nona Nayla, bisakah kamu mengatakannya lebih jelas? aku merasa seperti sedang berhalusinasi."

"Kamu tidak berhalusinasi," jawab Nayla datar. Sepertinya Nayla sudah bertekad, dan kembali ke wajah dingin acuh tak acuh saat ia berkata, "Aku bilang, aku ingin kamu menikahiku! Menikah sekarang juga!"

Setelah kata demi kata yang diucapkan Nayla sampai sepenuhnya ke telinganya, Revan tidak punya pilihan selain mengakui bahwa memang tidak salah dengar. Ia menghela napas, lalu tersenyum pahit. “Nona Nayla, ini terlalu gegabah bukan? Kamu tidak bisa bilang ingin menikahiku hanya karena kita pernah berhubungan intim sekali, kan? Pernikahan itu sesuatu yang menyangkut seluruh hidup seseorang. Aku rasa kamu perlu mempertimbangkannya dengan matang, jangan terburu-buru.”

Kali ini Revan berbicara serius, tidak ada nada bercanda dalam suaranya. Tatapannya lurus dan tulus, berharap Nayla bisa mengerti.

Namun Nayla langsung menggeleng pelan. “Aku bukan anak kecil, dan sangat sadar dengan apa yang dikatakan dan lakukan. Aku juga bukan gadis muda lagi, sudah saatnya untuk menikah. Tetapi belum pernah ada pria yang benar-benar cocok untuk dipilih. Tentu saja, jangan berpikir bahwa kamu adalah orang yang cocok untuk dipilih. Karena berbagai alasan, hal-hal kemarin terjadi…." Sampai di sini wajah cantik Nayla tanpa sadar memerah, lalu ia segera melanjutkan, "Aku bisa memberitahumu dengan jelas, bahwa aku adalah wanita yang sangat tertutup. Daripada dipaksa menikah dengan pria yang tidak aku kenal dan benci, mengapa tidak memilihmu? Setidaknya, aku telah memberikan keperawananku kepadamu."

Revan mendengus pelan sejenak, lalu dengan senyum dingin berkata,“ Nona Nayla, aku mengerti maksudmu. Pernikahan yang kamu inginkan hanya sebatas formalitas. Kamu hanya ingin seseorang untuk memainkan peran sebagai suami, sesuai dengan citra dan kebutuhanmu. Dan dibanding kandidat lain, aku ini yang paling mudah dikendalikan, begitu?”

Mendengar rencananya terungkap, Nayla tidak bisa menahan diri untuk sedikit gelisah dan tidak bisa menyangkalnya. Ia mengangguk dan berkata, “Revan, aku bisa menjamin. Kalau kamu menyetujui ini, maka dalam waktu paling lama tiga tahun. Setelah karierku stabil, kita akan berpisah. Kamu tidak perlu memikul beban atau tanggung jawab apa pun. Selain itu, aku akan memberimu imbalan besar. Jumlahnya bahkan melebihi penghasilanmu menjual sate ayam selama sepuluh kehidupan.”

"Nona Nayla…." Wajah Revan tampak dingin, seraya dengan bercanda berkata, "Kamu sepertinya tidak memahami sepenuhnya satu hal. Meskipun aku miskin dan penjual sate ayam, bukan berarti akan menjadi suami wanita yang tidak aku cintai demi uang meskipun itu hanya pura-pura. Kamu bisa menyebutku munafik, bodoh, atau terlalu percaya diri. Aku ini orangnya tidak cepat marah, tapi keras kepala. Aku punya prinsip, dalam hidup tidak ada yang namanya pernikahan palsu.”

“Kamu…” Nayla benar-benar tidak menyangka, bahwa seorang pria yang begitu biasa-biasa saja akan menolak permintaannya, padahal itu hanya pernikahan palsu. Mungkinkah dia tidak tahu, di seluruh Kota Jakarta berapa banyak pria tampan dan berbakat yang ingin mendekatinya, namun semuanya diabaikan?!

Namun Revan belum selesai bicara, lalu melanjutkan dengan nada lebih tenang, “Kalau kamu benar-benar merasa tertekan, karena kehormatanmu sudah diambil. Aku bisa memahami itu, dan aku juga merasa bersalah. Jika kamu bersedia, aku siap sungguh-sungguh melamarmu, bukan sebagai sandiwara. Aku akan berusaha membuatmu benar-benar menyukaimu. Dan jika saat itu tiba, aku akan menerima pernikahan kita dengan sepenuh hati. Percayalah, tidak ada pria waras yang bisa menolak pesonamu. Tapi jika kamu hanya ingin menjadikanku tameng kariermu, berpura-pura menjadi suami selama tiga tahun lalu berpisah. Aku tidak bisa menerimanya. Aku Revan, tidak bisa.”

“Pffh! Melamarku?” Nada suara Nayla meninggi. “Dengan apa kamu akan melamar? Gerobak sate ayam itu?” Nayla benar-benar marah. Ia tidak bisa memahami kesombongan pria ini. Sejak kecil, belum ada pria yang berani menolak permintaannya. Tapi tidak disangka, hari ini seorang pria seperti semut menolak menikahinya!

Revan kembali ke gaya khasnya, ia tertawa pelan, “Hehe... Kamu lihat, aku sangat tampan, sangat jantan, sate ayam yang aku bakar juga enak. Aku menjalani hidup yang sederhana dan rajin, dengan kebaikan seorang pria tradisional yang baik. Yang lebih penting, aku memperlakukan wanita dengan sangat baik. Kalau istriku sendiri, aku akan memperlakukannya jauh lebih baik."

“Cukup!” seru Nayla, nyaris kehilangan kendali. Ia benar-benar ingin berteriak karena frustasi. “Tiga ratus juta! aku akan bayar untuk tiga tahun kebersamaan kita!”

“Ini bukan masalah uang.”

“Dua tahun, tiga ratus juta!” Nayla menurunkan tawarannya, suaranya terengah-engah karena emosi.

Seperti sebelumnya, Revan menggelengkan kepala. “Bahkan jika sepuluh miliar kamu tawarkan, aku tetap menolaknya. Ini masalah prinsip.”

Wajah Nayla memerah, lalu berdiri dengan marah. Matanya kini berkaca-kaca, penuh tekanan batin dan perasaan terhina. “Apa kamu percaya bahwa jika aku bisa mengeluarkanmu dari kantor polisi, aku juga bisa membuatmu dipenjara seumur hidup?!”

Revan tertawa terbahak-bahak, “Hahaha... Atas dasar apa? Apa Nona Nayla hendak melapor ke polisi bahwa tadi malam aku memperkosamu? Aku masih ingat dengan jelas, siapa yang berulang kali memohon.”

“Kamu… aku… aku… kamu…!” Nayla kehilangan kata-kata. Giginya menggigit bibir bawah, dan air mata akhirnya jatuh dari matanya, deras dan penuh tekanan batin. Ia merasa benar-benar dihina. “Revan, kamu tidak tahu malu!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!