NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:538
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggilan Siput untuk Hani

Saat jam istirahat, Hana menghampiri Arya untuk mengingatkan jadwal kelompok mereka akan dimulai hari esok. Namun, respons yang diberikan pria itu sangat singkat. Padahal Hana ingin lebih dekat dengannya.

Merasa tidak puas, gadis itu mengajak Arya untuk pergi ke kantin bersama. Sayangnya, jawaban yang diberikan merupakan sebuah penolakan. Hal itu membuat Hana kecewa.

Setelah menjawab tawaran Hana, Arya pergi menghampiri Hani dengan membawa roti yang telah ia beli. Akan tetapi, gadis itu sedang duduk bersama Bayu di bawah pohon.

“Kalian ini kayak enggak bisa dipisah, ya,” cibir Arya dengan muka ditekuk-tekuk.

“Arya? Sini duduk.”

Hani menarik lengan Arya agar duduk di sebelahnya.

Bayu kesal, kenapa gadis di sampingnya malah mengajak Arya untuk duduk juga.

Setelah Arya duduk, Hani kembali menggigit roti pemberian Bayu. Arya memperhatikannya dengan perasaan kecewa. Dia telat.

Hani sadar dengan perubahan ekspresi wajah Arya. Dia melihat dua bungkus roti di tangan pria itu. Sepertinya, Arya juga ingin memberikan roti itu untuknya.

Dengan cepat, Hani merampas salah satunya. “Ini pasti roti buat aku. Iya, ‘kan?”

Bayu melirik tajam dan berkomentar. “Han, kamu kan sudah dapat roti dari aku ....”

“Walau aku kecil, nafsu makanku besar, loh. Dua roti sekaligus enggak masalah. Perutku masih kuat makan banyak.” Hani pun terkekeh.

Hani merasa lega karena Arya ikut tersenyum. Dia pun merangkul keduanya sambil berkata, “Mulai sekarang, aku mau kita jadi teman baik, ya. Aku enggak suka lihat kalian bertengkar.”

Arya dan Bayu sama-sama terkejut. Keduanya saling menatap, kemudian membuang muka sambil berkata, “Argh! Teman apanya?!”

Kedua pria dewasa itu masih kekeh tidak mau berteman, tetapi Hani yakin suatu hari nanti mereka pasti bisa berdamai.

***

Keesokan harinya di kediaman Hana. Gadis itu melempar beberapa buku ke atas meja. Dia menyuruh saudarinya untuk mengurus semua tugas agar dirinya beserta Feby dan Tari bisa bersantai.

"Na? Kok, dia belum datang, ya."

"Sabar, Feb. Mungkin sebentar lagi"

Hani tidak tahu siapa yang dimaksud Feby dan Tari. Dia pun bertanya, "Memangnya kita masih ada anggota lain, ya?"

Hana melayangkan tatapan tajam. "Sudah, jangan banyak tanya! Selesaikan pekerjaanmu."

Setelah puas memperhatikan mereka dari halaman belakang, Bayu nekat menghampiri dan bertanya, "Kalian lagi ngapain?"

"Oh, Yu. Ini, kita lagi ngerjain tugas,” jawab Hani.

Bayu merasa tidak asing dengan buku-buku di sana. Dia pun mendekat dan membaca satu persatu judulnya.

"Loh, kok, tugasnya sama ... tapi di kelasku sudah selesai dari Minggu yang lalu."

"Beneran, Yu? Kalau gitu, kamu bisa sekalian bantu kita, dong?" tanya Tari dengan antusias.

Bayu menjawab dengan anggukan, kemudian duduk di sebelah Hani.

"Apaan, sih, Tar."

"Sudahlah Feb, kita ikut saja. Daripada kita dapat nilai jelek. Iya enggak, Na?" Tari melirik ke arah Hana, gadis itu mengangguk.

"Kamu yakin, Yu? Kelas kita beda loh." Hani masih sedikit khawatir.

"Kelas kita memang beda, tapi materinya sama.

Sini, biar kubantu tata materinya, tapi nanti kalian cari eksperimennya sendiri, ya."

"Siap!" sahut mereka semua.

Beberapa saat kemudian, Bayu sudah selesai menata materi. Feby sampai memujinya dengan berkata bahwa pria itu keren.

"Maaf, ya. Kami telat. Ban mobilku bocor, jadi kami ke bengkel dulu tadi," jelas Doni yang baru saja sampai bersama Arya.

"Iya, nggak apa-apa, kok. Kita juga baru mau mulai," sahut Hana dengan sangat ramah. Gadis itu senang akhirnya pemuda yang diidam-idamkan datang juga.

"Loh, Arya? Ternyata kamu yang masuk kelompok kita,” tanya Hani heran karena saudarinya tidak memberitahu.

Arya tersenyum saat Hani yang mengajaknya berbincang. Namun, tatapannya berubah kesal setelah melihat Bayu duduk di samping Hani.

"Iya, nih. Btw, dia ngapain di sini? Bukannya dia beda kelas?"

Hani menjawab pertanyaan Arya dengan tenang. Dia tahu pemuda itu kesal melihat Bayu ada di dekatnya. "Bayu lagi bantu kita, Ya. Kelas dia kan sudah selesai bikin karya ilmiahnya." Sebisa mungkin Hani membawa suasana kembali normal.

***

Beberapa jam kemudian ....

"Aku sudah selesai. Sekarang, aku mau cari bahan buat eksperimennya. Kalian lanjut mengetiknya, ya," kata Hani sambil berjalan mengikuti Bayu karena pemuda itu akan menunjukkan bahan yang bagus.

Arya memperhatikan keduanya dengan tatapan tajam. Dia benar-benar tidak suka jika Hani terus berdekatan dengan Bayu. Doni juga ikut terkejut karena Hani sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan dirinya baru saja mengetik separuh dan sudah kewalahan.

Di tempat lain, Bayu sedang memindahkan daun-daun yang basah. Dia menunjuk salah satu hewan yang ada di sana.

"Itu bahan bagus yang aku maksud."

"Siput?!” Hani merasa heran.

"Iya, kamu bisa meneliti mereka dan rantai makanannya,” jelas Bayu.

Hani setuju. Dia rasa, itu ide yang bagus. Dia pun duduk dan mengamati hewan melata tersebut.

"Wah, lucunya siput ini. Jalannya lambat karena membawa beban yang berat, tapi dia tidak pernah mengeluh,” gumam Hani.

"Kalian lagi ngapain?"

Hani menoleh, ternyata yang bertanya itu Arya. "Ini, Ya. Aku dapat bahan bagus."

Arya mendekati Hani dan duduk di sampingnya. "Oh, Jadi kamu meneliti kembaranmu."

"Kembaranku? Maksudnya?"

"Iya, kembaranmu. Kamu persis siput itu.

Sama-sama lambat, tapi imut," jawab Arya sambil bangkit, kemudian pergi meninggalkan keduanya.

Hani bertanya-tanya apa maksud perkataan Arya, sedangkan Bayu memberi tatapan tidak suka pada Arya.

***

Malam harinya, Arya sedang berbaring dengan menatap langit-langit kamar. Perasaannya tak menentu, sepertinya ada yang salah dengan dirinya. Tidak bertemu dengan Hani beberapa jam saja, dirinya merasa rindu. Akhirnya dengan kemampuan yang dimiliki dia berhasil mendapatkan nomor gadis yang selalu terbayang dalam pikirannya itu. Dia mengirim pesan kepada Hani.

[Hei, siput!]

Hani menatap bingung layar ponselnya. Dia tidak tahu siapa pemilik nomor tersebut. Jemarinya pun membalas sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

[Ini siapa, ya?]

[Kamu lupa, siapa yang kasih kamu panggilan itu?]

Penasaran, Hani pun menelepon nomor tersebut untuk memastikan itu Arya atau bukan.

"Halo ...? Ini Arya, ya?"

"Sudah tahu nanya."

"Kok, kamu bisa tahu nomorku?"

"Tahulah. Bagiku, untuk mendapatkan nomor ponselmu itu mudah."

"Wah ...! Kayak detektif saja."

"Ya, begitulah"

"Kenapa jam segini belum tidur?"

"Lagi enggak bisa tidur, pengen ngobrol sama kamu dulu."

"Padahal baru tadi kita ketemu. Besok juga ketemu lagi,” cibir Hani.

"Beda lah, soalnya kalau di kampus kamu selalu nempel sama si Bayu."

"Hah ...! Kami berdua itu teman dari kecil, jadi wajarlah."

"Yakin kalian cuma teman?"

"Iya, yakin. Ya sudah, ayo tidur. Besok kita harus presentasi pertama."

"Iya udah. Selamat malam, moga mimpi ketemu aku." Arya segera menutup sambungan telepon, kemudian melihat ke arah langit sambil tersenyum.

“Eh, apaan itu tadi. Dasar Arya.” Meski heran, tetapi Hani ikut tersenyum kecil.

***

Di rumah Sofyan. Sarah terjaga, dia melihat Sammy duduk sendiri di dapur. Gadis itu menyalakan lampu dan menghampirinya.

"Loh, Sam? Kok, kamu belum tidur."

Sammy menghela napas. "Besok bulan purnama, aku belum juga menemukan Sindy. Aku takut dia akan mendapatkan masalah,” keluhnya sembari memandang bulan dari balik jendela.

"Tenanglah, Sam. Aku yakin kita bisa menemukan adikmu. Semoga besok kamu mendapatkan jawabannya, ya.” Sarah menepuk bahu Sammy.

"Kuharap begitu."

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!