Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.
Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.
Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?
maka lihat, lakukan dan tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanako san
"Wow Haya senpai sugoi ne," Miyo menatap kagum Haya.
Miyo, Haya, Suikari, dan Eri sedang beristirahat di rooftop mereka merasa takjub dengan apa yang Haya lakukan. Kecuali Suikari ekspresi takut sangat ketara diwajahnya.
"Jangan bilang kau melakukan ini saat menginap di apartemen ku," Eri menatap penuh selidik pada Haya.
Jujur saat melihat rekaman Haya rasa iri mulai tumbuh di hati Eri. Beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri, dia merasa takjub dengan keberanian sang sahabat.
"Iya benar sekali setelah melakukan permainan itu aku langsung menginap di apartemen mu,"
Eri membuatkan matanya, "omae..." Dia tidak bisa berkata-kata lagi.
Haya begitu berani dan sialnya Eri mengakui hal itu.
"Sugoi Haya senpai demmo apa kau tidak takut?" Suikari bertanya dengan suara pelan.
"Ai-chan kenapa kau tanyakan hal bisa kau jawab sendiri, kau melihatkan tanganku bergetar aku sangat ketakutan kau tau itu."
Suikari menunduk mendengar perkataan Haya, "gomennasai," Apa dia salah bicara? Suikari hanya bertanya.
"Minna kalian tau kemarin para senpai datang ke sekolah katanya mereka memanggil Hanako-san," Miyo mengalihkan pembicaraan karena kecanggungan mulai menyelimuti Suikari dan Haya.
"Hah? Benarkah?" Eri menatap Miyo tak percaya pasalnya dia yang akan melakukan hal itu dengan Haya. Mereka ingin semua penghuni sekolah terkejut dengan keberanian mereka.
"Iya dan kalian tau hari ini mereka tak datang ke sekolah aku tidak tau alasan mereka tidak dapat hadir tapi yang aku dengar dari teman-temannya, mereka jatuh sakit sambil terus berteriak menjauh menjauh."
Haya dan Eri saling pandang jika mereka yang melakukan itu pasti akan bernasib sama seperti kakak kelasnya. Sedangkan Suikari semakin menunduk ketakutan.
"Kau tidak tau kan gosip mereka jatuh sakit itu benar atau tidak bagaimana jika kita panggil Hanako-san?" Usulan Eri yang sangat memuakan menganggu pikiran Miyo dan Haya. Sial jika menolak pasti Eri akan tertawa keras. Dan Haya tidak ingin itu terjadi.
"Ide bagus tapi aku telah melakukan permainan Hitori Kakurenbo aku tidak mempunyai alasan untuk membuktikan kebenaran itu," Haya tersenyum senang menyukai alibinya.
"Begitupun dengan ku aku telah memainkan papan ouija minggu lalu bagaimana dengan kalian?" Eri melirik kedua temannya, dalam hatinya dia senang karena telah mempunyai alasan untuk tidak ikut membuktikan keberadaan Hanako-san.
Miyo memasang wajah santai tapi tidak dengan Suikari dia berkeringat dingin takut disuruh melakukan hal bodoh oleh temannya.
"Tentu saja kami yang akan membuktikan keberadaan Hanako-san, bukan begitu Ai-chan?" Suikari panik dengan pertanyaan Miyo.
Tidak bisa!
Dia tidak bisa melakukan hal konyol itu rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini. Oh tidak semuanya menjadi gelap.
"Ai-chan," Miyo yang disampingnya sigap menangkap tubuh Suikari supaya tidak terjatuh.
Haya menghampiri Miyo. "dia pingsan?"
"Kyaa dia pingsan ayo cepat kita harus bawa dia ke UKS," Eri mulai panik melihat Suikari yang tak sadarkan diri.
*****
Pulang sekolah mereka berempat menuju toilet pria di lantai tiga.
"Miyo-chan aku takut," Suikari menahan tangan Nana yang akan masuk kedalam toilet.
"Tidak apa-apa Ai-chan ada aku kau tidak perlu takut aku akan menjaga mu tenang saja," Miyo mencoba menenangkan Suikari dia mengelus tangan Suikari yang digenggamnya.
"Kami menjaga kalian dari sini ayo Ai-chan aku yakin kamu pasti bisa," Eri yang ngebet ingin mengetahui keberadaan Hanako-san menyemangati Suikari agar berani. Padahal jika dia yang berada di posisi Suikari pasti akan sama ketakutannya.
"Ba-baiklah aku percaya pada kalian," Suikari menelan ludah dengan susah payah, dia takut ah tidak benar-benar takut lebih tepatnya.
"Ikou," Miyo menarik tangan Suikari untuk masuk ke dalam toilet.
Mereka berada didepan bilik nomor tiga Suikari memeluk tangan Miyo bersembunyi dibelakangnya.
Miyo menghela nafas dalam tangan dia mulai terangkat mengetuk pintu itu.
Tok
Tok
Tok
Tiga kali ketukan lalu Miyo berucap, "Hanako-san Hanako-san Hanako-san apa kau ada didalam?" Tidak ada jawaban selama beberapa detik.
"Miyo-chan aku takut," Suikari berucap pelan.
"Tenanglah tarik nafas lalu buang terus lakukan itu sampai kau merasa tenang," Suikari mempraktikkan intruksi Miyo.
Kalo boleh jujur Miyo juga merasakan ketakutan yang sama seperti Suikari.
Miyo kembali memberanikan diri mengetuk pintu di hadapannya. Dia juga memanggil dan bertanya keberadaan Hanako-san didalam sana.
Beda dengan sebelumnya angin kencang kini mulai berhembus meniup kencang rambut Miyo dan Suikari.
Suara benda berjatuhan sukses membuat air mata Suikari keluar dia semakin mengeratkan pelukannya pada tangan Miyo.
"Hanako-san apa kau ada didalam?"
"Ha'i," Suara parau terdengar didalam sana. Mereka terkejut tapi Miyo dengan berani membuka pintu itu.
Suikari semakin terisak menunduk ketakutan sedangkan Miyo tidak mampu menopang tubuhnya dia terduduk di lantai toilet yang kotor.
Sosok Hanako-san yang orang lain bicarakan terpampang di hadapannya.
Sosok anak kecil memakai rok merah dan baju putih di penuhi darah. Kulitnya pucat dengan tangan yang berlumuran darah.
Dia menatap tajam Suikari menyunggingkan senyum menyeramkan.
"Nani?" Dia berkata dengan suara yang parau yang menakutkan.
Suikari menangis sejadi-jadinya, dia takut.
Miyo tersadar dari keterkejutannya dia berdiri segera menarik lengan Suikari untuk berlari menjauhi toilet itu bahkan mereka meninggal Haya dan Eri yang menunggunya di depan toilet.
"Ada apa dengan mereka?" Tanya Haya.
"Entahlah ayo kita susul."
to be continued