Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Dua minggu kemudian, setelah mendapatkan bukti berupa tes DNA kedua anak Clara yang menegaskan kalau kedua anak Clara adalah anak Oliver dan setelah surat gugatan dari kantor Lily siap, Elena pulang ke rumahnya. Begitu masuk ke dalam pintu, Oliver sudah menunggunya dan memeluknya, Elena pasrah di peluk agar Oliver tidak curiga walau dia merasa kulitnya terbakar. Oliver mengambil koper Elena untuk menariknya masuk ke dalam, tapi baru beberapa langkah Oliver berjalan,
“Oliver, ada yang mau ku bicarakan,” ujar Elena.
Oliver menoleh, wajahnya menjadi sedikit tegang tapi topeng tersenyumnya kembali menutupi wajahnya.
“Mau bicara apa ?” tanya Oliver santai.
“Duduk sini,” ujar Elena menunjuk kursi meja makan di seberangnya.
Begitu Oliver duduk, Elena langsung mengeluarkan sebuah folder berisi percakapan antara Oliver dan Clara yang dia rekam selama dua minggu terakhir, foto mereka yang melakukan hubungan intim di kamar dan ruang tengah, salinan hasil tes DNA, print rencana yang di tulis Jacob di laptop nya, pertukaran email antara Oliver dengan Jacob dan terakhir surat gugatan cerai. Wajah Oliver langsung menampilkan lima ekspresi secara bergantian dalam beberapa detik, mulai dari bingung, kaget, marah, takut dan terakhir ekspresi berpikir bagaimana cara memutar balikkan fakta yang berada di depannya.
“A..apa ini beb ?” tanya Oliver.
“Kamu bisa baca kan, masa tidak mengenali perkataan mu sendiri ?” tanya Elena santai dan dingin.
Oliver terdiam, kali ini wajahnya menjadi pucat karena ketakutan seperti melihat sesuatu yang mengerikan. Keringatnya pun mulai bercucuran membasahi keningnya walau kondisi ruangan sedikit dingin. Kemudian Oliver melihat Elena di depannya yang nampak tenang dan menunggu,
“I...ini bukan seperti yang kamu kira beb,” ujar Oliver terbata.
“Oh benarkah ? semua ini jelas seperti yang ku kira, terutama ini,” ujar Elena yang menarik keluar hasil tes DNA dari folder dan menaruhnya di depan Oliver.
“Gulp,” Oliver menelan salivanya ketika melihat dua hasil tes DNA terpampang di depan wajahnya, tangannya yang gemetar membuka map hasil dna itu, hasil prosentase kemungkinan Oliver merupakan ayah dari kedua anak Clara adalah 99.99 %, sudah di pastikan kalau Oliver adalah ayah mereka dan tentunya dia tidak bisa membantah nya. “Tok...tok,” tiba tiba pintu di ketuk, Elena berdiri kemudian berjalan ke pintu untuk membukakan pintu karena dia sudah tahu siapa yang datang.
“Silahkan Li,” ujar Elena.
“Ok Em, serahkan padaku,” balas Lily.
Lily langsung masuk ke dalam kemudian duduk di seberang Oliver yang masih tertegun sedangkan Elena berdiri di sebelah Lily sambil menyilangkan lengannya dan menatap Oliver dengan tajam. Lily membuka tas kerjanya kemudian menarik dua buah folder dari dalam tas dan menaruh nya di meja, dia langsung membacakan surat perjanjian pra nikah yang menegaskan pihak yang berselingkuh tidak akan mendapat apa apa dari perceraian. Setelah itu, Lily membacakan pembagian aset yang di peroleh selama pernikahan. Oliver tidak bisa berkata apa apa karena dia tidak bisa membantah dan berkilah dengan bukti yang tersebar di depannya.
“Trok,” setelah Lily selesai, Elena menaruh pena di meja dan mendorong bersama surat gugatan cerainya tepat di depan Oliver dengan senyum tipis yang dingin menghiasi wajahnya,
“Sebaiknya kamu tanda tangan sekarang dan jangan coba coba bilang mau rujuk atau melawan, aku tidak mau membawa mu ke pengadilan, kecuali kamu menantang ku,” ujar Elena tegas.
Dengan tangan gemetar, Oliver mengambil pena nya dan mulai menorehkan tanda tangannya di titik titik yang di tunjuk Lily. Setelah selesai, Lily langsung memeriksanya,
“Sudah ok Li ?” tanya Elena.
“Sip, sudah beres Em, karena dia tidak protes maka tidak perlu ada pengadilan, dalam 30 hari surat cerai selesai, nanti aku kirim ke kamu,” jawab Lily sambil memasukkan surat nya ke dalam tas.
“Lalu sudah boleh ?” tanya Elena santai.
“Hmm silahkan, nanti aku pinjem petugas kebersihan tunangan ku supaya membersihkan ampas nya,” ujar Lily.
“Sriiing,” Elena langsung mencabut kedua sai miliknya yang sudah di siapkan di balik long coat nya. Melihat senjata di tangan Elena, Oliver langsung kaget dan berdiri,
“He...hei, mau apa kamu Elena,” ujar Oliver gemetar.
“Oi Em, jangan pakai itu, pakai ini,” ujar Lily.
Dia mengeluarkan sebilah pisau panjang dari dalam tasnya dan memutarnya, kemudian dia memegang ujungnya dan gagangnya ke arah Elena, langsung saja Elena mengambil dagger nya. Melihat Lily dengan santai memutar pisau, Oliver langsung bertanya tanya karena ketakutan,
“Ka..kalian sebenarnya siapa ?” tanya Oliver.
“Oh...keluarga ku assassin (versi oriental) dan kalau dia....”
“Ninja,” ujar Elena sambil melesat maju dengan kecepatan luar biasa.
“Sreeet,” “pluk,” Elena langsung menebas leher Oliver dalam sekejap dan kepala Oliver jatuh ke tanah walau tubuhnya masih berdiri. “Blugh,” tubuh Oliver jatuh bersimbah darah. Elena dan Lily yang maju ke sebelah Elena dan memegang pundak nya, Elena langsung berbalik kemudian memeluk Lily dengan erat. Lily menepuk nepuk punggung Elena,
“Em, masih ada tugas satu lagi kan ?” tanya Lily.
“Ya, tapi aku tidak mau kesana, nanti langsung kirim saja gugatan nya ke papa ku berdasarkan bukti bukti yang ada,” jawab Elena.
“Kamu yakin mau menuntut orang tua kamu sendiri ? setelah gugatan terkirim, tidak ada bisa mundur lagi,” tanya Lily.
“Sangat yakin, mereka sudah bukan keluarga ku,” jawab Elena.
“Baiklah kalau begitu, besok orang ku ke rumah orang tua mu,” balas Lily.
“Pulang yuk,” ujar Elena.
“Iya, ke apartemen mu, kok kamu mau sih di apartemen tua itu ? lagian kanan dan kirinya kosong kan ? bukannya kamu bisa di mana saja ?” tanya Lily.
“Yah untuk sementara low profile dulu, aku ingin menarik diri dari bisnis ku sebentar dan kerja sebagai perawat di rumah sakit, perlu ketenangan untuk membersihkan kepala ku,” jawab Elena.
“Aku mengerti, yuk deh,” ajak Lily.
******
Kembali ke masa kini, Elena melihat sekitar unit apartemen nya, kemudian dia menoleh melihat ke unit tetangga, unit milik Ethan sang montir atau Eric sang CEO.
“Sekarang ada Ethan....sudah enam bulan ya dia di sini, aku tidak kesepian lagi dan mulai healing hehe,” ujar Elena.
Tiba tiba Eric menjulurkan kepalanya dan melihat Elena, namun dia melihat Elena tertegun sambil tersenyum senyum.
“Elena ?” tegur Ethan.
Elena atau Emily yang kaget langsung menoleh melihat Ethan dan duduk dengan tegak, kemudian dia berdiri,
“Tunggu sebentar ya, aku ambilkan dulu,” jawab Elena.
“Ok, aku tunggu,” balas Ethan.
“Sip, sabar ya,” balas Elena.
Elena langsung berlari masuk ke dalam untuk mengambilkan makanan bagi Ethan yang sabar menunggunya sambil menoleh melihat suasana kota di malam hari. Tak lama kemudian, Elena keluar lagi membawa seloyang lasagna,
“Ini Ethan, maaf aku panasin dulu barusan,” ujar Elena.
“Oh...lasagna...makasih Elena, nanti tempat nya ku kembalikan,” balas Ethan sambil mengambil loyang nya.
“Ok...ngg...mau ku temani ?” tanya Elena.
“Dengan senang hati, aku bukakan pintu depan,” jawab Ethan.
“Baiklah, tunggu ya,” balas Elena yang berlari ke dalam dengan wajah riang.
Ethan berbalik kemudian berjalan ke dalam sambil membawa loyang nya, senyum pun muncul di wajahnya,
“Terima kasih Elena, karena kamu aku jadi bisa melupakan rasa sakit di hati ku akibat pengkhianatan Katie, kamu benar benar seorang perawat yang bisa membantu proses healing ku hehe,” ujar Ethan dalam hati.