Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?
jika penasaran langsung saja baca novelnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Sekte Bersama MuWan!!
Setelah Guru Qing Shanyue meninggalkan kamar Chen Yu, ia bertemu dengan Ji Qianlan, guru lain dari Sekte Tianming, di halaman depan penginapan.
“Apakah Chen Yu tidak ikut bersama kita?” tanya Ji Qianlan dengan tenang, namun tersirat kekhawatiran di balik nadanya.
Guru Qing tersenyum lembut, memandang langit pagi yang mulai terang. “Kita tunggu sebentar. Tidak perlu terburu buru. Kita akan pergi ke sekte tempat langit cerah."
Mereka pun berjalan perlahan meninggalkan halaman, membiarkan waktu menyatukan apa yang seharusnya disatukan.
Di dalam kamar.
Chen Yu dan MuWan masih dalam pelukan hangat, duduk berdampingan di ranjang yang kini telah rapi. Angin lembut dari jendela membawa aroma rumput dan bunga spiritual dari taman kecil di luar.
Chen Yu membelai rambut MuWan, lalu menatap wajah istrinya dengan lembut namun tegas.
“Ayo kita pergi. Sudah saatnya kembali ke sekte,” ujarnya.
MuWan mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kegugupan dan keteguhan hatinya dalam satu gerakan.
Mereka melangkah keluar dari kamar. namun belum jauh mereka melangkah. sekelompok orang telah berdiri di halaman depan.
Lishuan, guru MuWan dari Sekte Langit Merah, berdiri paling depan dengan tatapan dingin, diikuti oleh beberapa murid dari sektenya.
“MuWan,” ujar Lishuan tajam. “Bukankah aku sudah katakan, tinggalkan pria itu. Dia adalah musuh sekte kita!”
MuWan menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya dengan penuh keberanian.
“Maaf Guru. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa meninggalkannya.”
Nada suara MuWan bergetar, tapi penuh keteguhan. Lishuan mendengus.
“Kalau begitu, mulai hari ini kau adalah pengkhianat Sekte Langit Merah! Seorang wanita yang rela mengorbankan kehormatan sektenya demi pria!”
Namun tanpa diduga, MuWan berteriak.
“Aku tidak peduli!! Mulai hari ini aku bukan murid Sekte Langit Merah lagi!!”
Suasana mendadak sunyi.
MuWan menatap lurus pada gurunya, lalu melanjutkan dengan suara yang sedikit bergetar.
“Kau adalah guruku. aku menghormatimu seperti ibu kandungku. Tapi saat kau menyuruhku menceraikan suamiku, kau telah menginjak semua rasa hormat dan kepercayaan ku.”
Chen Yu, yang sedari tadi diam, akhirnya bergerak.
Matanya menyipit tajam. Niat membunuh terlihat mengerikan di mata Chen Yu.
Aura di sekitarnya beriak seperti gelombang sebelum badai besar. Tanpa sepatah kata pun, ia mengangkat tangan dan memanggil keluar pedang Tianxu.
Dalam sekejap, langit menjadi kelam, gunung-gunung bergetar, dan udara terasa terbelah dua.
Pedang Tianxu mengapung di tangan Chen Yu, memancarkan aura yang membelah langit dan bumi.
“Cukup,” gumam Chen Yu, namun setiap katanya mengguncang dada siapa pun yang mendengarnya.
Aura pedang Tianxu meledak dengan keras. Angin spiritual menari liar. Murid-murid Sekte Langit Merah serta Lishuan langsung tumbang, pingsan karena tekanan spiritual yang sangat mengerikan.
Tanah di sekeliling mereka retak, dan pohon-pohon terbelah seperti terkena serangan petir.
Hanya Chen Yu dan MuWan yang tetap berdiri, seolah dunia telah memisahkan mereka dari yang lain.
Chen Yu masih memegangi pedangnya. Matanya tajam, penuh kemarahan yang dingin. Aura pembunuh menyelimuti sekelilingnya.
Namun di tengah badai itu, suara lembut dan takut terdengar. “Suamiku. jangan marah. Kau membuatku takut.”
MuWan memegang tangan Chen Yu yang menggenggam pedang Tianxu. Matanya berkaca-kaca, namun keberanian di dalamnya tetap terpancar.
Mendengar suara itu dunia seperti ditarik kembali ke dalam keheningan.
Chen Yu tersadar.
Nafasnya melambat, dan aura pedang Tianxu mulai mereda. Langit kembali cerah, angin kembali tenang.
Chen Yu menurunkan pedangnya perlahan, dan menatap MuWan dengan pandangan bersalah.
“Maaf kalau aku membuatmu takut.”
MuWan menggenggam tangan Chen Yu lebih erat, lalu menyandarkan kepalanya ke dada suaminya.
“Selama kau tetap bersamaku. aku tak takut pada dunia ini.”
Guru Qing Shanyue, yang melihat segalanya dari kejauhan, tersenyum kecil sambil bergumam dalam hati. “Anak ini tidak sederhana seperti yang terlihat."
Kejadian ini berlalu dengan pingsannya orang orang dari sekte langit merah. Setelah itu Chen Yu dan MuWan berjalan pergi menuju perahu terbang Sekte langit cerah.
Chen Yu terkejut ketika melihat perahu itu kosong. dan tidak terlihat satu orang pun dari sekte langit cerah.
"Sepertinya mereka kembali ke sekte lebih dulu."
Lalu Chen Yu naik perahu itu bersama MuWan.
Perahu terbang milik Sekte Langit Cerah perlahan melayang di langit, menembus awan-awan tipis menuju markas sekte. Di atas dek, Chen Yu dan MuWan berdiri berdampingan. Angin lembut menyibakkan helaian rambut mereka, dan tatapan MuWan sesekali tertuju pada wajah suaminya dengan penuh rasa nyaman.
Setibanya di gerbang utama sekte, sosok tambun Puyou berlari-lari kecil menyambut mereka dengan peluh menetes di dahinya.
“Hei! Sahabatku Chen Yu! Sepertinya kau sudah berbaikan dengan... eh, Kakak ipar kita, ya?” ucap Puyou sambil mengedipkan mata jenaka.
MuWan refleks terkejut, pipinya memerah. “Ka-Kakak ipar.?”
Chen Yu hanya tersenyum tenang.
Tak lama, Xining muncul dari sisi lain, mengenakan pakaian putih khas murid inti. “Ayo, kita kembali ke aula utama. Ketua Sekte dan Tetua Qingwei sudah menunggu kalian.”
Dari kejauhan, Ketua Sekte tampak melambai-lambaikan tangan dengan antusias, seperti biasa dengan senyuman khasnya yang lucu dan energik. Chen Yu membalas lambaian itu dengan anggukan tenang.
Namun, suasana tenang tak berlangsung lama.
Puyou mendekat ke telinga Chen Yu dan berbisik cukup keras hingga membuat MuWan ikut mendengar.
“Kemarin malam aku datang ke depan kamarmu. Niatnya mau ajak kau rayakan kemenangan kita. Tapi. suara aneh terdengar dari dalam. Panjang dan Lama. Aku berniat menunggu sampai pagi. Tapi karena terlalu ngantuk, aku pulang ke kamarku sendiri. Hahaha!”
MuWan menunduk, wajahnya merah padam, dan dengan gemas membenamkan wajahnya ke dada Chen Yu.
Chen Yu, seperti biasa dengan kepolosannya, hanya mengusap lembut kepala istrinya sambil tertawa kecil. “Itu mungkin karena efek minum dari kolam spiritual tadi malam."
MuWan memukul pelan dadanya sambil bergumam, “Suamiku jangan buat aku malu.”
Di samping mereka, Xining hanya menatap diam. Senyuman yang terukir di wajahnya tampak kaku. Hatinya terasa ditarik-tarik, rasanya ingin menangis, tapi tak tahu harus bagaimana. Ia hanya bisa berdiri, mencoba tersenyum sambil menunduk.
Puyou, masih dengan gaya santainya, ikut tertawa. “Bagus, bagus! Sahabatku, cepatlah beri aku keponakan yang lucu! Setidaknya dua, ya? Biar mereka bisa berlatih bersama anakku nanti. Itupun kalau aku punya istri!”
Chen Yu mengangguk dengan polos. “Baiklah, tapi bagaimana caranya membuat anak?”
Sejenak hening.
MuWan membelalak. Xining yang tadinya ingin menahan air mata malah refleks tersedak. Sementara Puyou terbatuk-batuk dan memegangi perutnya sambil tertawa terguling-guling.
“Wahai langit. sahabatku sungguh luar biasa polosnya!” ucap Puyou di sela tawa.
MuWan, meskipun malu, ikut tertawa kecil. “Suamiku. aku harus banyak mengajarimu mulai sekarang”
Chen Yu menggaruk kepalanya sambil tersenyum bingung. “Kalau begitu, ajarkan saja nanti malam.”
MuWan langsung menutup wajahnya dengan lengan jubahnya, sementara Xining menoleh ke arah lain, menutupi senyum tipis yang tak bisa dia bendung.
Hari itu, canda tawa kembali menghiasi langkah mereka.
Setelah itu Chen Yu bersama MuWan pergi menuju aula utama sekte.
Langkah kaki Chen Yu terdengar tenang saat ia menggandeng tangan MuWan memasuki aula utama Sekte Langit Cerah. Di sisi kanan dan kirinya, Puyou dan Xining berjalan bersama, menyusul perlahan ke dalam ruangan yang penuh dengan aura agung para tetua dan sesepuh sekte.
Namun, yang membuat Chen Yu tertegun adalah sosok dua wanita yang duduk di sisi kehormatan. Mata Chen Yu sedikit membesar saat mengenali mereka.
“Guru Ji Qianlan dan Guru Qing Shanyue?” gumamnya perlahan.
Keduanya mengangguk penuh wibawa. Ji Qianlan tersenyum lembut seperti biasanya, sementara Qing Shanyue memandang Chen Yu dengan mata yang tajam namun penuh apresiasi.
Ketua Sekte Langit Cerah, dengan jubah panjangnya yang berwarna biru langit, berdiri sambil tertawa hangat. “Chen Yu! Maafkan kami karena tak menunggumu dan langsung kembali ke sekte. Kami harus segera menyambut dua tamu kehormatan ini yang telah datang dari Kekaisaran Zhou Agung.”
Chen Yu menunduk hormat. “Tidak masalah, Ketua Sekte.”
“Mulai hari ini,” lanjut Ketua Sekte sambil melirik para tetua lain yang duduk di sisi aula, “Guru Ji Qianlan dan Guru Qing Shanyue akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Mereka datang untuk mengawasi langsung perkembanganmu, Chen Yu, sebelum kamu berangkat ke Sekte Tianming di Kekaisaran Zhou.”
Seketika suasana aula menjadi hidup. Murid-murid dan tetua mulai berbisik-bisik, banyak dari mereka menatap Chen Yu dengan kagum dan hormat. Puyou menepuk pundak Chen Yu sambil tersenyum lebar, sedangkan Xining hanya memandang penuh bangga.
Seorang tetua bersuara lantang, “Chen Yu, prestasimu dalam Pertarungan Antar Sekte telah mengharumkan nama kita semua! Bahkan murid-murid tertua pun tak mampu mencapai prestasi sepertimu.”
Tepuk tangan pun bergema di aula. Aura penghargaan memenuhi ruangan, dan Chen Yu mengangguk sopan kepada mereka.
Namun, suasana hening saat Chen Yu melangkah maju dan berkata dengan tenang, namun penuh makna.
“Ketua Sekte, Para Tetua. ada satu hal yang ingin aku sampaikan.”
Semua mata tertuju padanya. Bahkan MuWan tampak tegang di sampingnya. “MuWan adalah istriku. Aku tak bisa membiarkannya kembali ke Sekte Langit Merah. Aku khawatir keselamatannya di sana tak akan terjamin, terlebih setelah kejadian di pertarungan antar sekte.”
MuWan memegang lengan Chen Yu lebih erat, menahan gemetar dalam dirinya.
Chen Yu melanjutkan, “Aku tahu aturan sekte ini tidak membolehkan murid dari sekte lain tinggal di sini begitu saja. Tapi aku meminta bisakah Sekte Langit Cerah menerimanya, dan menjadikannya murid di bawah bimbingan kita?”
Seketika aula kembali senyap.
Namun, dalam beberapa detik yang terasa menegangkan itu. Ketua Sekte justru tertawa keras. “Hahaha! Tentu saja bisa!”
Semua orang menatap Ketua Sekte, terkejut.
“Sekte ini harus belajar menghargai pengorbanan dan keberanian. Kau telah membuktikan dirimu sebagai kebanggaan Sekte Langit Cerah, Chen Yu. Bahkan Kaisar sekalipun tak bisa menutup mata atas pencapaianmu. Jadi mulai hari ini!!!
Ia menatap MuWan dan tersenyum.
“MuWan resmi menjadi murid dari Sekte Langit Cerah, dan akan tinggal bersama Chen Yu sebagai pengecualian dari aturan. Anggap ini hadiah atas kemenangannya di Pertarungan Antar Sekte!”
MuWan terdiam sesaat, lalu mata beningnya berkaca-kaca. Ia membungkuk dengan dalam ke arah para tetua dan berkata dengan suara yang tulus, “Terima kasih. Aku akan membalas kepercayaan ini dengan dedikasi sepenuh hati.”
Aula kembali bergemuruh oleh tepuk tangan. Beberapa murid wanita dari sekte lain yang hadir tampak iri, sementara sebagian besar murid Langit Cerah memandang MuWan dengan hangat.
Chen Yu hanya menatap MuWan dengan tenang, lalu berkata lirih di samping telinganya, “Sekarang kau benar-benar di sisiku.”
MuWan menggenggam tangannya lebih erat, dan dengan wajah penuh senyum, dia membalas, “Dan aku akan tetap di sisimu, apapun yang terjadi.”
Suasana di aula Sekte Langit Cerah masih dipenuhi semangat, pujian, dan kagum atas pencapaian luar biasa Chen Yu dalam Pertarungan Antar Sekte. Tepuk tangan telah reda, namun perhatian semua orang kembali tertuju saat dua sosok perempuan melangkah maju dengan anggun dan wibawa.
Guru Ji Qianlan, dengan senyum tenang dan suara lembutnya, berdiri tepat di depan Chen Yu.
"Chen Yu," katanya dengan nada hangat, "jika kau sudah sampai di Sekte Tianming nanti. pastikan kau memilihku sebagai gurumu. Aku akan membimbingmu hingga kau menapaki puncak dunia kultivasi."
Belum sempat Chen Yu menjawab, Guru Qing Shanyue maju selangkah dengan ekspresi dingin namun tak kalah tegas. Suaranya mengalir tegas seperti salju musim dingin. "Tidak bisa. Chen Yu harus menjadi muridku. Bakat sepertimu lebih cocok berada di bawah bimbinganku."
Suasana yang tadinya penuh penghargaan, mendadak berubah menjadi tegang dan lucu.
Beberapa tetua yang duduk di kursi belakang saling pandang, menahan tawa. Sementara murid-murid Sekte Langit Cerah nyaris tertawa terbahak jika bukan karena menghormati kedua guru besar itu.
Ji Qianlan melipat tangan di dada dan tersenyum, namun tatapannya jelas tidak ingin kalah, "Shanyue, kau terlalu kaku. Chen Yu butuh kelembutan untuk berkembang, bukan tekanan."
Qing Shanyue membalas dingin, "Dan kelembutan seperti itu akan membuatnya manja."
"Aku tak peduli. Chen Yu milikku!" ujar Ji Qianlan.
"Justru karena itu aku tidak bisa menyerah!" Kata Qing Shanyue.
Aula menjadi tempat perdebatan sengit. Tapi dalam versi sopan antar dua wanita luar biasa, memperebutkan satu murid dengan ketegangan dan kelucuan yang tak terelakkan.
Beberapa murid wanita mulai tertawa tertahan, sementara para tetua hanya bisa menggeleng-geleng kepala dengan senyum.
Melihat suasana yang mulai tak terkendali, Chen Yu mengangkat tangannya. “Jika aku boleh memilih.” katanya tenang. Kedua guru langsung menoleh padanya serempak.
Chen Yu tersenyum kecil. “Kalau begitu, aku ingin menjadi murid dari keduanya. Guru Ji Qianlan dan Guru Qing Shanyue.”
Keduanya terdiam sejenak, lalu bersamaan berkata, “Nak nak. kau pandai memilih ya.”
Tanpa bisa dicegah, dua guru agung itu mencubit pipi Chen Yu bersamaan, membuat seluruh ruangan terdiam dalam keterkejutan. lalu pecah dalam gelak tawa.
“Murid yang imut!” kata mereka serempak sambil tertawa pelan.
Chen Yu yang sedikit terkejut hanya bisa tersenyum canggung, sementara di sampingnya, MuWan mengerutkan keningnya. Pandangannya sedikit tak suka melihat dua wanita cantik mencubit pipi suaminya.
“Hmph… terlalu akrab,” gumam MuWan dalam hati.
Setelah suasana mereda, Chen Yu membungkuk hormat kepada para tetua, lalu melangkah keluar dari aula. Di sampingnya, MuWan menggandeng lengan Chen Yu erat-erat, seolah ingin memastikan tidak ada wanita lain yang mendekat.
Dari belakang, suara langkah dua orang menyusul cepat. Itu adalah Puyou dan Xining.
“Hebat sekali,” kata Puyou dengan senyum lebar. “Chen Yu sahabatku, kau bukan hanya jadi pahlawan sekte. tapi juga jadi rebutan para guru guru cantik. Hidupmu terlalu menyenangkan!”
Chen Yu hanya tertawa ringan, sementara Xining tersenyum pelan. Tapi dalam diam, dia menatap MuWan dan Chen Yu dengan perasaan campur aduk, antara bahagia dan sedikit getir.
Namun, mereka semua berjalan bersama di bawah cahaya senja, dan kembali ke kediaman mereka.
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya