Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9: Terjebak
Tidak ada suara. Hanya detak jantung mereka berdua. Sho menggenggam tangan Aria erat. Tak ada celah. Tak ada jalan keluar. Lalu, Absolute Being pertama bergerak. "Apakah ini akhir kami?" Pikir Sho. Nafasnya berat, tubuhnya menegang.
"Kau bukan manusia biasa. Bangkitlah, percaya kepada kekuatan mu sendiri." Bisik Persephone kedalam kepala Sho.
"Aria, dengarkan aku. Panah mereka dengan cahaya terang, aku akan membuka jalan menggunakan pengendalian akar, seharusnya ada akar-akar didalam tanah." Bisik Sho kepada Aria sembari waspada, mendengar hal itu Aria hanya bisa mengangguk.
Makhluk-makhluk itu menatap dua manusia di hadapannya. Nafas mereka bergetar. Tapi di mata makhluk abadi seperti dia, ada sesuatu yang berbeda dari mereka. Tak seperti tatapan pembunuh dari Absolute Being yang pernah dilawan oleh Aria dan Sho, kali ini tatapan para Absolute Being itu terasa sombong dan arogan, seakan akan mereka mempermainkan Sho dan Aria demi kesenangan mereka sendiri.
Sho berjalan lambat kearah para Absolute Being tersebut seakan-akan dia menyerahkan nyawa nya, namun itu hanyalah jebakan. Saat Sho sudah cukup dekat, ia langsung memberi perintah. "Aria sekarang!" Teriak Sho kepada Aria.
Aria dengan secepat kilat memunculkan panah bintang nya lalu memanah tepat keatas langit-langit goa, dan membuat cahaya yang sangat terang. Disusul oleh Sho yang menggunakan akar-akar yang berada didalam tanah untuk menghancurkan reruntuhan batu yang memblokir jalan keluar.
Penglihatan Absolute Being dibuat kacau meski hanya sebentar. Tapi itu waktu yang cukup bagi Sho untuk membuka jalan.
"ARIA SEKARANG!" Teriak Sho sembari menghentakkan tangan nya ke tanah, jalan yang tadinya tertutup kini terbuka sedikit celah.
Aria bergegas berlari menuju celah tersebut, namun aneh nya Sho tidak. "Sho apa yang kau lakukan cepatlah kesini! kita tidak punya waktu!" Teriak Aria kepada Sho dengan nada yang panik dan khawatir.
"Aria kabur lah duluan, aku akan menghalau mereka, kau panggil bantuan!" Ucap Sho kepada Aria.
"Bodoh! kau pikir kau bisa mengalahkan mereka, setidaknya biarkan aku bertarung bersamamu!" Teriak Aria dengan nada penuh amarah dan kekesalan karena dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Sho tersenyum lembut. "Tidak, bukan kali ini. Jika kita berdua mati di sini, siapa yang akan memberitahu dunia bahwa Absolute Being menyiapkan peperangan? Kau harus hidup... kau harus bertahan."
"Sho... jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa..." Ucap Aria dengan nada sedih, perlahan-lahan air mata nya menetes dan membasahi pipi nya.
Suara Apollo bergema kedalam kepala Aria "Sho benar, jangan sia-siakan pengorbanan nya, kau harus melapor apapun yang terjadi!" Ucap Apollo dengan nada tegas.
Aria yang tak punya pilihan lain pun mulai berlari keluar menuju mulut goa. Meninggalkan Sho sendirian didalam, setelah memastikan Aria sudah pergi, Sho memblokir jalan keluar sepenuh nya. "Seperti nya ini akan menjadi pertarungan yang berat." Ucap Sho dengan penuh semangat.
Cahaya yang ditembakkan oleh Aria tadi perlahan-lahan menghilang, kini Sho sendirian dan berhadapan dengan sepuluh Absolute Being. Tidak ada harapan untuk menang. "Majulah!" Teriak Sho dengan penuh semangat kearah sepuluh Absolute Being yang berdiri dihadapannya.
"Manusia bodoh... Kau benar-benar menyedihkan..." Ucap seorang Absolute Being, suaranya terdengar parau dan mencekam.
"Sho dengarkan aku, aku bisa merasakan adanya tanda kehidupan di lantai terdalam, jika kau bisa melewati mereka semua dan pergi lebih jauh kedalam goa, mungkin persentase mu untuk bertahan hidup akan meningkat." Ucap Persephone kedalam kepala Sho.
"Baiklah, taruhan dimulai!" Ucap Sho sembari menarik kalung yang berada di leher nya dan mengubah nya menjadi Bident.
Bident itu kini bergetar di tangan Sho, memancarkan aura kehijauan yang menyerupai napas hutan kuno. Akar-akar dari dalam tanah mulai bermunculan lagi, mengelilingi tubuh Sho seperti tameng hidup, siap bertarung bersamanya.
"Satu lawan sepuluh... bukan rasio yang bagus." °Gumam Sho, dengan nada setengah bercanda. Tapi tatapan matanya tajam. Dalam diam, dia menyimpan harapan.
Dari kejauhan, Aria sempat menoleh. Ia melihat reruntuhan yang kini menutup mulut goa. Tapi matanya menangkap sesuatu, akar berbentuk melingkar, menempel di dinding batu, membentuk simbol yang ia kenal lambang kehidupan simbol Persephone.
Senyum samar muncul di wajah Aria. "Dia akan kembali, yakin!" bisik Aria dengan nada sedih sembari menahan tangis.
Sementara itu, di dalam goa, Sho mulai bergerak cepat. Absolute Being pertama menyerang, membawa angin tajam yang bisa memotong baja. Sho menghindar, mengguling, lalu menancapkan Bident ke tanah. Api hijau keluar dan menjalar, membuat jalur agar Sho bisa lewat. Api hijau tersebut menyapu dua Absolute sekaligus, namun itu hanya berguna untuk memukul mundur. Mereka terlempar, terkejut. Sho memanfaatkan momentum, berlari ke sisi goa yang lebih dalam, mengikuti bisikan Persephone, Akan tetapi kaki Sho terkena serangan dan membuat nya terluka cukup berat.
"Jangan biarkan mereka menjebak mu dalam amarah. Gunakan kekuatan alam yang telah menjadi milikmu. Kau adalah perwujudan kehendak ku, manusia yang kupilih." bisik Persephone lagi, lembut tapi kuat.
Sho terus maju, kakinya berdarah, napasnya berat. Tapi tatapan matanya tidak menunjukkan keputusasaan hanya tekad. "Aria... tunggulah aku. Aku akan kembali," bisik Sho, meski tak ada yang mendengar.
Dan ia pun menghilang dalam kegelapan lantai terdalam goa, dikejar oleh pekik para Absolute Being yang marah. Langkah Sho terseok namun terus melaju. Ia melewati lorong sempit yang dipenuhi akar-akar lembab dan lumut bercahaya samar. Udara di sekelilingnya terasa berbeda, tidak lagi dingin dan pengap, melainkan hangat, seolah alam menyambutnya.
Kemudian, ia sampai di ruang terbuka... dan terdiam. Lantai terdalam goa itu bukanlah tempat kematian, melainkan surga tersembunyi. Tanaman hijau menjalar dari setiap sudut-pakis, anggrek liar, pohon-pohon kecil yang tumbuh dari celah batu, bahkan bunga-bunga bercahaya biru yang tak pernah dilihat Sho sebelumnya. Cahaya bioluminescence memancar lembut dari kelopak dan akar, menerangi seluruh ruangan alami itu bagaikan hutan mimpi yang terlupakan.
Sho berjalan pelan ke tengah ruangan, tangannya menyentuh salah satu batang pohon muda yang berdiri tegak. Detak jantungnya perlahan melambat. Ia merasakan kehadiran sesuatu, bukan makhluk, melainkan kehendak. Alam itu sendiri menjawab.
"Aku tahu tempat ini... Ini adalah sisa-sisa dari kuilku... tempat terakhir yang tidak terjamah tangan manusia atau makhluk abadi. Di sinilah kau bisa pulih, jika kau bisa bertahan." Bisik Persephone kepada Sho.
Tempat ini adalah sisa-sisa dari kuil peninggalan Persephone, namun tidak terurus lalu ditinggalkan seiring berkembangnya zaman. Sho berlutut di tengah rumput liar yang lembut, menancapkan Bident ke tanah. Api hijau muncul seketika, dan melapisi luka Sho dengan sendirinya, luka Sho perlahan-lahan sembuh namun tanaman-tanaman yang berada disekitar Sho mulai membusuk dan mati. Ini lah bayaran dari penyembuhan api hijau. Akar-akar dari dalam tanah segera menjulur, melingkari tubuh Sho dengan perlindungan.
Sementara itu, jauh di atas. Aria berdiri di tebing luar goa, dadanya naik turun cepat. Kondisi nya panik dan nafasnya tidak teratur tapi pikirannya masih jernih. Ia mengangkat busur bintangnya tinggi-tinggi, menarik napas dalam-dalam, lalu memanggil kekuatan terakhirnya. Panah itu terbentuk sangat terang, nyaris menyilaukan, seolah menyerap cahaya bintang siang. "Sho... bertahanlah, Aku akan menyelamatkan mu." Ucap Aria dengan suara yang lirih.
Panah itu menembus langit dengan kecepatan luar biasa, menciptakan semburat cahaya putih-keemasan yang membelah awan. Burung-burung terbang panik, makhluk-makhluk sihir di kejauhan menoleh. Cahaya itu terlihat bahkan dari puluhan kilometer jauhnya. Sebuah sinyal. Sebuah jeritan minta tolong. Sebuah pengumuman bahwa ada yang terjadi. Dan para High Human yang melihatnya tahu apa artinya.
Dengan sigap beberapa High Human yang berada diluar langsung melapor ke guild, kalau sinyal minta bantuan terlihat dari arah selatan. Guild yang mendapatkan laporan langsung bereaksi, mereka mengirim High Human yang sedang luang. Tak hanya High Human dan guild yang bergerak, namun ksatria dan penyihir kerajaan juga bergerak.
Sementara itu disisi lain, Sho yang masih memulihkan stamina nya bersiap bertarung karena terdengar suara gemuruh armor baja yang menghantam tanah, seperti dentuman drum perang sedang mendekat kearah Sho.
"Aku senang karena kau masih menemani ku, Persephone." Ucap Sho dengan nada penuh semangat sembari berusaha untuk berdiri.
"Jangan berkata seakan-akan kau sudah siap untuk mati. Jika kau mati jiwa mu takkan kukirim ke surga ataupun neraka" Ancam Persephone kepada Sho.
Satu persatu Absolute Being muncul dihadapan Sho, mereka semua terlihat bahagia karena melihat Sho yang sudah terpojok. "Muncul juga kalian akhirnya, aku sudah bosan karena kalian tidak kunjung muncul." Ucap Sho dengan nada penuh provokasi.
Sho berdiri dengan napas tersengal. Luka-luka di tubuhnya memang sudah sepenuhnya pulih, tetapi banyak tanaman kini telah menjadi abu akibat penyembuhan dari api Hijau. Absolute Being berdiri mengelilinginya, masing-masing dengan aura mengancam yang bergema dalam setiap denyut tanah. Tanah pun mulai retak karena tekanan dari kekuatan mereka.
"Aku mungkin sendiri... tapi aku akan tetap bertarung." ucap Sho lirih, lalu mengangkat Bident-nya ke atas.
Dengan satu hentakan keras ke tanah, akar-akar raksasa menyembur keluar dari segala penjuru, mencoba melilit dan menahan musuh-musuhnya. Beberapa Absolute Being melompat menghindar, namun dua di antaranya terjebak dan dihancurkan seketika oleh ledakan energi hijau yang terpancar dari pusat akar. Sekilas dilihat Sho memang unggul karena kekuatan alam miliknya, namun ini sudah masuk kedalam ranah menggunakan kekuatan secara berlebihan.
Sho mulai lengah. Satu pukulan telak mendarat di bahunya. Satu lagi menyusul menghantam punggungnya, membuatnya tersungkur ke tanah. Bident-nya terpental beberapa meter.
"Akhirnya kau kehabisan tenaga..." bisik salah satu Absolute Being dengan suara seperti gesekan logam di batu sembari mendekat kearah Sho. Tangannya yang hitam dan bersisik mengangkat tangan nya dan muncul energi ungu yang menyala menyelimuti tangan nya.
Sho tak bisa mengangkat tubuhnya. Pandangannya buram. Darah menetes dari mulutnya. Dalam pikirannya hanya ada satu suara, yaitu suara Aria. "Maafkan aku… Aku tak cukup kuat..." Ucap Sho kepada dirinya sendiri.
Sho sudah siap menerima kematian nya yang akan segera datang. Namun saat Absolute Being itu hampir menusuk Sho dengan tangan nya.
BOOM!!
Sebuah cahaya menyilaukan meledak dari langit-langit goa. Sinar panah raksasa menembus atap goa seperti meteor, menciptakan celah besar di atas tempat Sho berada. Debu dan cahaya membanjiri ruangan. Semua Absolute Being mundur sejenak, terkejut oleh kekuatan mendadak itu.
Dan dari balik celah tersebut, bayangan muncul. Satu demi satu, pasukan muncul. High Human dengan senjata bersinar, penyihir dengan mantra di tangan, dan di barisan terdepan terdapat Aria yang berdiri tegak. "JANGAN SENTUH DIA!!" teriak Aria sambil melompat dari celah, memanah langsung ke arah Absolute Being yang hendak membunuh Sho.
Panah cahaya itu meledak saat mengenai target, menghempaskan makhluk itu jauh ke belakang dan menyisakan bekas luka yang dalam di tanah. Sho membuka matanya. Samar, ia melihat siluet Aria mendekatinya, menangkis serangan yang hendak menghabisinya, dan berdiri sebagai perisai.
"Aku datang, bodoh" ucap Aria sambil memapah Sho.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu berkorban begitu saja?" Ucap Aria dengan nada khawatir
Sho tersenyum lemah. "Tetapi aku tidak mati karena kau datang tepat waktu kan?" Ucap Sho dengan nada lemah, suara nya hampir tidak terdengar.
"Diam dan Istirahat saja. Giliran kami untuk beraksi sekarang." Ucap Aria kepada Sho dengan wajah penuh kepuasan dan lega karena dia tidak terlambat.
Sebuah tali diturunkan dari atas, Aria langsung memegang tali tersebut dan secara otomatis orang yang berada dibalik tali langsung menarik nya, membawa Aria dan Sho naik keatas.
Aria membaringkan Sho ditempat yang aman setelah naik keatas "Pulihkan stamina mu berlebih dahulu, setelah itu bantu aku." Ucap Aria kepada Sho
"Aku akan bangkit membantumu sesegera mungkin." Jawab Sho kepada Aria.
Aria berdiri, mata membara. Di belakangnya, seluruh pasukan bala bantuan bersiap bertarung. Kini bukan lagi satu lawan sepuluh. Tapi perang.
Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
sayangg lioraa🫂🫂
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
Semangatt terus buat authornya yaaaa
Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/