Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.
Apa? Menyelamatkan Protagonis?
Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?
Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!
Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.
Tapi… lalu kenapa?
Dia hanya ingin bersenang-senang!
Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!
———
Happy Reading ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Ande-Ande Lumut (8)
Kisah Ande-Ande Lumut (8)
Tidak ada yang tahu bahwa pria yang kelak akan menjadi raja ini telah memiliki seseorang di dalam hatinya.
Sejak awal, Raden Panji tidak pernah benar-benar peduli dengan sayembara yang digelar untuk memilih pendampingnya. Baginya, itu hanyalah formalitas. Sebuah tradisi yang harus dijalankan demi kepentingan kerajaan.
Namun, takdir memiliki rencana lain.
Saat Klenting Merah mulai menyusun rencana jahatnya untuk menjatuhkan sang pangeran, seseorang yang tak terduga muncul.
Klenting Kuning.
Dia tiba hanya sehari sebelum sayembara dilaksanakan. Keberadaannya nyaris tak diperhitungkan siapa pun. Dia hanya seorang gadis sederhana yang tidak memiliki ambisi untuk merebut posisi permaisuri.
Tetapi bagi Raden Panji, kehadiran Klenting Kuning bagaikan takdir yang mempertemukan kembali dua jiwa yang telah lama terpisah.
Dia jatuh cinta pada pandangan pertama lagi.
Bukan sekadar ketertarikan biasa, melainkan perasaan yang dalam, seolah-olah dia akhirnya menemukan sesuatu yang telah lama hilang.
Sebuah cinta yang terasa seperti takdir.
Namun, cinta itu harus kandas sebelum sempat dimulai.
Raden Panji masih mengingat dengan jelas bagaimana tatapan menyakitkan di mata Klenting Kuning. Sorot kecewa yang begitu nyata, seakan hatinya diremukkan oleh sesuatu yang tidak bisa dia pahami.
Dia ingin menjelaskan. Dia ingin mengatakan bahwa semua itu hanya salah paham. Bahwa hatinya hanya untuk wanita itu.
Namun…
Semua terjadi begitu cepat.
Sebelum dia bisa melakukan apa pun, sebelum kata-kata sempat meluncur dari bibirnya, Klenting Kuning telah pergi. Meninggalkannya tanpa memberi kesempatan untuk memperbaiki segalanya.
Tatapan itu terus menghantuinya. Tatapan seseorang yang tulus, seseorang yang mencintainya bukan karena status atau mahkota, melainkan dirinya sebagai seorang pria.
Sebelum identitasnya sebagai pangeran diumumkan, ada seseorang yang telah mencintainya dengan hati yang jujur!
Tapi semuanya hancur karena kelicikan dua orang yang tidak tahu malu itu!
Yuyu Kangkang, sang jenderal yang ditugaskan untuk menguji ketulusan para wanita di sungai, harusnya hanya menjalankan tugasnya. Seperti bagaimana ayahnya dulu memilih pasangan dengan cara yang sama.
Namun kali ini, ada variabel yang tidak terduga.
Klenting Kuning.
Gadis itu cerdas, cantik, dan memiliki kebaikan yang tulus. Bahkan sebelum bertemu dengannya secara langsung, Raden Panji sudah tertarik hanya dari laporan Yuyu.
Namun dua orang licik dan menjijikkan itu berani menjebaknya!
Mereka membuat Klenting Kuning berpisah darinya!
Dan untuk itu, mereka akan membayar harga yang sangat mahal.
Saat itu, Raden Panji tidak bisa langsung menemui Klenting Kuning.
Bukan karena dia tidak menginginkannya, melainkan karena rasa malu dan bersalah yang mengikat langkahnya. Bagaimana dia bisa menatap wanita itu setelah semua yang terjadi?
Bahkan mereka tidak saling mengenal, namun tatapan menyakitkan Klenting Kuning benar-benar menghantuinya.
Dia ingin menjelaskan segalanya, tapi kata-kata saja terasa tidak cukup.
Lalu, dia mendengar kabar bahwa Klenting Kuning akan pergi meninggalkan kerajaan.
Tanpa sedikitpun kepanikan, dia meminta Yuyu Kangkang untuk menemani wanita itu. Bukan hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai matanya dan telinganya. Jika dia sendiri tak bisa berada di sisi Klenting Kuning, setidaknya seseorang yang dia percaya bisa.
Sudah hampir tiga tahun berlalu sejak hari itu.
Dan selama tiga tahun ini, kerinduannya semakin dalam.
Setiap malam, dia memikirkan wanita itu. Setiap siang, dia bertanya-tanya di mana Klenting Kuning berada dan apakah dia baik-baik saja.
Hingga kini, dia masih menunggu.
Menunggu saat di mana dia akhirnya bisa menebus segalanya.