Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 9 SIAPA PEWARIS KITA
Setelah sekitar satu jam pingsan ibu Clara membuka matanya perlahan dan belum sadar sepenuhnya.
"dimana ini"sambil mengingat-ingat apa yang terjadi.
"tadi kamu pingsan ma" jelas suaminya sambil mengelus-elus rambutnya.
"apa yang terjadi, oh ya mana Marcel", separoh kesadarannya mulai kembali sambil melirikkan matanya kekiri dan kekanan.
"Marcel" langsung teriak begitu ingat semua tentang Marcel.
"sudahlah ma, kamu tenang dulu. Marcel akan segera pulih. bagaimana kita fokus ke Marcel kalau kamu begini lemah" sambil membelai rambut istrinya.
"huk huk huk mengapa Marcel bisa mengalami ini pa, mengapa,"? mama Clara kembali histeris....
"sabar ma, itu semua sudah digariskan, kita tidak bisa melawan takdir"
"apa salah kita pa,? ucapnya pilu.
"ma, apa yang terjadi adalah musibah, belum tentu karena kesalahan kita, bisa jadi musibah ini membawa Marcel lebih baik ma." hiburnya supaya istrinya tidak histeris lagi ,padahal sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.
Kalau Marcel tidak bisa memberi keturunan, berarti siapa pewaris mereka? garis keturunan mereka hanya sampai Marcel.Padahal kekayaan mereka bisa menghidupi keturunan anak semata wayangnya tanpa bekerja.
'Mengapa harus anak saya Tuhan" batin papa Marcel.
"sudah jangan menangis lagi, ayo kita lihat Marcel" sambil memapah istrinya turun dari bed rumah sakit itu.
Begitu sampai diruangan icu itu, terlihat Leon masih setia menunggu bosnya.
"apa sudah ada perkembangan"? tanya ayah Marcel serius saat mereka sudah dekat.
"sudah tuan, tuan Marcel semua keadaanya sudah normal, tinggal menunggu sadar,"
"syukurlah"
lalu mereka duduk diruang tunggu didepan ruangan itu.
Setelah menunggu akhirnya ada kabar baik, beberapa perawat masuk keruangan itu. ternyata Marcel sudah sadar.
"sus, ada apa ya, apa kami sudah boleh masuk"? tanya mama Clara.
"maaf Bu, sebentar dulu. biarkan tim medis melakukan tugasnya" perawat itu langsung berlalu.
"papa"ibu Clara menjatuhkan kepalanya didada
suaminya.
"stttssssttttt sabar sayang" suaminya kembali menguatkan. Dalam suasana begini memang kita harus bisa berpikir tenang dan tepat supaya kita bisa menata hati dan pikiran dalam mengambil keputusan dan tindakan.
Tidak berapa lama tim dokter dan perawat keluar dari ruangan Marcel.
"Ridwan" panggil mama Clara
"iya nyonya"
"gimana Marcel"
"syukurlah dia sudah sadar nyonya, dan dia menanyakan asistennya Leon"
"saya dok" potong Leon spontan
"bapak bisa masuk dulu" perintah dokter Ridwan sesuai permintaan Marcel."tapi jangan terlalu banyak bicara, dia sekarang harus istirahat dulu. dia hanya butuh ditemani", lanjutnya.
"kenapa bukan saya Ridwan, saya mamanya" potong ibu Clara saat Leon hendak melangkah masuk ruangan Marcel.
Leon terdiam sejenak, apa yang dibilang ibu Clara ada benarnya. tapi mungkin saat ini Marcel mencarinya karena belum tahu keberadaan mamanya.
"ah nyonya, biar saya masuk sebentar, mungkin tuan belum tahu keberadaan nyonya besar disini" ucapnya sambil membungkuk dan berlalu dari hadapan mama Clara dan suaminya setelah melihat suami mama Clara mengangguk.
Lalu Leon melangkah masuk keruangan Marcel dan tidak berapa lama dia keluar lagi.
"silahkan nyonya masuk, sudah ditunggu tuan Marcel"
"Iyah Iyah" mama Clara langsung masuk diikuti oleh suaminya.
Melihat kondisi Marcel yang penuh dengan alat-alat medis, nyonya Clara tidak sanggup menahan Isak tangisnya lagi.
"Marcel" panggilnya tertahan karena dia sadar ini dirumah sakit. Mendengar suara yang sangat dia kenal perlahan Marcel membuka matanya, dan dari kelopak matanya telah menetes air mata tanpa bisa dia bendung.
"ma..ma.." panggilnya terbata-bata
"iya sayang, jangan banyak bicara dulu ya" mama Clara menangis sambil mengusap-usap kepala Marcel yang terpasang banyak alat-alat medis.
Marcel diam dan lalu beralih memandang papanya. kembali bening kristal itu jatuh tanpa bisa dia cegah. Dan papanya cukup tahu kalau sebenarnya Marcel ingin mengadu sama mereka berdua, mungkin beban yang dia bawa ingin dia bagi sama orang tuanya.
"cel, kamu jangan sedih, harus cepat sembuh ya" ucap papanya memberi semangat, padahal dia sendiri tidak tahu sekarang apa isi hatinya, kacau sekali."mama sama papa akan disini bersama kamu"
"makasih pa" ucapannya hampir tidak terdengar kalau tidak melihat pergerakan bibirnya.
tidak berapa lama Marcel memejamkan matanya lagi dan tidur. mungkin masih pengaruh dari semua obat-obatnya.
"ma, mumpung Marcel tidur, kita pulang dulu mandi, biar Leon yang disini"
"ngga pa, mama mau nungguin Marcel disini"
"ma, disini ada perawat dan dokter Ridwan, kamu juga perlu makan, jangan sampai malah kamu yang sakit" dia membimbing istrinya untuk keluar dari ruangan Marcel, takut mengganggu tidurnya Marcel.
"Leon, kamu masih bisa kan nungguin Marcel dulu, kami mandi bentar. nanti malam biar kami yang nungguin Marcel"
"ngga apa-apa tuan, saya yang jaga, tuan dan nyonya pasti masih cape, besok pagi aja balik kesini tuan"
"ngga Leon, nanti malam biar kami yang disini, kamu urus urusan perusahaan saja"
"baik tuan" sambil membungkukkan badannya.
"kalau begitu kami pulang naik taksi aja"
"pakai supir aja tuan, dari tadi malam satu supir rumah standby kok dirumah sakit ini"
"ya sudah, tolong hubungi, kami menunggu dilobby"
"baik tuan"
Akhirnya mereka pulang kerumah yang sudah lama mereka tinggalin. Dalam perjalanan pulang hanya ada kebisuan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Kadang masih terdengar Isak tangis mama Clara.
'Untuk apa mereka cape menumpuk harta kalau ternyata mereka tidak punya pewaris' batin Bu Clara.
'Ya,Tuhan kenapa hal ini terjadi pada keluarga kami, apa ada dari masa lalu kami yang kurang menyayangi anak-anak, sehingga Engkau tidak mempercayakan seorang cucu kepada kamu' gumam suami Bu Clara.
Akhirnya sampai dirumah mewah itupun mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
'*berarti rumah ini akan selalu sepi dari canda tawa anak-anak' batin Bu Clara
'untuk siapa semua ini aku persiapkan Tuhan' batin suaminya*
Lalu mereka berdua masuk kamar dan ingin istirahat sebentar. Tapi Bu Clara malah tidak bisa istirahat dengan tenang, setelah selesai mandi dia langsung ingin balik ke rumah sakit.
"ayolah ma, kita istirahat sebentar" bujuk suaminya
"ngga pa, saya tidak bisa tenang. Walaupun kita tidur dikasur yang empuk ini kalau hati kita tidak tenang sama aja pa" ucapnya sedih sambil meneteskan airmata lagi.
"sabar ya ma, kita jangan putus asa. sambil berdoa sambil berusaha"
"apa masih ada harapan pa"?
"masih ma, kita kan orang beriman, jadi jangan sampai putus asa"
"semua gara-gara Ingrid pa, dia sangat kurang ajar, gara-gara dia anak kita begitu" Bu Clara sangat geram..
"sabar ma, semua sudah terjadi, kita ambil hikmahnya aja"
"huk huk huk iya pa"
"ya sudah kamu bersiaplah, biar kita berangkat kerumah sakit"
"iya pa"
klo g mau lg msk ke hotel prodeo