Dari Modernitas Menjadi Pahlawan Kerajaan

Xiuying ditangkap dan diinterogasi. Dalam tangisnya, ia mengaku, “Aku hanya ingin keluargaku bebas dari pajak yang mencekik. Pangeran Keempat menjanjikan itu.”

Qianru hanya terdiam lama. Ia tak menampik—banyak rakyat menderita karena sistem lama.

“Kau berkhianat bukan karena kau jahat, tapi karena negara ini terlalu lama membiarkan orang-orang seperti kalian tertindas. Tapi pengkhianatan tetap pengkhianatan.” jawab Qianru

 Xiuying dipenjara, dan Qianru menatap peta besar Kekaisaran.

“Jika aku harus melawan bukan hanya musuh, tapi sistem… maka aku akan mulai dari sini.” ujar Qianru sembari menatap lurus

*

*

*

Setelah berhasil membongkar rencana pembunuhan dan pengkhianatan, Qianru menyadari bahwa kekuatan fisik dan politik saja tidak cukup.

Ia juga membutuhkan pasukan sendiri. Bukan pasukan resmi kekaisaran, tapi unit bayangan yang setia padanya, terlatih dalam seni bela diri, penyamaran, dan strategi gerilya.

Maka lahirlah Pasukan Bayangan Giok—unit rahasia yang hanya diketahui oleh Qianru, Cang Yue, dan Kaisar.

Pasukan ini direkrut dari para mantan penjaga istana yang dipecat secara tidak adil, budak-budak yang dibebaskan, serta beberapa pengemis yang punya bakat bela diri luar biasa. Mereka semua menjalani pelatihan di reruntuhan kuil tua di luar tembok kota.

Qianru sendiri yang memimpin pelatihan. Ia tidak hanya menyuruh, tapi ikut serta dalam latihan fisik, senjata, dan strategi.

“Aku tak butuh pasukan yang hanya bisa bertarung. Aku butuh mata-mata, pengintai, dan penyamar terbaik. Kalian adalah bayangan dari cahaya kebenaran yang kita perjuangkan,” ucap Qianru di depan mereka.

Cang Yue bertindak sebagai pelatih taktik. Sementara Liu Qingxuan mengajarkan cara mengenali dan meracik racun, serta obat-obatan darurat.

“Jika kalian tertangkap, jangan bicara. Jika kalian terluka, jangan bergantung pada siapa pun. Kalian harus bisa bertahan sendiri,” kata Cang Yue sambil membentak keras.

Qianru juga merekrut seorang guru bela diri dari Barat yang dikenal hanya sebagai "Maestro Zhen", seorang pria tua dengan tubuh mungil tapi gerakan secepat kilat. Ia mengajarkan teknik pertarungan tangan kosong dan cara menghindar dari serangan senjata.

Suatu malam, Maestro Zhen memanggil Qianru ke sudut kuil dan menunjukkan sebuah teknik rahasia.

“Teknik ini hanya diajarkan pada orang yang memiliki jiwa yang teguh. Namanya Hati Seribu Bayangan. Kau harus bisa memecah fokus musuh hanya dengan gerakan tubuh dan napas. Tapi ini bisa membahayakan jiwamu jika kau belum siap.”ujar Maestro Zhen

Qianru menatap sang maestro, lalu mengangguk. Ia ingin lebih dari siap.

Pelatihan berlangsung selama enam minggu. Para anggota Pasukan Bayangan Giok mulai menunjukkan kemajuan luar biasa. Dari 50 orang, 30 dinyatakan lulus dan siap menjalankan misi.

Misi Pertama

Misi pertama Pasukan Bayangan Giok adalah menyusup ke kediaman pribadi Pangeran Keempat, Bei Jingyuan, yang dicurigai menyimpan dokumen rahasia mengenai rencana pemberontakan besar.

Qianru memilih tiga orang, Lei Ming mantan algojo, Shan'er mantan pelayan istana, dan Qiao seorang pengemis bisu yang ahli panjat.

Mereka berhasil menyusup lewat saluran air dan menemukan dokumen yang membuktikan bahwa Pangeran Keempat tengah menjalin hubungan dengan bangsa utara yang dikenal barbar dan kejam. Tujuannya jelas kudeta.

Namun dalam pelarian, Lei Ming tertangkap,

Lei Ming disiksa untuk mengaku siapa dalangnya. Tapi ia tetap bungkam. Setelah dua hari, tubuhnya dilempar ke depan gerbang kota sebagai peringatan.

Qianru memerintahkan pemakaman layak dan mengukir namanya di batu peringatan rahasia di bawah kuil tua. Semua anggota pasukan bersumpah di depan batu itu.

“Untuk Lei Ming, kami akan menyelesaikan perjuangan ini.”

Kemarahan dan Keteguhan

Kaisar, yang mengetahui rencana kudeta lewat dokumen itu, memerintahkan penangkapan Pangeran Keempat. Namun, Pangeran sudah melarikan diri ke wilayah utara.

“Kita tak bisa mengejar dia sekarang. Tapi ia akan kembali… dan ketika itu terjadi, kita harus siap,” ucap Kaisar muram.

Qianru menawarkan rencana baru untuk mendirikan markas intelijen khusus di luar istana, dikelola diam-diam oleh Pasukan Bayangan Giok. Kaisar setuju.

Malam harinya seperti biasa Qianru berdiri di bawah bulan purnama di halaman kuil tua, mengenakan jubah hitam dan topeng perak simbol pasukan bayangannya. Di tangannya, ia menggenggam peta besar dengan tanda merah di titik perbatasan utara.

“Petarungan sebenarnya baru dimulai,” bisik Qianru

Dan dari balik kegelapan, puluhan pasukan bayangan bersujud di hadapannya.

“Zhen Fei… kami siap.” ujar semua pasukan bayangan

...----------------...

Malam itu, Qianru berjalan menuju Istana Qinghe, tempat kediaman Kaisar. Ia tidak datang sendiri. Di balik kerudungnya, ia menyembunyikan ramuan herbal dari Liu Qingxuan, serta sehelai kain sutra yang telah direndam dalam minyak pelacak khusus. Bersama pelayan kepercayaannya, Yu’er, ia membawa nampan teh obat sebagai dalih.

Penjaga istana hendak mencegahnya masuk, namun dengan tenang Qianru mengeluarkan sebuah tanda pengenal berukir lambang pribadi Kaisar—simbol yang hanya diberikan kepada mereka yang pernah menyelamatkan hidup Sang Kaisar. Setelah beberapa saat ragu, penjaga itu mempersilakan Qianru masuk.

Kamar Kaisar gelap dan berbau tajam. Tubuhnya terbaring lemah di ranjang, napasnya pendek dan kulitnya tampak menghitam di sekitar kuku. Qianru mendekat perlahan, meletakkan tangan di pergelangan nadi Kaisar.

“Ini bukan penyakit biasa,” gumamnya.

“Ini… racun lambat jenis zhenhui. Diberikan melalui makanan dalam dosis kecil. Gejalanya disamarkan agar terlihat seperti penyakit usia.” ujar Qianru

Yu’er memandangi semangkuk bubur yang baru saja disisihkan di meja samping ranjang. Qianru mengambil jarum peraknya, mencelupkannya ke dalam bubur. Seketika ujung jarum menghitam.

“Bubur ini,” desis Qianru.

 “Kaisar diracuni lewat makanan sehari-hari.” lanjut Qianru

Ia segera memberikan ramuan penetral racun buatan Liu Qingxuan dalam dosis kecil. Sambil menunggu efeknya bekerja, ia menyeka kening Kaisar, matanya bersinar penuh kemarahan.

Keesokan harinya, berita tentang keadaan Kaisar yang membaik sedikit demi sedikit menyebar di dalam istana.

Qianru kembali ke kediamannya, pura-pura lelah dan tidak tahu-menahu soal penyembuhan.

Namun Permaisuri mencium ada yang janggal. Ia memanggil kepala pelayan dapur untuk menginterogasi siapa saja yang terlibat dalam pengolahan makanan Kaisar. Sayangnya, pelayan dapur utama ditemukan gantung diri di pagi harinya—sebuah bukti bahwa dalang sebenarnya ingin menghapus jejak.

Di ruang pribadinya, Qianru membuka gulungan surat dari Cang Yue.

"Gudang musuh hancur. Suku Bei Yan mundur dua hari ke utara. Tapi kami melihat lambang merah di panji mereka—itu lambang klan Nyonya Permaisuri."

“Jadi mereka tak hanya meracuni Kaisar, tapi juga mendanai pemberontakan dari luar,” gumam Qianru.

“Ini bukan hanya perebutan kekuasaan. Ini pengkhianatan terhadap negeri.” Qianru sadar waktunya semakin sempit. Ia harus bertindak sebelum musim semi. Sebelum Bei Jingyuan dan pasukan gabungan datang dengan kekuatan penuh.

Bersambung