Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.
Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Kini semua karyawan sedang menikmati waktu istirahat mereka. Begitu pula dengan Alexia, Ia saat ini sedang makan siang bersama dengan suaminya di ruangan CEO. Tak lupa mereka mengajak Kevin untuk bergabung. Mereka hanya memesan makanan online.
"Ini tadi yang pesan makanan siapa?" Heran Kevin karena melihat banyaknya makanan yang tertata di atas meja. Ada nasi dan ayam krispi, pizza, donat, dan beberapa makanan ringan.
Kevin melirik Alex.
"Apa? Bukan aku, tuh Alexia yang pesan."
Alexia menatap Kevin. "Kenapa, Kak? Kak Kevin tidak mau ya makan makanan begini?" Alexia takut sudahlah mengajak makan bareng tapi, yang diajak tidak suka dengan makannya.
"Eh, tidak kok. Aku mau, nih aku ambil pizza aja." Kevin mengusap tengkuk lehernya dan merenges. Tidak enak dengan Alexia, Ia langsung mengambil satu potong pizza.
"Tidak makan nasi dulu, Kak? Tidak lapar kah?"
Kevin yang sudah siap melahap pizzanya, menurunkan tangannya kembali. "Haa? Iya juga. Ya sudah aku makan nasi sama ayam lalapannya dulu. Nanti baru makan yang lainnya."
Akhirnya Kevin meletakkan pizzanya dan mengambil kotak berisi nasi, ayam serta sambal dan lalapan.
"Dasar plin-plan." Ledek Alex.
"Bukan begitu, Lex. Tapi, aku kan menghargai Alexia. Ya gak, Lex?"
Alexia hanya tersenyum.
"Sayang, kamu jangan tersenyum begitu. Nanti, Kevin bisa ge-eran." Protes Alex.
"Dih, apaan sih, Lex." Kesal Kevin.
"Sudah-sudah. Lebih baik makan dulu. Ayo Mas, kamu harus makan yang banyak."
"Nah, iya tuh Lex. Makan yang banyak, biar tenagamu yang terkuras bisa terganti."
Bugh!
"Sia-lan kamu."
Alex melempar bantal sofa kearah Kevin tepat di wajah Kevin karena sudah menyinggung dirinya.
Kevin tertawa, rasanya Ia puas telah berhasil membalas Alex.
Sedang Alexia, wajahnya langsung merah merona karena malu.
"Sayang, jangan hiraukan dia. Lebih baik kita segera makan."
Alexia mengangguk. Alexia menyuapi Alex baru Ia menyuapkan nasi untuk dirinya.
"Hmm, kalau begini sih, aku merasa menjadi obat nyamuk. Terus saja pamer kemesraan di depanku."
"Makanya cari jodoh, Kak. Biar tidak menjadi bujang lapuk." Ledek Alexia.
"Bagaimana mau mencari jodoh kalau suami kamu ini selalu menyibukkan aku."
"Tidak perlu protes. Cepatlah makan makananmu kalau tidak mau aku jodohkan kamu dengan ulat bulu itu."
"Ogah." Kevin bergidik ngeri, Ia tidak bisa membayangkan jika dia harus hidup bersama wanita gatel seperti dia.
"Dari pada dijodohin sama dia, aku milih jomblo seumur hidup." Imbuhnya. Kevin dengan cepat langsung melahap makanannya.
"Bisa segitunya ya? Memangnya tadi Mas Alex dengan dia sudah sejauh mana, Kak?" Alexia penasaran dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Tiba-tiba Ia juga merasa cemburu.
Uhuk!
"Aduh, Mas. Ini minum dulu. Kenapa bisa sampai tersedak sih, Mas? Makannya pelan-pelan saja. Tidak ada yang mau merebut kok." Alexia dengan cepat memberikan air minum kepasa Alex.
Alex hanya nyengir. "Terima kasih, sayang. Maaf ya!"
"Lain kali hati-hati, Mas."
Alex mengangguk.
"Kak Kevin, jadi bagaimana?"
Kevin melirik Alex dan Alex memberikan tatapan tajam. Namun, Kevin malah tersenyum jahil.
"Tadi itu, Lex. Si ulet bulu sudah megang-megang pipi Alex. Bahkan mereka berdua sudah hampir berci-uman. Dan parahnya lagi,-"
Kevin kembali melirik Alex, namun bukan tatapan tajam lagi yang Ia dapatkan. Alex menatapnya dengan mata yang melotot.
Kevin langsung nyengir seperti tidak memiliki dosa.
"Lex, suamimu melotot tuh. Bagaimana bisa aku bercerita kalau begitu!"
"Mas."
"Eh iya, sayang." Alex langsung merubah ekspresinya menjadi semanis mungkin ketika ditatap oleh istrinya.
"Tidak, kok." Imbuhnya dengan senyum yang dipaksakan. Ia merutuki Kevin yang malah dengan sengaja membuka pintu masalah antara dirinya dan istrinya.
"Lanjut, Kak."
"Lanjut ya, Lex. Jadi, parahnya itu, si ulet bulu sudah membuka kancing bajunya dan pasti kamu tahu dong apa yang sudah terpampang jelas di depan mata Alex? Aku sendiri saja tidak kuasa melihatnya, Lex."
"Ck, drama banget." Gerutu Alex.
Sungguh, Alex benar-benar geram dengan Kevin. Bisa-bisanya dia menceritakan kejadian tadi dengan segamblang itu. Namun, apalah daya Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ada istrinya.
Alexia manggut-manggut. "Sepertinya aku harus memberi pelajaran kepadanya."
"Kamu benar, sayang. Kamu memang harus memberi pelajaran kepadanya." Alex setuju dengan istrinya.
"Mas Alex tenang saja. Bahkan Mas Alex juga akan mendapat gilirannya nanti. Tunggu saja."
Gleg!
Dengan susah payah Alex menelan salivanya. Padahal Ia kira istrinya hanya akan memberi pelajaran kepada Luna. Ternyata dirinya sendiri pun juga kena.
"Lalu dimana dia sekarang, Kak? Dia sudah membuatku sangat jengah. Berkali-kali membuatku geram. Bahkan gara-gara dia juga kan, aku sampai menjadi bahan gunjingan semua karyawan?"
Kevin mengangguk. "Dia masih di pos keamanan. Dan benar, dialah orang yang menyebarkan video yang sedang viral di Kantor."
"Apa?" Alex terkejut. Karena Ia sama sekali belum tahu jika Luna lah yang menyebarkan video antara dirinya dan istrinya di grup WeHa.
"Apa setelah ini aku ada jadwal, Kev?"
"Tidak. Hari ini free."
"Kalau begitu, lebih baik setelah ini kita langsung menemuinya."
Baik Alexia maupun Kevin langsung mengangguk. Mereka melanjutkan aktivitas mengisi perut. Apalagi Alexia butuh tenaga ekstra supaya nanti saat memberi pelajaran kepada Luna, tenaganya masih penuh.
Alexia memakan semua yang ada tanpa mempedulikan tatapan kedua pria yang sedang bersamanya. Alex dan Kevin sampai melongo dan geleng-geleng.
Setelah acara makan selesai dan dirasa makanan sudah benar-benar turun ke perut, mereka bertiga langsung turun.
Banyak pasang mata memperhatikan mereka, terlebih kepada Alexia.
"Eh, itu bukannya wanita yang di video tadi ya?"
"Mana? Ah iya, benar. Kok dia bisa sama Pak Alex dan Pak Kevin, ya?"
"Apa mungkin dia benar ada hubungan dengan Pak Alex ya?"
"Tapi, Pak Alex kan sudah menikah. Apa iya wanita itu seorang pelakor?"
"Mungkin dialah istri Pkak Alex. Kita jangan berburuk sangka terlebih dahulu."
"Bisa jadi. Tapi, dengar-dengar dia karyawan baru, baru 3 hari ini malah. Masak istri Pak Alex hanya seorang karyawan biasa!"
"Masak iya? Tapi, kok dia bisa langsung dekat dengan mereka berdua kalau bukan dia istrinya Pak Alex?"
"Ya palingan dia menggo-da, Pak Alex. Jadi, dia bisa dekat begitu."
Ada yang setuju, ada juga yang masih ragu. Namanya penilaian manusia pasti berbeda-beda. Rasa penasaran sering membuat kita menjadi buta dan tuli, seperti cinta.
Kini Alex, Alexia, dan Kevin sampai di pos keamanan. Mereka langsung masuk ke dalam.
Luna melihat Alex datang langsung beranjak dari tempat duduknya, Ia melangkah dengan cepat dan bersujud dihadapannya. Ia memohon agar memaafkan dirinya yang telah khilaf.
Alexia menarik Alex agar tidak tersentuh oleh Luna.
"Heh, ja-lang. Apa yang kamu lakukan hah?" Luna mendongak dan berteriak kepada Alexia.
"Memangnya apa yang aku lakukan? Dan apa tadi, kamu memanggilku apa?"
"Kamu, ja-lang. Kenapa? Benar kan?" Luna beranjak dan berdiri. "Awas minggir, kamu menghalangiku untuk meminta maaf kepada Pak Alex!"
Plak!
Alexia menampar Luna dengan keras. Dadanya sudah naik turun. Sejak awal dirinya sudah gatal ingin memberi pelajaran kepada Luna.
'Auhh. Pasti sakit tuh!' Batin Kevin, Ia merasa linu melihat betapa kerasnya tamparan yang dilayangkan oleh Alexia.
"Kamu, kamu berani menamparku?" Luna memegangi pipinya yang terasa panas dan kebas. Matanya yang sudah bengkak kini berair kembali.
Alexia melipat kedua tangannya di depan dada. Bahkan Ia kini mengangkat wajahnya. "Kenapa tidak?"
"Kamu bukan siapa-siapa, jangan kurang-ajar kamu. Kalau bukan karena kamu sudah menggo-da, Pak Alex. Tidak mungkin kamu bisa seberani ini, iya kan? Pak Alex, ini masalah kita berdua, Pak. Tolong usir wanita ini dari sini. Saya begitu terganggu olehnya."
Alih-alih menjawab, Alex sama sekali tidak berani membuka suara. Ia takut salah bicara dan membuat Alexia semakin murka. Alhasil dirinya dan Kevin hanya diam seperti patung. Mereka berdua lebih asik menonton.
Alexia yang emosinya semakin meluap langsung mencengkeram wajah Luna.
"Heh, jaga mulut kotormu ini. Dari awal aku sudah bersabar tapi, semakin hari ada saja yang kamu perbuat." Alexia melepas cengkramannya.
"Apa kamu sudah tahu, kalau Pak Alex sudah menikah?"
"Me-menikah?"
"Ya, menikah. Dan apa kamu tahu siapa istrinya?" Alexia menatap Luna yang nampak berpikir. "Aku, akulah istrinya. Yang kamu sebut dengan ja-lang inilah istrinya."
"Tidak, tidak mungkin." Mata Luna membola, Ia melangkah mundur dan membekap mulutnya. Berkali-kali Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Arghh, kamu pasti berbohong." Luna melangkah maju hendak menyerang Alexia.
Plak! Plak!
Dengan cepat Alexia melayangkan tangannya memberi tamparan keras kepada Luna.
"Jangan sekali-kali kamu berani menyentuhku." Alexia langsung meraih tangan Luna dan mencengkeramnya dengan kuat, membuat Luna meringis. "Dengan tangan ini kan kamu menyentuh suamiku? Kalau aku ingin, aku bisa saja mematahkan tangan kotormu ini."
Nyali Luna langsung menciut, apalagi melihat tatapan tajam Alexia yang seakan ingin melahap dan mengko-yaknya.
Alexia beralih menatap baju Luna. "Dan dengan percaya dirinya kamu memperlihatkan pepaya gantungmu ini kepada suamiku, hah? Kamu kira kamu bisa menggodanya dengan ini? Kalau bukan karena kamu mencampurkan obat per-ang-sang ke dalam minuman suamiku, dia tidak akan mau kamu dekati, dasar mu-rahan." Alexia menunjuk-nunjuk da-da Luna. Membuat Luna semakin mundur.
"Jangan kira aku ini wanita lemah. Untuk membu-nuh-mu saja aku tidak akan segan-segan. Paham!"
Kaki Luna gemetaran. "Ma-maaf! Ampuni saya."
"Lex, sepertinya istrimu lebih menyeramkan dibanding dirimu. Lihat saja, si ulet bulu sampai tidak berkutik." Bisik Kevin.
"Biarkan saja. Justru aku senang jika dia seperti itu." Alex melengkungkan bibirnya. Menurutnya istrinya semakin sek-si disaat sedang marah.
Alexia tersenyum. Lalu Ia merapikan pakaian Luna. "Beruntung, aku masih memiliki hati nurani. Kamu menjadi selamat."
Alexia membalikkan badan dan mengubah ekspresinya menjadi manja.
"Mas, aku mau wanita ini dipecat, aku juga mau nama dia diblacklist."
"Tidak, tolong jangan." Tangis Luna kembali pecah.
"Aku tidak peduli denganmu. Dasar ja-lang." Alexia membalikkan hinaan tersebut kepada Luna. Lalu Alexia melangkah dan menggandeng Alex agar keluar dari ruangan tersebut.
"Urus dia. Setelah itu minta semua karyawan untuk berkumpul di Aula." Ucap Alex sebelum benar-benar pergi kepada Kevin.
Kevin menghela nafas. "Aku lagi." Lalu Ia menatap Luna. "Ini semua gara-gara kamu, merepotkan saja." Gerutunya menyalahkan Luna.
Kevin langsung merogoh saku jasnya dan menghubungi seseorang. Setelah itu Ia meninggalkan Luna yang masih terisak.