NovelToon NovelToon
The Love Story Of Pram And Kailla

The Love Story Of Pram And Kailla

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Cintamanis / CEO / Tamat
Popularitas:8.8M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.

- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )

Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.

- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.

Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pram & Kailla 8

“Ayo, Ma. Tanpa anak-anak, belanja itu akan lebih indah.” Kailla memeluk erat lengan mertuanya dengan senyum secerah hari menyambut mentari pagi. Ia bisa tenang meninggalkan anak-anaknya, di saat ada Pram menjaga keduanya. Mood berbelanjanya mencuat kembali saat Pram bersedia menjaga kembar kesayangannya.

Kailla bukanlah tipe keibuan, tetapi ia sangat menyayangi anak-anaknya. Bahkan dibalik sikap asal dan seenaknya, ia sangat menjaga bayi kembarnya. Ia tidak akan mau meninggalkan keduanya tanpa pengawasan dari Pram atau mama mertuanya. Itu yang selama ini tidak diketahui Pram atau Ibu Citra. Ia besar tanpa belaian kedua orang tuanya, tentu saja ia tidak akan membiarkan anak-anaknya mengalami apa yang dirasakannya. Bahkan ia terpaksa kuliah, demi menuruti semua permintaan Pram.

“Mama bisa memilih dengan teliti sekarang,” ucap Kailla lagi bergelayut di lengan sang mama mertua.

“Bantu Mama pilihkan tas, Kai. Kamu paling pintar dalam hal ini. Mama heran kenapa tidak kuliah mengambil jurusan ini saja. Kamu memiliki bakat di sini.” Perempuan yang usianya sudah menginjak kepala tujuh itu tergelak.

“Ya, Ma. Mama tenang saja. Aku ahlinya. Aku tidak akan membiarkan Mama menenteng tas kw di usia senjamu, Ma.” Kailla tertawa lebar yang dibalas pukulan kencang di lengan oleh sang mama mertua.

Berganti Ibu Citra yang memeluk lengan Kailla dengan mesra. Keduanya memang memiliki sifat dan hobi yang sama. Terkadang kalau berbicara sering mengeluarkan kata-kata menyakitkan, tetapi baik Kailla maupun Ibu Citra tidak memasukkannya ke dalam hati. Kailla paham, Ibu Citra sangat menyayanginya dibalik kata-kata yang terkadang menyakitkan.

Bagi Kailla, Ibu Citra adalah pengganti mamanya bukan sekedar mama mertuanya. Dengan begitu, ia bisa menerima kata-kata pedas Ibu Citra dengan lapang dada dan tetap menganggap perempuan tua itu mamanya meskipun tidak jarang ia mengumpat di belakang.

Begitu juga Ibu Citra, ia mulai belajar memahami menantunya yang tidak sama dengan menantu pada umumnya, belajar menerima apa yang dicintai putranya meskipun masih terselip kekhawatiran. Ia tidak ingin rumah tangga Pram yang sedang dilanda kebahagiaan dengan cucu-cucu kembarnya itu berantakan karena orang ketiga.

***

Candra membulat sempurna di batas laut dan cakrawala malam. Tampak Pram berdiri di balkon kamarnya, memeluk kedua tangan di dada sembari menikmati terpaan angin musim panas yang mengiringi gelombang air laut membentur dinding pembatas. Nyanyian banyu dan bayu bagai musik pengantar tidur, Pram menguap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan kembali bergelung di tempat tidur empuknya.

Pria matang itu sedang kalut sendiri. Tujuh purnama dilewatinya dengan kehampaan yang semakin hari semakin menjadi. Ada yang berubah di dalam hidupnya, dan ia tidak siap dengan itu. Kehadiran kembar membuatnya merasa jauh dari Kailla dan lebih parahnya tersaingi.

Bukannya tidak mencintai anak-anaknya, tetapi saat ada yang datang, kenapa harus ada yang ikut angkat kaki dari hidupnya. Apakah ikatannya dengan Kailla terlalu kuat selama 25 tahun ini, sehingga hatinya tidak memberi ruang untuk yang lain.

Derap langkah kaki berjalan di lantai berlapis kayu. Tak lama, muncul sosok cantik bak bidadari dengan tubuh setengah polos berdiri di hadapannya. Tentu saja dengan kerling mata menggoda, khas Kailla Riadi Dirgantara Pratama.

Senyumnya sama seperti biasa, meskipun netra itu terlihat sedikit lelah. Pram melempar pandangannya ke arah jendela.

“Sayang ....” sapa Kailla saat matanya menatap sosok tampan duduk kaku di sisi tempat tidur.

“Kenapa, LA?” Pram sengaja menekan di ujung kalimatnya.

“Kamu cemburu?” tanya Kailla masih bisa tersenyum.

“Tidak!” Sebuah bantal melayang. Tepat membentur tubuh seksi yang hanya tertutup gaun transparan merah. Lekuk tubuh itu terekspos sempurna.

Kailla tergelak, memungut bantal tidur yang dilempar Pram padanya.

“Sayang ....” panggil Kailla berlari mendekat sembari memeluk bantal.

“Kamu marah?” tanya Kailla meraih kedua tangan Pram dan menggenggamnya erat.

“Tidak. Anak-anak sudah tidur?” Pram bertanya tanpa menatap lawan bicaranya.

“Sudah.” Kailla memainkan kedua tangan Pram dengan manjanya. Menggerakkannya ke kiri dan ke kanan.

“Kamu marah padaku, Sayang?” tanya Kailla lagi. Sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya. Ditelitinya wajah sang suami. Pipi itu mulai turun, garis di sudut mata pun mulai bertambah.

“Tidak.” Pram bersuara sembari menarik Kailla untuk duduk di pangkuannya. Dipeluknya erat pinggang ramping Kailla yang sudah kembali ke ukuran semula.

“Aku tidak suka dia memanggilmu Lala,” lanjut Pram, berterus terang.

“Semua juga memanggilku begitu di kampus,” jelas Kailla, tersenyum sembari melingkarkan kedua tangannya di leher Pram. Kecupan manis mendarat di pipi pria tampan itu.

“Benar begitu?” tanya Pram memastikan.

“Hmm.” Kailla mengangguk.

“Aku tidak suka. Terdengar manis dibandingkan panggilanku selama ini,” protes Pram

“Kailla ... L dan A jadi LA!” tegas Kailla. “Itu memang namaku, kan? Diambil dua huruf di belakang.” Kailla menjelaskan.

“Namamu itu ... Kailla Riadi Dirgantara Pratama!” tegas Pram.

“Jadi aku harus dipanggil Pram juga karena kita sama-sama memiliki nama Pratama?” tanya Kailla tergelak.

“Ah ... kamu sudah pintar menjawab sekarang.” Pram memeluk erat pinggang Kailla dan menggulingkannya ke tempat tidur. Gaun transparan itu pun ikut tersingkap di beberapa sisi.

“Aaahhhhh!” Kailla memekik kaget saat Pram tiba-tiba menjatuhkannya di atas ranjang.

“Jangan berisik, suaramu membangunkan si kembar!” bisik Pram setelah membungkam Kailla dengan ciuman.

“Mmm,” gumam Kailla sembari tersenyum. Jemari lentiknya sedang merapikan gaun tidur yang sudah tidak di posisinya.

Berbaring telentang, menatap bola mata hitam yang sekarang menguncinya. “Apa yang ingin kamu ketahui?” tanya Kailla dengan suara lembut. Pandangannya tidak beralih sedikit pun dari wajah tampan Pram.

“Katakan padaku, siapa dia? Bagaimana kamu mengenalnya?” tanya Pram. Tubuh kekar pria itu sedang berada di atas, mengunci istrinya. Mengurung Kailla dengan kedua tangannya.

“Aku tidak mengenalnya terlalu dekat, Sayang.” Jemari lentik Kailla sedang mengukir di lekuk wajah Pram. Menggoreskan beberapa keriput di sudut mata sang pria dengan ujung telunjuk.

“Aku tidak tahu siapa dia, aku tidak mengenal dekat. Dia tampan, menawan, rupawan dan kata orang-orang memiliki hubungan dengan pemilik kampus. Dia adalah idola para gadis di kampus, Sayang.” Kailla melingkarkan kedua tangan di leher suaminya.

“Dan kamu juga mengidolakannya?” cerocos Pram.

“Aku tadi mengatakan para gadis, Sayang. Aku sudah tidak termasuk di dalamnya, aku sudah memiliki dua jagoan, bukan gadis lagi.”

Kecupan mendarat di bibir Kailla. Pram menghadiahkan istrinya sebuah kecupan singkat. “Lalu?” tanya Pram lagi sembari menatap lekat bola mata Kailla untuk mencari kejujuran.

“Tidak ada yang aku ketahui lagi tentang Pak Adrian, selain dia tampan. Aku bahkan tidak tahu statusnya ... menikah ... bertunangan, atau duda.” Kailla tergelak.

“Lalu?” tanya Pram. Jemari pria itu tampak mengusap rambut panjang Kailla yang berantakan.

“Aku tidak pernah berbohong padamu selama ini, kan?” Kailla bertanya.

Pram mengangguk.

“Kalau aku menyukai seseorang, aku akan mengatakan aku suka meskipun akan menyakitimu.”

Pandangan keduanya beradu, sorot mata Pram meredup. Ia merasa seperti anak kecil sekarang. Banyak perubahan di dirinya seiring waktu berjalan. Umur semakin tua, kepercayaan dirinya perlahan terkikis. Apalagi saat ini Kailla sedang berada di umur emasnya. Kailla di umur 25 tahun seperti mawar yang sedang mekar dan siap menerima serangan kumbang dari segala arah.

“Dia bukan tipeku.” Kailla berbisik pelan.

“Benarkah?” tanya Pram, membenamkan wajahnya di ceruk leher Kailla.

“Mmm.” Kailla bergumam. Tangannya mengusap rambut hitam Pram yang sedang menindih dan memeluknya erat.

“Aku menyesal mengirimmu kuliah lagi,” ucap Pram di sela kecupan basah di leher istrinya.

“Jangan keras-keras, nanti memerah, Sayang,” protes Kailla, memukul pundak yang sedang menimpa tubuhnya,

“Biarkan saja. Saat ada yang melihat tanda kemerahan di lehermu, mereka akan mundur teratur.”

“Jangan gila, Sayang. Itu memalukan.” Kembali terdengar protes dari bibir mungil merah muda itu.

“Aku akan mengantarmu ke kampus, besok.” Pram berkata pelan sembari menikmati aroma istrinya.

“Mmm.” Kailla bergumam.

“Siap tinggal landas? Aku ingin kamu yang menerbangkan pesawat malam ini, Sayang,” ungkap Pram lagi menunggu jawaban.

Belum sempat Kailla menjawab, terdengar rengekan pelan dari kamar sebelah. Dan beberapa detik kemudian menjadi tangisan kencang tak beraturan sekaligus bersahut-sahutan seperti paduan suara.

“Kentley sedang rewel beberapa hari ini, Sayang.” Kailla mendorong kasar tubuh Pram yang sedang menindihnya. Ibu muda itu meloncat turun dan menemui anak-anaknya tanpa memedulikan Pram.

“Sayang ....” Pram tergelak.

“Nanti, Sayang. Catat saja hutangku! Aku akan membayarnya dengan membawamu terbang ke bulan.” Kailla berlari menuju kamar anak-anaknya.

***

Tbc

1
Fitri ahmad
kok gak ada aq klik judulnya
Fitri ahmad
buset dahhh.. kuluarga upin ipin
Ayu Galih
Baguus banget karya2 mu kak dr awal 1,2 & 3 aqu ikutin cuma sayaaangnya aqu gk bisa lihat season ke 4 nya sefih bangeet ..😌
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
kalea rizuky
kaila kek bocah ua pernah selingkuh sih maklum suaminya tua jd liat yg muda kek. maruk/Smug/ jd inget dia pas selingkuh ma koko ditya ampe ciuman bibir menjijikan
kalea rizuky
Q baca lagi di taun 2025
Tifanny Lette
ceritanya real mana mba
Tifanny Lette
ceritanya real mana
Tifanny Lette
mba tau judul ceritanya panji dan ellena kah
Abiy Dewa
Luar biasa
Mak sulis
ternyata Keysa mendonorkan darah untuk Kailla..
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set
Mak sulis
semoga ini jadi pelajaran dan pendewasaan buat Kailla
Mak sulis
hadduh kok Kailla juga diculik tapi gak papa sih..bisa ketemu anaknya.. tapi ngomong2 Sam kemana.. bakalan dirujak Pram ini
Mak sulis
Kailla jangan gegabah buat bergerak sendiri..dari pada tambah runyam
Mak sulis
Kailla dilarang menampakkan diri di hadapan Pram, ehhhslah nyusul ke kantor
Mak sulis
masih juga dikandungan sudah onty main jodoh2in aja
Mak sulis
warung sudah dibuka hidangan siap disantap ehhh gagal gara2 TLP interupsi
Mak sulis
Pram salah perhitungan..dg minta bantuan mama berharap bisa ngasih solusi malah dimarahi
Mak sulis
penasaran apa rencana Pram untuk membalas perlakuan Kai yg memancing dg memakai lingerie tapi harus jaga
Mak sulis
Sam semangaaaat!!!💪🏼💪🏼💪🏼 kerjaanmu double2😁
Mak sulis
lega..akhirnya Pram tau kalo Kailla hamil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!