“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”
Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.
Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Dunia Baru di Mata Alkemis Jiwa
Langkah pertama Li Yao meninggalkan gua terasa seperti langkah seorang bayi yang baru belajar berjalan, langkahnya terasa ringan namun penuh makna. Tapi tidak seperti sebelumnya, dunia di sekelilingnya seperti berbeda.
Udara terasa berbicara. Bukan dalam bentuk suara tetapi seperti bisikan yang langsung menyentuh kesadarannya. Setiap helai rumput, setiap tetesan embun, dan bahkan bayangan pohon yang diam membisu, semuanya berdenyut dalam irama yang hanya bisa ia rasakan di dalam kesadarannya.
"Tumbuhan itu…," gumamnya, tatapannya tajam melihat semak berduri di sisi kiri jalur berbatu.
"Di bawah cahaya biasa itu tampak seperti rumput liar. Tapi aura yang dipancarkannya sangat rapuh seperti luka yang belum sembuh. Ini... ‘Daun Hati Menangis.’ tanaman ini bisa digunakan untuk menenangkan jiwa yang rusak, tapi bila di olah dengan cara yang salah, justru menimbulkan mimpi buruk selama tujuh hari tujuh malam..."
Li Yao kemudian memejamkan matanya, suara kecil kembali terdengar di balik gendang telinganya. Dengungan itu sangat lembut, tetapi seperti lonceng halus yang berdengung tanpa henti. Apa yang disebutkan dalam kitab kini terasa nyata.
Ia melangkah lebih dalam ke hutan yang sebelumnya ia pernah lewati. Kini, ia merasa seperti sedang berjalan di antara para roh.
"Kau terluka,?" bisiknya lirih pada batang pohon yang penuh luka sayatan. Meski tidak ada suara balasan ia bisa merasakan gelombang emosi samar, luka masa lalu dari para penebang dan racun dari makhluk spiritual yang pernah bertarung di sini.
Li Yao menelusuri lebih jauh. Setiap langkahnya kini dipandu oleh kekuatan yang tak kasatmata yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang telah memahami Roh Tanpa Bentuk. Ia mulai mengerti, teknik Deteksi Jiwa dan Aura dari pemahaman Roh Tanpa Bentuk ini bukan hanya melihat, tapi mendengar, merasakan, bahkan menyentuh makna tersembunyi dari dunia.
Di sisi kanan jalan yang ia lewati, ia melihat sebuah batu berlendir dengan tumbuhan kecil tumbuh di atasnya, 'Rambut Dewa Tanah'. Di masa lalu, ia tak akan pernah tahu ini adalah bahan langka yang hanya bisa dipanen saat bulan purnama ketika roh tanah sedang tidur.
Ia tersenyum tipis.
“Kalau aku punya teknik ini di tambang dulu, mungkin aku tidak akan menderita selama itu.”
Bayangan masa lalu kembali muncul di pikirannya, cambuk, luka, dan jeritan di kegelapan tambang Sekte Langit Beracun. Tapi kini, Li Yao tidak lagi merasa seperti korban. Kini, semua rasa sakit itu hanyalah bahan dasar untuk kekuatan sejatinya.
Tiba tiba suara lain terdengar di kesadarannya.
“Alkemis sejati bukan hanya meracik dengan tangan, tapi dapat menyaring dunia dengan jiwa.”
Li Yao kemudian menggenggam liontin di lehernya, tempat dimana Kitab Alkimia Surgawi kini bersemayam.
Sementara di luar langit sudah menunjukan warna keemasan. Pertanda bahwa hari sudah mulai sore dan Li Yao sudah berada di ambang pintu keluar.
Li Yao sebelum meninggalkan gunung hitam ini, ia mencoba berlutut di samping sebatang pohon mati. kemudian menempelkan tangannya dan membisikkan satu kata dalam hatinya.
"Terima kasih."
Seketika, aura lembut seperti embun menyentuh jiwanya dari dalam tanah. Seolah olah pohon itu meskipun mati masih mengucapkan salam perpisahan terakhir.
Li Yao akhirnya berdiri.
"Aku akan menyuling semua luka ini menjadi kekuatan. Tidak hanya untukku… tapi untuk membalaskan semua penderitaan yang kuterima.."
Matanya menatap jauh ke arah utara, dimana tempat Sekte Langit Beracun berada.
Li Yao akhirnya keluar dari gunung hitam, dan langit pun sudah mulai memerah ketika Li Yao menuruni jalur berbatu di lereng Gunung Hitam. Angin malam berembus lembut dengan aroma harum rumput liar dan bunga pegunungan. Setelah dua hari penuh berada di dalam kedalaman gua dan dunia ilusi kitab Alkimia Surgawi, semuanya terasa sedikit aneh dihadapan Li Yao.
Li Yao mengangkat kepalanya menatap langit dengan dahi mengerut.
"Sudah berapa hari aku berada di dalam gunung hitam? Apakah sudah tiga hari atau lebih?"
Wajahnya sedikit pucat, bukan karena kelelahan fisik melainkan karena guncangan jiwa dari efek samping teknik Roh Tanpa Bentuk. Denyutan yang samar masih berdenyut di pelipisnya, dan dengungan tipis di telinganya belum sepenuhnya mereda. Namun kini, setiap langkahnya terasa lebih ringan. Dunia di sekitarnya seperti berbicara pelan-pelan ke dalam jiwanya.
Daun-daun di semak-semak pinggir jalan tampak lebih hidup. Ia bisa merasakan kehadiran tanaman racun kelas rendah yang tersembunyi di balik semak berduri. Ada pula tanaman obat yang bercahaya lembut seperti percikan api.
"Benar benar luar biasa, Aku bisa merasakan semuanya, tidak hanya melihat, tapi juga mendengar kehadiran mereka," gumamnya dengan tatapan terpaku pada sebuah bunga berwarna ungu kelam yang hampir tak terlihat oleh mata biasa.
Kemampuan ini bukan hanya teknik untuk bertahan hidup, melainkan panduan untuk berjalan di antara bahaya dan berkah dunia kultivasi. Namun ia tahu, jika ia terlalu lama mendalami kekuatan ini tanpa menstabilkan jiwanya, ia bisa kehilangan batas antara kenyataan dan dunia roh.
Langkahnya semakin cepat, Ia harus segera kembali ke Desa Shuijing. Bukan hanya karena tubuhnya butuh istirahat, tapi karena ada janji yang belum ia tepati, janji kepada Yue Xian.
Satu hari telah berlalu setelah perjalanan Li Yao kembali ke desa Shuijing dari hutan gunung hitam. Di balik pepohonan besar tempat Li Yao berdiri sekarang, desa Shuijing mulai terlihat dari kejauhan, cahaya lentera di pintu-pintu rumah mulai menyala satu per satu.
Li Yao tiba di tepi desa dengan napas tertahan. Memandangi desa yang tenang dan damai.
Namun di tengah ketenangan itu, sekelebat bayangan samar melintas di ujung jalan, lalu menghilang di balik tikungan. Naluri Li Yao bereaksi cepat dan jiwanya mendeteksi fluktuasi aura yang aneh, tidak seperti manusia biasa.
"Siapa disana?"
Ia menyipitkan matanya mencoba mengaktifkan pemahaman dari Teknik 'Roh Tanpa Bentuk'. Ada jejak aura yang lemah, tetapi terasa asing. Seolah olah bukan berasal dari tempat ini. Apakah itu hanya sisa roh? Ataukah seseorang sedang mengintainya?
Saat Li Yao mencoba mengejarnya, bayangan itu sudah hilang begitu saja.
"Apa tadi itu...?" gumamnya dengan alis berkerut dan penuh dengan rasa kewaspadaan
Setelah melihat sekeliling tidak menemukan apa pun, ia akhirnya menghela napas dan berbalik. Langkahnya kembali diarahkan menuju penginapan dengan hati yang masih dipenuhi pertanyaan. Suasana desa Shuijing mulai tenang, hanya suara jangkrik malam yang terdengar di kejauhan.
Setibanya di penginapan, Li Yao melihat suasana disana sangat sepi. Pandangannya menyapu seisi ruangan, namun ia tidak melihat Lan Ci di sana.
"Ke mana Lan Ci?" bisiknya pelan.
Tanpa ingin membuang waktu, Li Yao melangkah ke kamarnya. Ia tidak langsung tidur untuk beristirahat. Sebaliknya, ia duduk bersila di atas ranjang kayu menarik napas dalam dan menutup matanya.
Halaman pertama Kitab Alkimia Surgawi — Roh Tanpa Bentuk.
Ia berusaha mengingat kembali setiap kata yang tercetak di halaman itu, memahami makna mendalam dari teknik Deteksi Jiwa & Aura. Perlahan, ia memusatkan pikirannya membiarkan suara dunia meresap ke dalam kesadarannya.