 
                            Hubungan yang di kira akan langgeng dan bisa bertahan lama, namun ternyata malah muncul ganguan yang sangat sadis, terutama untuk Lea karena dia setiap saat melihat arwah seorang wanita.
Dean juga semakin misterius, padahal Lea mengira sudah sangat mengenal sifat sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Halusinasi Lea
Malam hari Lea terbangun dan ingin buang air kecil sehingga dia turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membuang air yang terasa sesak di dalam perut, ini adalah malam pertama untuk dia tinggal di rumah ini dan kata Dean mereka akan tinggal di sini setelah menikah nanti dan hidup bahagia bersama.
Sebagai seorang wanita dan merasa memang begitu di cintai oleh sang kekasih maka tentu Lea menjadi sangat bahagia dan dia juga ingin pamer pada orang tua serta orang yang ada di kampung, bahwa dirinya telah memiliki seorang kekasih yang kaya raya dan juga bisa mencintai dia sepenuh hati.
Orang kampung memang banyak yang mengatakan bahwa Lea adalah gadis yang tidak benar dan suka berfoya-foya walau pun orang tua terdiri dari kalangan bawah, tapi yang namanya mulut orang kampung memang kadang tidak bisa di turuti karena mereka suka sekali mencela siapa saja yang menurutnya tidak bagus sikap serta perilaku nya.
"Dean ke mana ya kok tidak kelihatan dia?" Lea bergumam sembari menuju.
Dean memang sama sekali tidak terlihat sehingga Lea merasa mungkin saja kekasihnya sedang keluar untuk melihat tetangga yang ada di sebelah rumah walau jaraknya lumayan jauh, tapi rasanya tidak mungkin juga karena sekarang sudah malam sehingga tidak ada orang yang keluar dari rumah.
Namun Lea memilih untuk tidak mencari saja karena dia punya urusan sendiri yang sudah sangat mendesak dan ingin segera di keluarkan, namun ketika baru saja berjongkok untuk membuang apa yang sedang mendesak ini malah mendadak saja mati lampu sehingga kamar mandi terasa begitu gelap dan juga suram.
"Ah kenapa kok pakai mati lampu segala lah!" Lea cepat membasuh diri agar bisa keluar dari dalam kamar mandi.
Air yang menyiram tubuh justru terasa begitu hangat seolah tidak seperti biasa, tapi Lia tidak peduli juga karena dia tidak bisa melihat apa ini airnya sedang bermasalah atau tidak akibat kamar mandi terasa begitu gelap setelah tadi mati lampu.
Tak, Tak, Tak.
"Dean! Kamu dari mana malam begini?" Lea agak berteriak karena mengira itu adalah kekasihnya.
Hening, sama sekali tidak ada jawaban dari suara orang yang sedang berjalan tadi. Lea pun segera memakai celana dan keluar dari dalam kamar mandi untuk melihat apakah itu memang Dean atau orang lain, tapi rumah ini hanya mereka berdua yang menunggu sehingga tidak mungkin ada orang lain di rumah tersebut.
"Tadi seperti ada suara orang sedang berjalan, tapi kenapa sekarang sudah tidak ada lagi siapa pun di sini." Lea menatap kanan kiri untuk memastikan.
Wuuusssh.
Gadis ini cepat menoleh karena dari sebelah ada hembusan angin dan membuat tubuh terasa begitu dingin, saat dia menoleh sudah tidak ada apa-apa di sana tapi hati Lea mendadak tidak tenang karena dia merasa seperti ada orang lain di rumah ini yang tidak terlihat wujud nya.
"Dean kamu di mana? Dean!" Lea terus berteriak untuk mencari pemuda tersebut.
"Hiks, Hiks."
"Siapa di sana?" Lea kembali berteriak karena mendengar suara orang yang sedang menangis.
Langkah kaki Lea semakin mendekat untuk memastikan siapa yang sedang menangis di ruangan sebelah, tunggu dia sangat penasaran karena matanya mulai melihat seperti ada orang yang sedang berdiri di dekat pintu itu, siapa orang tersebut dan kenapa dia bisa masuk rumah ini karena setahu Lea hanya mereka berdua yang tinggal di sini.
Ceklek.
"Kenapa pintu ini tidak bisa di buka?" Lea kaget karena ternyata pintu tersebut di kunci.
"Hiks, Hiks." suara menangis tetap terdengar dari dalam.
"Kamu siapa?" Lea menempelkan telinga pada daun pintu.
Karena penasaran dengan orang yang ada di dalam kamar ini, maka Lea pun nekat mengintip dari jendela yang terlihat begitu gelap karena ruangan dalam pasti tidak di nyalakan lampunya. perlahan walau agak gemetar tapi tetap saja dia mendekat dan menempelkan kedua mata, agar bisa melihat bagian dalam.
"PERGI!"
"Aaaaaaghk!" Lea berteriak keras karena dari dalam malah muncul seraut wajah yang begitu mengerikan.
"Sayang, kamu kenapa?!" Dean muncul dan dia sangat kaget melihat Lea yang sedang ketakutan.
"Di...di dalam ada hantu yang barusan muncul!" Lea menunjuk pada jendela kamar.
"Kamu pasti mimpi buruk lagi sehingga berjalan sampai ke sini." Dean segera menggendong sang kekasih agar tidak semakin ketakutan.
"Dean, dengarkan aku dulu karena ini bukan mimpi." Lea bersikeras karena dia memang merasa ini semua bukan lah mimpi.
"Sayang, tolong jangan semakin larut dengan halusinasi yang sekarang tambah parah di dalam diri kamu." Dean mengajak Lea duduk di sofa.
Lea sendiri kebingungan karena dia sama sekali masih tidak tahu apakah tadi memang hanya halusinasi atau memang itu adalah penglihatan yang telah dia miliki sejak lama, lebih tepatnya dua bulan yang lalu dan dia mulai merasakan gejala gangguan dari makhluk halus yang tidak pernah dia rasakan sebelum nya.
Lalu sekarang pindah ke rumah ini pun masih saja merasakan gejala gangguan dari makhluk halus, obat pemberian dari dokter pun sudah habis beberapa botol namun tetap saja Lea merasa ada yang mengganggu dan mereka kadang muncul dengan berbagai macam wajah yang mengerikan.
"Aku harus bagaimana lagi untuk mengobati rasa takut kamu ini, bahkan sekarang kita juga sudah pindah rumah." Dean memegang tangan kekasih nya.
"Tapi rasanya tadi bukan halusinasi karena terasa begitu nyata di depan mata." Lea merasa bahwa tadi memang sangat nyata.
"Masalah nya itu sekarang adalah soal keyakinan kamu, padahal sudah minum obat tapi kamu bukannya berangsur sembuh tapi justru semakin percaya bahwa itu semua adalah hal yang nyata." keluh Dean.
Lea tertunduk karena dia juga masih ragu dengan apa yang sudah dia lihat tadi, apakah memang benar hanya halusinasi dan selama ini banyak tekanan pekerjaan yang dia rasakan sehingga membuat pikiran menjadi semakin tidak karuan dan muncul beberapa imajinasi liar yang membuat Lea seolah menciptakan monster tersendiri.
"Aku sengaja membeli rumah di sini agar kamu bisa sedikit tenang dan rileks." Dean berkata dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan aku, aku janji tidak akan semakin larut dalam halusinasi ini." Lea juga merasa tidak enak karena Dean sudah berusaha sebisa mungkin untuk membuat dia senang.
"Tidak apa apa, nanti akan membaik." Dean mengusap kepala Lea.
Rasa bersyukur sangat besar di dalam hati Lea bisa mendapatkan pria sebaik ini, walau sudah berbagai macam halangan yang mereka hadapi untuk meneruskan hubungan yang sebelumnya bisa di katakan begitu terlarang.
Selamat siang besti, jangan lupa like dan komen nya.
oh mba Purnama ikut mengejar Julia ya...
semoga mba Purnama ga memusnakan Julia ya...
tpi hrus stop gk bleh dlnjutkn pa lg smpai mrush rumh tngg
yg kna bntingn pasti bengek