Nisa. gadis yang tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang bernama Aslan. dan keduanya dalam kondisi terpuruk.
Nisa yang mendapati kenyataan, kalau kekasih hatinya lebih memilih perempuan lain merasa sangat terpukul, padahal hari itu Mereka sudah berjanji akan pergi mendaftarkan pernikahan mereka.
dan ketika melihat laki-laki yang didorong keluar dan sampai terjatuh itu, dan kejadian yang tepat di depan matanya membuatnya langsung berpikir dan bertindak. Nisa langsung mengajaknya menikah, walaupun dia tahu kalau laki-laki itu adalah orang asing.
lalu bagaimana kelanjutan mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. mematikan nada dering handphone
Setelah semuanya dibicarakan dengan baik, karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 malam, dan kini sudah waktunya untuk tidur. keduanya berbaring di tempat yang sama dengan posisi telentang menghadap ke arah langit-langit kamar.
"mas.. aku sudah cukup lelah tinggal di kota. aku sudah 2 tahun ini tidak pulang kampung. Aku ingin pulang, dan tidak akan kembali lagi ke sini." Aslan yang mendengar itu menangkap kalau ada kesedihan yang tersembunyi di sana.
"kamu sangat rindu kampung halaman dek..? kalau begitu, Kita habiskan saja tahun ini, kebetulan hanya 4 bulan lagi, tahun ini akan berakhir. sambil, kita mengumpulkan uang sedikit demi sedikit." ucapnya. mendengar itu, nisa menganggukkan kepalanya.
dia tentu sudah rindu kampung halamannya, dan rindu keluarganya. setahun yang lalu, ayah dan ibunya sakit bergantian. dan kakak perempuannya begitu sibuk tak ada yang membantu. Nisa sendiri hanya bisa membantu dana yang tidak seberapa sebagai bekal makanan mereka. tapi untung saja, kedua orang tuanya bisa sembuh dan sudah sehat seperti sedia kala. namun dia masih belum bertemu dengan mereka, dan ingin sekali rasanya ia memeluk mereka.
"terima kasih untuk pengertian Mas ya.. Maaf ya Mas. mungkin hidup di desa akan jauh lebih sulit ketimbang hidup di kota."
"apapun itu dek.. kesulitan apapun bisa dilalui kalau kita mau menjalaninya. sudah kamu tidak usah sedih lagi.. sebaiknya kamu Langsung istirahat. mas juga sudah mengantuk.." ujarnya. lagi-lagi hari ini tak ada aktivitas panas yang mereka lakukan. karena memang, mereka masih belajar untuk saling mengenal satu sama lain.
keduanya pun langsung terlelap dan langsung menyelami mimpi masing-masing.
******
sementara di posisi Adam, dia yang baru saja pulang jalan bersama dengan Rini langsung mengeluarkan handphonenya. dia berniat untuk menghubungi Nisa. tadi siang, Adam sudah mengatakan kepada Nisa untuk menunggu dirinya. karena dia ingin menjelaskan sesuatu, tapi Nisa yang sudah tidak ingin ada hubungan apapun dengan Adam tidak mengindahkannya dan langsung pulang tanpa menunggu kedatangannya.
ketika waktu menunjukkan pukul 11.00 malam, handphone Nisa tiba-tiba berdering. sementara Aslan yang memang memiliki sifat waspada langsung terbangun. kemudian langsung menoleh ke arah handphone istrinya yang masih terlihat standar itu.
Aslan mengambil handphone itu dengan sedikit waspada, takut kalau istrinya akan terbangun.
"Adam..? siapa Adam..? Apa mungkin, dia adalah laki-laki yang membuat Nisa memutuskan menikah denganku..?" gumamnya dengan suara yang pelan. dia tidak mengangkat panggilan telepon itu dan juga tidak mengotak-atik handphone istrinya.
ketika panggilan itu mati, Aslan kembali meletakkan handphone itu. tapi sayang, Tak butuh waktu sedetik pun panggilan itu kembali datang. dan entah mengapa, Aslan menjadi kesal sendiri.
"kamu berisik sekali! lihat aja, setelah ini kamu tidak akan bisa berdering lagi." dengan cepat Aslan mematikan volume dan nada dering. Sehingga, panggilan itu tidak akan menggangu mereka.
"mampus..!! Dasar! Jangan ganggu istri ku lagi.!" ucapnya dengan suara pelan, dan memaki ke arah hendpon sang istri.
baru setelah itu Aslan pun meletakkan handphone itu dan kemudian kembali merebahkan tubuhnya. dia pun langsung kembali terlelap.
sementara di posisi Adam. dia berkali-kali melakukan panggilan di nomor yang sama, tapi sayang panggilan itu tak pernah disambut sama sekali. bahkan terhitung sudah hampir mencapai 50 kali panggilan, tapi tetap saja panggilannya tidak direspon.
"nisa benar-benar semarah itu sama aku!! sampai mengangkat panggilan teleponku saja dia tidak sudi. dulu dia tidak seperti ini, semalam apapun aku menghubunginya, dia pasti akan mengangkat panggilan teleponku." dia mengepalkan tangannya dan menggenggam erat handphonenya itu.
"ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. aku tidak mau kehilangan Nisa. nanti diam-diam di belakang aku masih bisa berhubungan dengannya. jujur saja, aku memang merasa sangat bersalah kepadanya karena sudah menghianatinya." gumamnya lagi sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening itu.
dia kembali memandangi handphonenya, dan berharap ada pesan masuk seperti biasanya ketika Nisa kelupaan mengangkat panggilan telepon itu. namun nyatanya, Tak ada satupun notifikasi di sana. hal itu semakin membuatnya menjadi uring-uringan.
"huf!!" namun sesaat kemudian, hp-nya tiba-tiba berdering. Dia pun buru-buru melihat handphonenya, takutnya itu adalah panggilan dari Nisa. dia sudah excited dan sudah sangat bersemangat sekali, namun ketika melihat nama yang tertera di sana, seketika excitednya itu pun langsung berubah menjadi murung.
karena ternyata bukan Nisa yang menghubungi dirinya, melainkan kekasih hatinya dan sekaligus calon istrinya Rini.
"ah!! mau ngomong apa lagi sih..!!" serunya dengan sedikit keberatan di dalam hati. lihat hati ingin mendapatkan panggilan telepon dari sang kekasih, nyatanya panggilan itu datangnya dari perempuan lain, yang statusnya jauh lebih tinggi daripada Nisa.
namun walaupun merasa dongkol dan kesal, Adam tetap mengangkat panggilan telepon itu.
"halo.."
"halo sayang.. Kamu sudah sampai rumah..? kok nggak ngabarin aku sih ?" ucap Rini dalam panggilan telepon itu. Adam langsung memutar bola matanya dan menarik nafas berat. jujur, hasratnya untuk mengobrol dengan Rini hilang begitu saja ketika ia memikirkan Nisa.
"maaf.. aku kelupaan.. tadi, ketika sampai rumah aku langsung masuk kamar mandi." ucapnya itu yang tentu saja beralasan.
Rini yang mendengar suara tidak bersemangat dari sang pujaan membuatnya mengerutkan keningnya.
"kenapa sayang..? kok suara kamu lemes gitu kayak nggak bersemangat.?" tanya Rini dengan penuh perhatian. Adam yang menyadari tingkahnya seperti itu langsung segera menormalkan ekspresinya. walaupun mereka berdua tidak saling menatap.
"oh enggak kok.. mungkin mataku yang sudah mulai mengantuk jadi tidak bersemangat ngomongnya." ujarnya lagi.
"oh begitu.. ya udah. kamu Langsung istirahat aja. besok jangan lupa jemput aku ya.. ingat loh, Jangan sampai telat."
"iya iya.. Ya udah ya.."
"ya sayang.. selamat malam, selamat bobo, dan selamat mimpi indah. Jangan lupa mimpiin aku ya.." ucap Rini dengan lebaynya. Adam menahan rasa di dalam hatinya dan tetap memaksakan senyum di bibirnya.
"Iya sayang.. kamu juga selamat bobo ya.. dah.." saat itu juga Adam langsung mematikan panggilan telepon itu dengan segera, jujur saja dia merasa muak sekarang. entah kenapa ini baru terasa.
dulu saat dirinya memepet dan ingin mendekati Rini, dia tidak pernah merasakan perasaan muak seperti ini. apa ini ada hubungannya dengan sikap Nisa yang berubah kepadanya.
kemarin dia memang bersalah kepada Nisa, telah mengingkari janji akan menikahi gadis itu di saat itu juga. namun saat itu dia malah bertunangan dengan perempuan lain. dan mungkin, Adam tidak menyadarinya dan tidak tahu kalau Nisa melihat semua itu. Karena itulah, sampai sekarang dia masih berharap Nisa mau bersama dengan dirinya.