Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbawa Mimpi
"Ah, sial," umpat seorang anak muda yang saat itu tengah terlelap di kamarnya.
Anak muda itu tiba-tiba terbangun ketika dia merasakan sesuatu. Dengan terpaksa mata anak muda itu terbuka dan dia mengecek sesuatu yang membuatnya terbangun.
"Ah, beneran mimpi basah," ucapnya setelah meraba celana kolor yang dia kenakan. Pria itu pun dengan terpaksa bangkit dari tidurnya dan kembali memeriksa celana kolor yang di pakai beserta isi kolornya.
"Keluar banyak banget lagi," gumamnya.
Anak muda itu lantas melepas celana kolor dan melemparkannya ke keranjang yang biasa digunakan untuk menampung pakaian kotor. Pria itu pun membiarkan miliknya terbuka agar cairan yang baru saja keluar cepat mengering.
"Jam berapa ini?" gumamnya sambil meraih ponsel yang sedang terpasang pengisi daya. "Hampir jam tujuh? Ternyata udah siang." anak muda itu memilih kembali berbaring tanpa menutupi tubuhnya dengan sehelai benang pun.
"Kok bisa-bisanya aku mimpi begituan sama dua cewek sih?" gumam anak muda yang biasa dipanggil Surya. "Tapi wajahnya kaya nggak asing, kira-kira siapa ya?" gumamnya sambil mencoba mengingat-ingat.
Seketika itu juga Surya kembali teringat obrolannya dengan wanita bernama Fiza.
"Pasti aku mimpi basah gara-gara semalam nih," ucap dia lagi. "Gila-gila! Kenapa Mbak Fiza berani terus terang kaya gitu? Kok bisa-bisanya suka ketiakku, aneh," Surya pun kembali mencium bau ketiaknya yang semakin menyengat.
Anak muda itu merenung dan memikirkan segala hal termasuk mimpi yang baru saja membuatnya terbangun dan tak bisa tidur lagi.
"Ah iya, pagi ini akan aku akan melakukan pembuktian," Surya langsung bangkit kala teringat akan niatnya semalam. "Baiklah, kita buktikan, apa benar ketiakku bisa menarik perhatian wanita."
Dengan semangat, Surya langsung berdiri, meraih handuk untuk menutupi tubuhnya dan menenteng keranjang berisi pakain kotor untuk di masukan ke dalam mesin cuci. Kemudian dia bersih-bersih sejenak dan mengenakan celana kolor serta kaos berikut sepatu olahraga.
"Kamu pakai motor siapa, Sur?" tanya Emak yang baru saja masuk ke dalam rumah dan dia melihat anaknya sedang mengenakan sepatu.
"Motor teman, Mak," jawab Surya bohong. "Semalam motorku kehabisan bensin jadi aku tinggal motorku di rumah teman."
"Oh..." cuma itu yang dikatakan ibunya lalu dia melangkah ke arah dapur.
"Mak, nanti kalau mas Rusdi datang, aku lagi di lapangan gitu ya?" Surya pun menitip pesan sebelum berangkat olahraga.
"Emang pekerjaan kemarin belum selesai?" tanya Emak sambil membawa piring untuk diletakan di warung miliknya.
"Sudah sih, kan hari ini nikahannya," jawab Surya. "Cuma, biasanya Mas Rusdi nyuruh aku buat mengawasi tempat acara, kali aja ada yang perlu diperbaiki. Soalnya aku ke lapangan nggak bawa ponsel. Takutnya dia menghubungi aku."
Emak pun hanya mengangguk samar. Begitu Emak keluar rumah, Surya langsung berangkat menggunakan motor milik Fiza, menuju ke lapangan. Jarak lapangan dari rumahnya lumayan jauh jadi terpaksa dia berangkat menggunakan motor.
Berhubung sekarang hari minggu, Surya tahu kalau di lapangan pasti bakalan ramai orang-orang pada berolahraga. Bukan hanya berolahraga, ada juga yang datang ke lapangan untuk sekedar tebar pesona dengan kedok berolah raga.
Terutama para remaja yang sedang mengalami masa puber. Surya kadang dibuat heran sendiri dengan tingkah mereka yang terkesan aneh.
Begitu sampai di lapangan dan memarkirkan motornya, Surya segera bersiap dengan melakukan pemanasan. Matanya mengedar ke segala penjuru, berharap ada sosok yang dia kenal untuk dijadikan teman.
Senyum Surya terkembang ketika matanya menangkap dua sosok yang dia kenal sedang berlari mengelilingi lapangan bersama. Surya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan dia segera bersiap untuk menyusul dua termanya yang semalam bermain futsal bersama.
"Loh, Surya," dua temannya nampak kaget begitu Surya menghampiri mereka. "Tumben kamu jam segini udah di lapangan?"
Surya pun langsung cengengesan. "Emang kenapa? Masalah buat kalian?" Ucap Surya dengan berlari kecil.
"Ya kaget aja," jawab salah satu teman Surya. "Kamu kan biasanya agak siang kalau pengin lari-lari, itu aja jarang banget."
Senyum Surya kembali melebar. "Yah, mumpung bisa bangun pagi, ap salahnya sih, memanfaatkan keaadan. Mumpung lagi nggak ada kerjaan, daripada bengong di rumah mending ke lapangan."
Dua temannya pun hanya tersenyum samar dan mereka memilih fokus untuk terus berlari. Karena jika dibarengi dengan berbincang, tenaga mereka akan terasa lebih cepat terkuras habis. Jadi mereka lebih memilih fokus untuk lari hingga beberapa putaran.
"Kamu lagi nggak ada job dekor apa, Sur?" tanya salah satu teman, beberapa menit kemudian setelah mereka memutuskan untuk beristirahat.
Ketiga anak muda itu pun dengan cueknya melapas kaos yang mereka pakai meski mereka tahu banyak orang di sana.
Tapi faktanya mereka tidak sendiri. Banyak pria yang melakukan hal yang sama, bagi pria yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan sifat cuek.
Apa lagi pria yang memiliki badan atletis kesempatan itu digunakan para pria untuk pamer keindahan tubuh atletis mereka.
"Baru selesai kemarin." jawab Surya. "Minggu depan ada satu lagi."
"Wuih, keren," puji temannya. "Kamu banyak duit dong."
"Lumayan lah," jawab Surya. "Yang penting ada pemasukan."
"Benar," sahut temannya yang mengenakan sepatu warna biru. "Daripada nganggur, cuma diremehkan doang."
Surya pun tersenyum dan dia sependapat dengan pemikiran temannya itu. Ketiga pria itu pun terlibat perbincangan ringan.
"Heh, coba deh kalian diam-diam lihat sebelah sana," tunjuk salah satu teman Surya tiba-tiba. Surya dan teman yang mengenakan sepatu warna biru pun langsung menoleh. "Cewek yang memakai baju merah muda, dari tadi lihatin kita terus loh."
"Hah! Yang benar?" tanya teman bersepatu biru dan dia kembali menoleh. "Loh, bukankah itu kakaknya Naura."
"Hah! Kakaknya Naura?" tanya Surya. "Naura yang mana?" Surya pun turut memperhatikan wanita yang dimaksud secara diam-diam.
"Naura anaknya Pak Somat, yang nikah karena hamil duluan dua minggu lalu," balas teman bersepatu biru. "Katanya kakaknya tuh sekarang janda."
"Hah! Serius, Gus," tanya teman Surya yang satunya lagi.
"Aku dengar sih begitu, katanya suaminya ketahuan nginep di rumah janda oleh rt setempat."
"Gila!" Surya dan temannya cukup kaget mendengarnya. "Padahal cantik banget loh, kok bisa-bisanya suaminya selingkuh."
"Wajah cantik ngak menjamin suami bakalan setia," ujar Surya. "Buktinya, sekarang banyak janda yang cantik-cantik."
"Hahaha... iya juga."
Seketika ketiga anak muda itu malah membahas janda yang merka kenal dengan segala kisah yang mereka ketahui.
Di saat obrolan lagi seru-serunya, tiga anak muda itu dibuat terkejut kala tiba-tiba ada seseorang yang menyapa mereka.
"Hallo, Mas-mas, kita boleh gabung di sini nggak?" pinta sosok itu membuat tiga anak muda langsung terdiam dan terkaget-kaget.