"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Indah
CEKLEK
Sore itu Deril pulang membawa obat dan juga vitamin kehamilan untuk istrinya. Saat masuk ke dalam kamar, Deril cukup tercengang melihat Anna yang dibalut baju tidur satin yang sangat tipis. Bahkan pakaian dalam Anna jelas terlihat oleh suaminya.
Bohong kalau hasrat Deril tidak membara. Tiba-tiba hawa di kamar itu sangat panas sekali. Ia menenggak salivanya sendiri dan menetralkan jantungnya. Anna menoleh dan menatap heran suaminya.
"Kamu kenapa ? Mana vitaminnya ?" Tanya Anna.
Deril dengan cepat menggelengkan kepalanya dan tersadar. "Ini obat penguat kandungan, dan ini vitaminnya. Di minum dulu yah." Ucap Deril lembut.
Anna menerimanya, ia meminumnya di depan suaminya. "Terima kasih." Ucapnya.
"Sama sama."
Ketika Anna ingin menyimpan gelasnya di meja, Deril dengan gentle mendekatinya. Satu tangannya mengambil gelas dari tangan Anna dan menyimpannya di meja. Satunya lagi memeluk pinggang ramping Anna.
DEG
Tiba tiba tubuh Anna menegang, seakan tak bisa di gerakkan. Ia tidak menolak, tapi juga menerimanya. Mungkin karena mereka sudah pernah melakukannya jadi Anna merasa biasa saja walaupun di hatinya ia sangat gugup.
"Anna..."
"Hmm ..."
"Apa boleh aku mencium mu ?" Tanya Deril dengan hati hati.
Anna belum menjawab. Ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Deril. Anna bukan wanita yang munafik, ia juga menikmati sentuhan suaminya kala itu. Kali ini terasa berbeda, karena dirinya sudah resmi menikah dengan pria yang menyentuhnya pertama kali.
Kaki Anna berjinjit dan mengalungkan kedua tangannya ke leher suaminya. Merasa di beri lampu hijau oleh Anna, dengan berani Deril memiringkan kepalanya dan mencium lembut bibir mungil Anna.
Anna menutup matanya, ia ingin merasakan lagi kehangatan yang suaminya berikan dulu sebelum menikahinya. Anna mengikuti alur permainan suaminya ini. Suara decakan dan pagutan itu menggema di kamar ini.
Keduanya saling memagut dan menyesap. Tangan Deril menjalar liar ke tubuh Anna. Ia perlahan membawa istrinya ke kasur tanpa melepaskan pagutannya. Deril sudah menindih istrinya.
"Apa aku boleh menyentuh mu, sayang? Aku ingin, tapi aku takut menyakitimu dan anak kita." Ucap Deril dengan tatapan memohon.
Anna tahu jika hasrat suaminya ini sudah di ujung tanduk. Mungkin dengan cara ini bisa menjadi penyembuh luka batinnya. Anna mengangguk pelan, meskipun belum ada cinta dari keduanya. Namun baik Anna maupun Deril akan sama sama belajar mencintai.
"Terima kasih sayang." Jawab Deril. Ia mulai melancarkan aksinya untuk yang kedua kalinya. Tangan Deril mulai melepas pakaian istrinya pelan pelan, begitupun dirinya yang juga melakukannya.
Di mulai dari ciuman yang menggoda hingga menuju aset milik Anna. Tangan Deril mampu menggoyahkan pertahanan istrinya di bawah sana. Anna menggeliatkan tubuhnya bagai cacing kepanasan.
Suara lenguhan, rintihan dan desahan lolos dari bibir Anna. Kedua tangannya memegang bahu suaminya sambil menutup matanya. "Ahh... Pelan pelan... Aku_ahh mau keluar..." Ucap Anna dengan sayu.
Anna bergetar hebat hingga kakinya menukik. Deril terus menciumnya agar istrinya ini relax. Kini giliran dokter berparas tampan ini memasukkan juniornya ke dalam inti istrinya.
Kepala Anna mengadah ke atas, ia memejamkan matanya merasakan sensasi yang luar biasa. Deril terus mencium lembut bibir istrinya, kedua tangannya bertumpu di kasur. Sedangkan Anna memeluk bahu suaminya.
Serangan fajar di sore nan indah itu telah di rasakan oleh Anna dan Deril. "Terima kasih, sayang. Eum enggak apa-apa kan aku panggil sayang?" Tanya Deril.
Tangan Deril mengusap-ngusap lengan polos istrinya tanpa sehelai benang. Kepala Anna mendongak menatap lekat mata suaminya.
"Hmm boleh... Aku panggil kamu apa ?"
Bak anak abg yang baru pacaran, Anna pun bertanya kembali pada suaminya. Senyum Deril sangat manis sekali melebihi gula. "Terserah kamu sayang. Asal jangan panggil aku om aja, yaa meskipun usia aku diatas kakak pertama kamu." Celetuk Deril.
Anna terperangah mendengarnya. "Sama kayak kak Erlando gitu?" Tanyanya heran.
"Eum sepertinya, tapi mungkin dibawah kakak iparmu sedikit." Jawab Deril nampak berpikir sejenak.
Di atas kasur Deril berusaha lebih mendekatkan diri dengan Anna. Ia ingin mengenal lebih dalam soal istrinya ini. Sepertinya Anna juga mulai merasa nyaman, dirinya masih betah di pelukan suaminya tanpa busana di tubuhnya hanya selimut yang menutupi dirinya dan suaminya.
Anna meringsek ke dada polos suaminya, meskipun belum ada cinta di antara keduanya, tapi ia tidak menampik jika saat ini ada kenyamanan dan kehangatan yang ia dapat dari suaminya. Tangan Deril semakin erat mendekap istrinya ia mengecup kepala mungil sang istri.
-
-
-
Pengantin baru ini ikut makan malam bersama keluarga. Saudara dan kerabat dari keluarga Anna sudah pulang. Tinggalah orang tuanya yang ada dirumah.
Namun saat di meja makan Anna tiba tiba bingung harus melakukan apa. "Alasin sayang suami kamu." Ucap mamih Aleesya.
"Enggak apa-apa tan_eh mih maaf hehehe. Saya aja yang ambil." Jawab Deril gugup, ternyata berhadapan dengan mertuanya lebih menakutkan daripada harus bertemu para pasiennya yang sangat random.
Papih Alarich melirik setiap gerak gerik menantu barunya ini. "Ayo makan. Anna, belajar sama mamih cara melayani suami." Ucap papih Alarich dengan suara beratnya.
"Ii-iya pih... Maaf.." Lirih Anna.
Anna mengalaskan makanan ke piring untuk suaminya. Ia juga menuangkan air putih. "Makasih ya sa_Anna." Deril masih terlalu canggung memanggil sebutan sayang pada Anna di depan mertuanya ini.
Mamih Aleesya dan papih Alarich mengulum senyumnya. "Jangan canggung gitu nak Deril, kita ini orang tua kamu juga semoga kamu betah yah di sini." Tutur mamih Aleesya.
"Hehehe iya mih makasih ya mih."
Keempatnya makan malam dengan tenang. Sesekali papih Alarich membahas pekerjaan bersama menantu barunya ini. Deril juga sepertinya mulai terbiasa mengobrol dan rasa takutnya perlahan hilang.
Seusai makan malam, pengantin baru ini tidak langsung ke kamar. Deril mengajak istrinya keluar berjalan jalan. "Kita mau kemana?" tanya Anna.
"Kita nonton atau kemana gitu." Jawab Deril lembut.
Anna mengangguk pelan dan tersenyum teduh. Tangan Deril tiba tiba menautkan jarinya ke tangan istrinya. Anna cukup tersentak, meskipun mereka sudah melakukan hubungan suami istri tetap saja hal ini membuatnya berdegup kencang.
Mobil mereka sampai juga di lobby mall. Deril memakaikan jaketnya pada tubuh istrinya menggenggam tangan Anna. Keduanya berjalan berdampingan. Sesekali tangan Deril menyentuh perut istrinya.
"Kamu ngidam apa?"
"Ngidam? Enggak tahu belum mau apa-apa. Waktu tahu aku hamil aja, dunia ku berasa runtuh." Lirih Anna dengan pandangannya yang lurus.
"Anak itu tidak salah, yang salah aku. Anak itu pembawa rezeki dan keberkahan hidup. Disini yang harus di salahkan adalah aku. Jangan bicara seperti tadi, nanti anak kita sedih mendengarnya." Ucap Deril penuh penekanan tanpa menoleh pada istrinya.
Suara berat Deril membuat Anna sedikit menciut. Ia mengangguk dan menuruti perkataan suaminya. Keduanya sampai di gedung bioskop. Mereka benar benar menikmati waktunya malam yang indah ini.
Selesai dari sana, Deril memutar setir mobilnya menuju apartment mewah miliknya. "Kok kita kesini ?" Tanya Anna heran.
"Aku pengen berduaan sama kamu. Boleh kan ?"
"Bo-boleh... Yank hehe." Jawab Anna gelagapan.
CUP