Berlian Yang Tersisih

"Van.......aku....." Metha diam tak melanjutkan ucapannya, dia sungguh bingung harus menjawab apa, dia menyayangi Evan, nyaman saat bersamanya, bahkan Evanlah yang menguatkannya saat terpuruk, dia bahkan sering merindukan Evan saat pria itu tengah ke luar kota untuk urusan pekerjaan, apakah ini bisa disebut cinta? Entahlah Metha sendiri tak tahu, hanya saja untuk menikah dengan Evan tak pernah terlintas dibenak Metha.

"Met..." panggil tante Airin, mamanya Evan, dia berjalan ke arah Metha dan memegang tangan wanita itu diiringi dengan senyum hangat

"kamu ragu?" tanyanya lembut, dan Metha reflek mengangguk, tante Airin hanya tersenyum, "kenapa? Apa kamu merasa tidak pantas dengan Evan? Karena kamu janda?" Metha kembali mengangguk, "dengarkan tante Met, jodoh, rejeki dan maut, semua sudah diatur oleh Allah, dan kita sebagai umat-Nya hanya bisa menjalani takdir yang sudah Dia gariskan, semua orang sama di mata-Nya, tidak ada perbedaan, meskipun status kamu seorang janda, tapi kamu wanita baik, mungkin dengan kamu mengalami kepahitan hidupmu kemarin, Allah telah menyiapkan kehidupan yang jauh lebih baik untukmu, disetiap peristiwa pasti akan ada hikmahnya, jangan menganggap kamu tidak pantas untuk berdampingan dengan Evan, kamu pantas karena kamu wanita hebat dan kuat, asal kamu tahu saja, Evan sudah menyukai kamu sejak kalian SMP, hanya saja dia tak mau merusak persahabatan kalian, dia bahkan menangis berjam jam ketika kamu mau menikah dengan Ryan, sampai akhirnya kabur ke luar kota demi tak melihatmu menikah dengan pria lain" tante Airin terkekeh,

"ma, kenapa mama malah buka aibku?" ucap Evan cemberut

Aku hanya tersenyum dan tak percaya dengan apa yang baru aku dengar, jadi Evan menyukaiku sejak SMP, pantas saja ketika aku jadian dengan Ryan, Evan sering terlihat sedih dan murung, bahkan dia jarang menemui aku, ternyata dia patah hati.

"nak, setiap orang punya masa lalu, baik yang menyakitkan maupun yang menyenangkan, tapi jangan lupakan jika setiap orang juga punya masa depan, penjahat sekalipun punya kesempatan untuk kehidupan kedua, apalagi kamu, kamu berhak dan pantas untuk meraih kebahagianmu, jadi jangan merasa bahwa kamu wanita rendah, karena benar seperti kata tente, kamu wanita kuat dan hebat" sambung om Danu, papa Evan

Aku semakin terharu, orang tua Evan bahkan mau menerima wanita seperti aku, menerima kekuranganku, bahkan mau merangkulku untuk masuk dalam keluarga mereka, apakah aku berhak menyakiti mereka yang begitu baik padaku?

" bagaimana Met, kamu mau menjadi istriku dan ibu dari anak anakku nanti?" ucapan Evan menyadarkan aku, dan anak?... aku kembali takut, bahkan setelah 2 tahun menikah, aku tak kunjung hamil, aku takut aku benar benar mandul, sementara Evan dan keluarganya butuh keturunan untuk meneruskan bisnis mereka, aku menghela nafas, kulihat ayah hanya diam, tapi sorot matanya menyiratkan sebuah harapan, apakah ayah akan bahagia jika aku dan Evan menikah, bahkan dulu ayah sempat ragu saat aku mengatakan akan menikah dengan Ryan. Mungkin ayah sudah memiliki felling tak baik kala itu.

"nak, sudah cukup kamu hidup menderita selama ini, maafkan ayah yang tak bisa melindungimu bahkan untuk sekedar tahu bahwa kamu tersakiti, sekarang ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, jawablah pertanyaan Evan dan tanyakan pada hatimu apa yang kamu rasakan, kamu berhak bahagia nak, dan apapun keputusanmu, kamu harus tetap tersenyum dan babagia" aku menangis dipelukan ayah, dialah satu satunya keluarga yang aku punya sekarang, dan aku ingin melihat ayah bahagia dimasa tuanya. Apakah dengan menikah dengan Evan adalah hal yang paling tepat, kulihat orang tua Evan juga tengah menanti jawabanku, dengan mengucap bismillah, aku berjalan ke arah Evan yang masih berdiri dengan kotak cincin yang dia pegang

"Van, aku mau menerima lamaranmu tapi dengan satu syarat....."

*****

Cukup ya kakak kakak, semoga suka bab ini, jangan pelit like dan komen, kalau berkenan juga vote, ma'atih