Majikan Kejam Itu, Suamiku!

...💮💮💮...

Sepanjang malam. Sejak pertengkaran dirinya dan Anna siang tadi. Andreas merasa sangat gelisah.

Bahkan matanya sangat sulit dia pejamkan. Padahal hari sudah menunjuk jam satu malam. Namun, Andreas masih saja memikirkan ucapan Anna yang ingin menggugat cerai ketika anak mereka lahir. Hal itu itu membuat Andreas merasa sangat marah, gelisah, khawatir dan cemas yang beradu menjadi satu. Hingga dirinya terjaga dan tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang.

Andreas yang sejak tadi hanya tiduran di atas kasur dengan gelisah pun seketika bangun dengan kesal, "Hah. Apa yang aku pikirkan. Kenapa aku merasa sangat gelisah atas ucapan Anna. Biarkan saja dia pergi. Bukankah bagus?" Gerutu Andreas dengan wajah yang masih sangat kesal.

"Berani sekali dia berkata seperti itu kepadaku dan membuatku tidak bisa tidur sekarang. Hanya aku, dan hanya aku yang boleh berkata seperti itu dan bukan dia" gerutu Andreas lagi.

Kembali Andreas terdiam di dalam kamarnya, berharap kantuknya akan segera datang. Namun, matanya masih saja tidak mau bekerjasama. Pikiranya seolah telah di sihir dan penuh bayangan Anna di dalamnya. Apalagi setelah kejadian malam itu ketika dirinya tidur bersama Anna, Andreas merasa hatinya telah di kunci dan lebih memperhatikan Anna. Dia tidak rela jika Anna berada di pelukan laki-laki lain.

Andreas yang frustasi pun menggaruk kepalanya dengan asal dan kasar saking pusingnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku. Kenapa Anna, Anna, dan selalu Anna. Ada apa dengan kepalaku?" Andreas mendecah kesal. Pikiranya seakan tidak bisa dikendalikan. Seolah itu terjadi begitu saja bersamaan dengan perasaannya yang mulai berubah kepada Anna. Dia merasa sangat gelisah dan tidak mengerti apa yang terjadi di hatinya saat ini. Tanpa dia sadari, ternyata dia sudah mulai menyukai Anna dan tidak ingin kehilangan Anna.

Sementara itu. Di tempat lain. Lebih tepatnya di kamar milik Anna.

Anna terus menangis di dalam kamarnya sepanjang malam, memikirkan Andreas yang setuju begitu saja ketika dia mengucapkan ingin menggugat cerai setelah kelahiran anaknya nanti.

Perutnya sudah sangat besar. Hanya butuh dua bulan lagi, anaknya akan segera lahir. Namun sampai saat ini dia tidak tahu nasib pernikahannya bersama Andreas. Anaknya pun tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.

"Tega sekali dia. Apa dia tidak memikirkan anaknya. Bahkan, ketika aku ingin menggugat cerai pun, dia menyetujui begitu saja. Oh tuhan, kenapa kau hadirkan anak ini dan perasaan ini yang mulai mencintai tuan Andreas? Sungguh aku tidak sanggup lagi menahan sakit ini" lirih Anna yang nampak masih sensegukan di dalam kamarnya sambil menyesali kisah hidupnya yang pelik saat ini.

Sungguh, dia tidak pernah mengira akan menjalani kisah yang begitu menderita seperti ini. Pernikahan yang dia impikan bukanlah seperti ini.

Dia telah melakukan yang terbaik untuk Andreas. Walaupun kehadirannya dan pernikahannya tidak pernah di terima oleh Andreas, namun Anna selalu melakukan kewajibannya dengan sangat baik sebagai seorang istri.

Anna masih ingat betul bagaimana pesan ibunya sebelum meninggal lima tahun yang lalu.

"Jika kau menikah suatu hari nanti dan ibu tidak ada lagi di sampingmu, janganlah bersedih. Karena ibu akan selalu berada disisi mu, Anna. Setelah kamu menikah dan menemukan laki-laki yang mencintai mu nanti. Ingatlah pesan ibu, jadilah istri yang berbakti kepada suami mu. Karena surga seorang istri, ada pada suaminya. Cintailah suami mu setulus hati, walaupun setelah menikah nanti akan kau temui banyak kekurangan di dalam dirinya yang akan kamu ketahui setelah menikah bersamanya. Semoga kamu mendapatkan suami yang baik dan sangat mencintaimu nak dan bisa menjagamu dengan baik"

Anna kembali terisak sedih. Suara tangisnya terdengar semakin nyaring karena ucapan ibunya yang masih dia ingat dengan jelas sampai saat ini.

"Ibu. Anna minta maaf. Anna tidak bisa bertahan lagi. Anna sudah tidak sanggup lagi ibu. Jika saja ibu ada disini, sungguh aku ingin memeluk mu ibu. Aku sangat merindukan mu ibu. Aku tidak tahu, kenapa takdir begitu kejam memilihku untuk menikahi tuan Andreas yang sangat kejam itu. Aku tidak bisa menjaga amanah mu ibu untuk menjadi istri yang berbakti lagi" ucap Anna ditengah tangisnya yang kian sulit di tahan.

"Aku sangat khawatir. Jika anakku lahir nanti dan tuan Andreas tidak ingin menerimanya menjadi anaknya, sungguh, aku tidak akan sanggup melihat jiwa anakku terluka dan sedih. Lebih baik aku pergi saja, dari pada aku mengorbankan anakku! Suami macam apa dia, yang tega menghina istri dan anaknya sesuka hatinya?" Ucap Anna kembali yang masih terisak Dan berpikir, bahwa Andreas benar-benar tidak memiliki hati.

.

.

.

Bersambung.

Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️