NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:825
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Alergi Elio

Adrian mengetuk pintu mereka satu persatu, memanggil mereka untuk makan namun tetap tak ada sahutan, tak ada yang keluar.

Luna berusaha menahan kekecewaan, tapi sorot matanya menyiratkan rasa tak enak. Ia menunduk, mencoba menenangkan diri.

Rei melirik ke arah pintu kamar anak-anak yang lain. "Kenapa mereka tidak keluar, biasanya mereka langsung datang kalau ada makanan."ujarnya.

“Tidak apa-apa,” Ucap Luna dengam senyum kecil. “Mungkin mereka lelah.”

Rei menatap Luna, Ia bisa membaca ekspresi itu, senyum yang berusaha terlihat baik-baik saja.

Adrian tak ingin mematahkan semangat Luna. “Mereka itu pemakan segalanya. Kita simpan saja sebagian untuk mereka.”

Luna mengangguk cepat, seolah menyetujui, padahal di dadanya ada sedikit perasaan perih.

Setelah Rei dan Adrian selesai makan, ia membereskan meja makan dengan tenang, menyimpan sisa makanan di kulkas.

Saat pintu kulkas tertutup, ia berkata pada dirinya sendiri. “Tidak apa-apa, Luna. Ini baru hari pertama.”

Di kamar, Elio menarik napas panjang, ia merasa bersalah. Ia menoleh ke Han yang sudah tertidur. “Seharusnya aku tidak diam saja,” pikirnya.

Jam terus merambat hingga pukul dua dini hari. Sesuatu terjadi, Elio yang sejak sore menahan lapar, diam-diam keluar kamar.

Ia berjalan pelan, memastikan tak ada yang terbangun, lalu menuju dapur.

Aroma makanan membuatnya tak tahan. Dengan hati-hati ia mengambil sup dan mulai menyantapnya perlahan, agar tak menimbulkan suara.

Beberapa saat kemudian, Elio merasakan sesuatu yang tidak beres. Seluruh tubuhnya terasa gatal, kulitnya memerah, dan dadanya sesak. Ia berusaha berdiri, namun pandangannya mulai buram.

Pada saat yang sama, Luna yang keluar dari kamarnya hendak ke kamar mandi, ia merasa ada yang aneh. Ia menoleh ke arah dapur dan samar-samar melihat bayangan seseorang.

Ia melangkah pelan, lalu terperanjat saat mendapati Elio terkapar di lantai dapur dengan wajah pucat dan napas terengah.

“Elio! Kau kenapa?” seru Luna panik.

Elio tak mampu bicara, hanya menunjuk ke arah mangkuk sup di meja.

“Jangan-jangan kau alergi." ucap Luna cemas. Ia baru teringat, dia tidak membawa perlengkapan obat-obatan

Ia mengetuk pintu kamar para member lain, Namun tak ada jawaban. Mereka semua sudah terlelap.

Sedangkan Adrian tidak mendengar karena sebelumnya dia lupa melepas earphonenya sebelum tidur.

Tak mau membuang waktu, Luna meraih tangan Elio dan membantunya berdiri. Ia memapahnya keluar dari dorm, bergegas ke klinik 24 jam terdekat.

Sepanjang jalan ia sesekali mengecek keadaan Elio.

“Bertahanlah, sebentar lagi sampai,” ucapnya pelan, mencoba untuk menenangkannya.

Begitu tiba di klinik, Luna langsung memanggil perawat. Elio segera ditangani, di beri obat dan dipasang oksigen.

Luna mencoba menghubungi Marcel, namun tak terhubung. Ia juga belum memiliki nomor para member lain.

Ia menelpon Adrian sekali lagi, tetapi masih tjdak diangkat. Ia menarik napas panjang dan berusaha untuk tetap tenang.

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Elio yang sudah mendapat obat antihistamin mulai membaik.

Elio terbangun, menatap Luna yang duduk di kursi di samping ranjangnya dengan tangan menopang menutupi wajahnya.

Terdengar gumaman Luna seperti sedang berdoa. Pelan-pelan Elio mengangkat tangannya, menyentuh jemari Luna.

Luna kaget, lalu menoleh cepat. “El, bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?”

Elio mengangguk pelan dan tersenyum tipis.

“Ya Tuhan, jantungku hampir copot,” kata Luna, separuh lega, separuh kesal.

Elio menunduk, wajahnya sedikit memerah karena malu ketahuan menyantap makanan yang ia hindari sejak awal.

“Kau alergi apa? Padahal aku sudah memastikan bahan-bahannya aman,” tanya Luna.

Elio meliriknya ragu. “Apa kau memasukkan jamur ke dalam supnya?"

Luna mengangguk cepat. “Iya, aku tahu kau tidak suka jamur, jadi kupotong kecil-kecil supaya tak kelihatan untuk pengganti penyedap rasa. Tapi kenapa kau malah alergi?”

Elio terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Sebenarnya, aku memang alergi jamur.”

Luna terbelalak. “Kenapa kau tak bilang? Aku pikir kau hanya tak suka rasanya.”

Elio tersenyum malu. “Aku tak mau kelihatan payah hanya karena alergi jamur.”

Luna menepuk jidatnya, lalu terkekeh kecil. “Astaga, Elio, kau hampir saja membuatku jantungan. Bisa-bisa aku dipecat bahkan belum seminggu bekerja.”

Elio ikut tertawa, ia merasa bersalah sekaligus lega. “Maaf ya, Bu Manajer. Kita baru kenal, tapi aku sudah merepotkanmu.”

Mereka tertawa kecil. Untuk sesaat, rasa lega mengisi ruang klinik yang sunyi dini hari itu, setidaknya mereka berhasil melewati malam yang menegangkan bersama-sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!