NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 – Saat Sakit, Saat Terlupakan

Senja sudah terbiasa dengan suasana rumah besar itu. Sunyi. Terlalu sunyi, meski penghuninya sebenarnya lebih dari dua orang. Ia baru saja selesai melipat cucian di ruang belakang ketika suara mobil terdengar berhenti di halaman. Dari arah jendela, ia bisa melihat lampu mobil Samudra yang baru saja masuk garasi.

Ada sesuatu yang berbeda. Biasanya, setiap kali Samudra pulang kerja, ia tampak gagah dan berwibawa dengan jas rapi serta langkah penuh percaya diri. Tapi sore itu, ketika pintu mobil terbuka, tubuh pria itu tampak lunglai. Ia berjalan perlahan, tangannya memegang kepala, wajahnya pucat pasi.

Senja buru-buru berlari ke arah pintu, pura-pura baru saja hendak mengambil sesuatu agar tidak terlihat seperti sedang mengintip. Begitu Samudra masuk ke ruang tamu, napasnya terdengar berat.

“Selamat sore, Mas Samudra…” Senja menyapa hati-hati.

Samudra hanya menoleh sekilas, bibirnya tersungging senyum tipis yang terlihat dipaksakan. “Sore, Senja.” Suaranya serak, lemah, jauh berbeda dari biasanya.

Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa. Senja panik, ia menghampiri. “Mas Samudra sakit?”

Samudra tidak langsung menjawab. Ia menutup mata, mencoba mengatur napas. “Mungkin. Badan Mas rasanya berat sekali. Kepala juga pusing.”

Senja menelan ludah. Ia buru-buru memanggil Bi Ipah yang sedang menyiapkan teh di dapur. “Bi, Mas Samudra sakit.”

Bi Ipah keluar dengan wajah khawatir. “Astaghfirullah, Tuan pucat sekali. Mari saya buatkan air hangat dulu.”

Samudra membuka mata pelan, menoleh. “Luna ada di rumah?” tanyanya lemah.

Bi Ipah saling pandang dengan Senja. “Nyonya keluar sejak pagi, Tuan. Belum pulang sampai sekarang.”

Senja melihat wajah Samudra berubah kecewa, meski pria itu tidak berkata apa-apa. Senyum kecut yang ditahan muncul sesaat sebelum ia bangkit dengan susah payah. “Aku ke kamar dulu.”

Senja hendak membantu, tapi Samudra menolak dengan anggukan. Meski tubuhnya lemah, ia tetap berjalan sendiri menaiki tangga. Senja hanya bisa menatap punggung itu dengan perasaan campur aduk. Ada sesuatu di dalam hatinya yang perih, bukan karena ciuman malam itu, tapi karena ia tahu Samudra tampak kesepian.

Beberapa jam kemudian...

Pintu depan berderit. Luna masuk dengan langkah riang. Tangan kirinya membawa beberapa kantong belanjaan, sementara tangan kanannya sibuk menempelkan ponsel di telinga. Senyumnya lebar, tertawa manja dengan seseorang di seberang telepon.

Senja yang baru saja selesai menyapu ruang tengah terdiam. Ia memperhatikan kakaknya yang tidak sedikit pun terlihat kelelahan meski katanya pergi sejak pagi. Bahkan make-up di wajahnya masih sempurna.

Begitu menutup telepon, Luna mendesah puas. “Akhirnya! Semua sudah siap. Aku tidak sabar berangkat besok.”

Senja menahan diri untuk tidak bertanya. Tapi Bi Ipah yang sedang menaruh teh di meja tak sengaja bersuara, “Nyonya, Tuan sedang sakit. Beliau baru saja pulang dengan keadaan pucat sekali.”

Luna menoleh, alisnya terangkat. “Sakit?” ucapnya datar. Lalu, ia hanya mengedikkan bahu. “Paling hanya masuk angin. Biar saja, nanti juga sembuh sendiri.”

Senja terperangah. “Kak Luna… Mas Samudra benar-benar sakit. Wajahnya pucat, badannya lemah. Apa Kakak tidak mau lihat?”

“Senja,” suara Luna dingin, “aku ini sudah punya jadwal. Besok aku harus ke Bali seminggu. Tidak bisa dibatalkan. Apalagi tiket dan hotel sudah aku pesan. Jadi kalau suamiku sakit sedikit, itu bukan urusanku.”

Senja tercekat, tidak percaya mendengar kata-kata itu.

Namun, tak lama kemudian, suara langkah terdengar dari atas. Samudra keluar kamar dengan wajah pucat, tangannya masih menempel di dahi. Ia menuruni tangga perlahan.

“Luna.” Suaranya parau, nyaris tidak terdengar.

Luna menoleh, tersenyum manis, seolah-olah baru saja bertemu suami yang dirindukannya. “Sayang, kamu sudah bangun? Bagaimana badanmu?”

Samudra menatapnya dengan mata sayu. “Jangan pergi. Aku butuh kamu di sini. Aku sakit. Tolong rawat aku.”

Senja melihat dengan jelas bagaimana mata Samudra memohon. Ada luka yang terselubung di sana, luka yang mungkin sudah lama dipendam.

Namun Luna hanya tertawa kecil. Ia mendekati suaminya, menepuk bahu pria itu seolah menenangkan anak kecil. “Sayang, aku tidak bisa. Aku sudah berjanji dengan teman-teman. Kau tidak perlu khawatir. Senja bisa merawatmu.”

“Aku tidak mau Senja.” Samudra menggeleng lemah. “Aku ingin kamu. Istriku. Aku butuh kamu.”

Luna menghela napas, lalu mengerling kesal. “Jangan manja, Samudra. Aku juga butuh me time. Lagi pula, hanya sakit ringan. Senja ada di sini. Selesai.”

Tanpa menunggu jawaban, Luna berbalik, menaiki tangga untuk membereskan koper. Samudra terdiam, tubuhnya berguncang karena menahan emosi. Senja yang menyaksikan hanya bisa menutup mulut, menahan perasaan yang semakin campur aduk.

Beberapa menit kemudian, Luna sudah turun lagi dengan koper besar di tangannya. Wajahnya cantik, senyumnya lebar, seolah tidak ada yang terjadi.

“Samudra, aku titip rumah ya. Jangan khawatir, seminggu saja kok. Nanti aku pulang, kamu pasti sudah sehat.”

Samudra tidak menjawab. Ia hanya menatap Luna dengan tatapan kosong.

Luna melambaikan tangan seolah berpamitan manis, lalu berjalan keluar begitu saja. Pintu menutup dengan suara keras.

Keheningan kembali menyelimuti rumah itu. Senja menatap Samudra yang masih berdiri di tangga dengan tubuh gemetar. Wajah pucatnya semakin terlihat, dan matanya mulai berkaca-kaca.

Senja mendekat hati-hati. “Mas Samudra… aku minta maaf. Kak Luna...”

“Jangan.” Samudra memotong lirih, senyum pahit muncul di wajahnya. “Kamu tidak perlu minta maaf. Hal seperti ini sudah biasa. Dia memang begitu.”

Senja tertegun. “Maksud Mas…?”

Samudra menarik napas panjang, lalu duduk di sofa dengan tubuh lunglai. “Pernikahan kami… tidak seindah yang orang lihat. Selama ini Luna selalu hidup di dunianya sendiri. Dia tidak pernah peduli padak Mas. Setiap kali Mas sakit, pasti selalu sendirian. Setiap kali Mas ingin bercerita, dia tidak pernah mendengarkan. Semua yang dia pedulikan hanya dirinya sendiri.”

Kata-kata itu membuat Senja terdiam. Selama ini, ia selalu mengira rumah tangga kakaknya harmonis. Dari luar, Samudra terlihat begitu mencintai Luna, dan Luna, meski sering bersikap kasar di belakang, di depan orang lain selalu tampak sebagai istri yang manis.

“Aku tidak tahu,” Senja berbisik. “Aku kira kalian bahagia.”

Samudra menatap Senja dengan mata sayu. “Mas minta maaf. Seharusnya Mas tidak menceritakan ini padamu. Ini aib rumah tangga Mas.”

Senja cepat-cepat menggeleng. “Tidak, Mas. Aku berjanji tidak akan bicara pada siapa pun. Aku hanya… aku hanya kasihan pada Mas Samudra.”

Hening. Senja menatap pria itu dengan penuh iba. Wajah Samudra benar-benar lemah, tubuhnya gemetar. Ia ingin marah pada kakaknya, tapi yang bisa ia lakukan hanyalah satu hal.

“Kalau begitu,” Senja berkata pelan, “izinkan aku yang merawat Mas. Sampai Mas sembuh.”

Samudra menoleh, sorot matanya melembut. Ada kilatan lega yang jarang terlihat. “Kamu… mau?”

Senja mengangguk mantap. “Ya. Aku akan jaga Mas. Aku janji.”

Untuk pertama kalinya sejak sore itu, bibir Samudra membentuk senyum tulus, meski lemah. “Terima kasih, Senja. Mas benar-benar senang ada yang mau memperhatikan. Karena selama ini, setiap Mas sakit… selalu sendirian.”

Kata-kata itu membuat hati Senja serasa diremas. Ada luka yang dalam di balik senyum itu, luka yang tidak pernah terlihat orang lain. Dan saat itu juga, Senja bertekad apa pun yang terjadi, ia tidak akan membiarkan Samudra merasakan kesepian lagi.

1
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
Ariany Sudjana
saya sih ga menyalahkan kalau sampai samudra dekat sama senja. lha punya istri, tapi istri ga pernah memperhatikan dan mengurus suami, apalagi pas suami lagi sakit. Luna malah sibuk dengan selingkuhannya.
Ariany Sudjana
apa Luna punya selingkuhan? sehingga begitu dingin sama samudra, suaminya sendiri.
Ariany Sudjana
di rumah ga ada cctv? sampai samudra begitu percaya sama Luna
Ariany Sudjana
samudra jangan percaya begitu saja sama Luna, senja sampai pingsan karena ulah Luna, si nenek lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!