Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Gadis Muda Dan Pria Dewasa
Acara syukuran itu hampir selesai. Di akhir acara, Dallas sedikit menyampaikan ucapan terimakasih pada tamunya atas kedatangan mereka yang ikut mendoakan kedua anak kembarnya, yang akan mondok di pesantren.
Amira terlihat berbaur dengan keluarganya dan keluarga Dallas. Kedua anak kembar Dallas yang besok sudah harus diantar ke pondok, Dalfas dan Syafina ada juga di sana.
"Tante Syafa, kalau Alf dan Fina mondok, biar Amira yang tinggal di sini. Boleh, ya, Tan?" ujar Amira pada Syafana, istri dari Papa Dallas.
"Tentu saja boleh. Asal harus izin ayah bundanya Amira," balas Syafana.
"Ayah sama bunda pasti izinin. Ya, kan, Bun?" Amira mengalihkan tanya pada Daisya sang bunda. Daisya hanya membalas dengan senyuman.
"Amira, tolong bawa buah-buahan ini ke depan Om Dallas, ya," suruh Syafana, menyodorkan satu piring besar buah-buahan sebagai pencuci mulut yang sudah dipotong-potong.
Tadinya Amira hendak menolak, karena ingin menghindari Yoda, tapi dia tidak enak. Terpaksa ia meraih piring buah-buahan itu untuk disuguhkan di depan para bapak-bapak beda generasi itu.
"Amira, teteh minta tolong juga, ya. Nanti sekalian bilang sama Kak Saka, ke sini dulu. Dede Dala (Ardala), ingin dikelon sama papanya."
Amira mengangguk sembari berjalan menuju ke depan.
Amira malu-malu meletakkan piring buah itu. "Terimakasih Amira?" Papa Dallas tersenyum pada Amira. Amira balas tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Sakala, tanpa sedikitpun menoleh ke arah Yoda yang sejak tadi mencuri pandang ke arahnya.
"Kak Saka, Teh Lava nyuruh Kakak ke belakang dulu. Dede Dala katanya ingin dikelon." Amira menyampaikan pesan dari istrinya Sakala.
"Ok. Sebentar lagi kakak ke sana."
Amira kembali ke ruang belakang, di mana keluarganya berkumpul di sana.
Satu jam kemudian, acara di rumah itu mulai surut, para tamu satu per satu pamit pulang. Amira menghampiri ruang depan yang tadi penuh dengan tetamu dengan hidangannya. Amira sibuk ikut membantu pembantu di rumah itu membereskan piring-piring kotor.
Mata Amira memindai seluruh ruangan. Tapi, ia tidak mendapati sosok Yoda di sekitarnya. Beda dengan papanya Yoda, Pak Harimurti masih berada di depan bersama Papa Dallas, mereka tampak asik ngobrol.
"Hayo, mencari siapa?" Suara seseorang yang tidak asing bagi Amira, begitu menyentak jantung Amira. Amira menoleh sembari memegang piring bekas buah potong dengan kuat. Untung saja piring itu tidak terlepas dari tangan Amira.
Amira mendesah, tiba-tiba perasaan kesal pada Yoda muncul begitu saja. Amira kembali teringat dengan sosok perempuan berjas dokter yang tempo hari berada di kafe, menatapnya penuh cemburu.
Langkah kaki Amira pun tertahan di sana. Amira tersenyum kecut, sebelum ia beranjak.
"Tidak kakak duga kita akan dipertemukan di sini. Ternyata dunia ini sempit. Ngomong-ngomong, kamu dengan keluarga punya hubungan apa?" Yoda justru mengajak ngobrol duluan, tanpa Amira bisa menghindar dari tempat itu.
"Saya, sepupuan dengan Kaka Saka. Otomatis saya merupakan keponakan langsung dari Om Dallas," jelas Amira tegas sembari bermaksud pergi.
"Oh, sepupuan?" Yoda tersenyum, ada sebuah senyuman penuh makna di balik senyum itu. Yang jelas ada sebuah harap di sana.
Kebersamaan Amira dan Yoda ternyata menjadi perhatian beberapa pasang mata, terutama Papa Dallas dan Pak Harimurti.
"Sepertinya putramu sedang mendekati keponakanku. Lihat mereka, baru tadi kenalan, sekarang sudah ngobrol. Sepertinya mereka mudah akrab." Papa Dallas menatap ke arah Amira dan Yoda yang berdekatan dan bicara.
Pak Harimurti tersenyum, dia ikut mengamati gestur tubuh keduanya. Walaupun masih ada jarak antara keduanya, akan tetapi Pak Harimurti mendadak muncul sebuah rencana di otaknya.
"Mereka terlihat sangat serasi. Seorang pria mapan dan dewasa, berhadapan dengan gadis muda, cantik dan energik. Bagaimana kalau mereka kita persatukan saja? Sepertinya mereka cocok dan akan saling melengkapi satu sama lain," cerocos Pak Harimurti dengan wajah berbinar penuh semangat.
"Maksudnya, menjodohkan mereka?" Papa Dallas sedikit terperangah.
"Iya. Itupun kalau Abang setuju," tukas Pak Harimurti diimbuhi kekehan kecil.
Papa Dallas melemparkan sebuah senyuman, sebelum pada akhirnya bicara. "Aku juga melihatnya seperti itu. Yoda pria dewasa yang tampan dan mapan. Sementara Amira, adalah gadis cantik manja yang ceria, tapi mandiri," tegas Papa Dallas, cukup memberi gambaran untuk Pak Harimurti tentang seperti apa Amira.
Pak Harimurti tersenyum, dia merasa Amira si gadis manja yang terbilang masih muda itu, cocok kalau disandingkan dengan sang putra.
"Tapi, kalau kamu menyukai Amira untuk disandingkan dengan putramu, tentu saja harus mendapat restu dari kedua orang tua Amira," tukas Dallas.
Nyali Pak Harimurti sedikit menciut, tapi dia tetap tidak menyerah. "Abang bilang saja di belakang pada orang tuanya Amira," bisik Pak Harimurti.
"Siap. Aman itu," balas Papa Dallas sembari mengacungkan jempolnya ke atas.
Acara itu sudah usai. Para tamu benar-benar pulang ke rumahnya masing-masing setelah menikmati hidangan dan kue-kue.
***
Yoda sudah berada di rumahnya yang sepi, setelah tadi mengantarkan sang papa menuju rumahnya. Bayangan Amira berada di rumah teman papanya itu, seakan sebuah tanda akan ada hal besar yang membahagiakan terjadi.
***
Kembali ke kediaman Papa Dallas. Setelah para tamu termasuk Yoda dan papanya pulang, Amira mengayunkan langkahnya ke arah Sakala, yang sudah selesai menidurkan putra semata wayangnya, Ardala.
"Kakak."
"Amira."
Sakala dan Amira berkata bersamaan. Mereka sontak saling lempar tatap, lalu tertawa kecil berdua.
"Kak Saka, kakak kenal pria tadi?" Amira mulai bicara lebih dulu.
"Kapten Yoda maksudnya?"
Amira mengangguk perlahan seperti sedang menyembunyikan sebuah perasaan untuk Yoda. Namun, sekuat apapun Amira menyembunyikan rasa itu, Sakala justru melihat sinyal cinta pada diri Amira terhadap pria itu.
Sakala mesem beberapa detik. "Apakah Amira menyukainya? Tapi, sebentar, kalau kakak lihat, baik Amira maupun Kapten Yoda, seperti sudah saling kenal duluan," ujar Sakala mencoba menggali lebih dalam dugaannya terhadap Amira dan Yoda.
Amira tertegun, dia ragu untuk mengatakan kalau dia memang sudah kenal beberapa hari yang lalu karena insiden laptopnya kena cipratan genangan air oleh ban Yoda.
"Nggak, Amira baru kenal tadi," sahut Amira bohong. Sakala tersenyum, dia tidak bertanya apa-apa lagi pada Amira.
"Amira, pamit dulu, ya. Soalnya Bunda sudah mau pulang." Amira mengalihkan fokus Sakala. Dia khawatir Sakala bertanya kembali tentang Yoda.
"Kenapa Amira harus pulang, bukannya tadi minta sama Mamanya kakak pengen tinggal di sini selama Dalfas dan Fina mondok?" tahan Sakala.
"Tapi Dalfas dan Syafina belum berangkat. Mereka baru berangkat besok, kan?"
"Iya sih."
"Ting."
Sebuah notif pesan WA masuk ke dalam Hp Amira. Amira segera meraih Hp nya di saku roknya. Amira sedikit lega, dengan begitu dia terselamatkan dari kecurigaan Sakala mengenai dia dan Yoda yang memang sudah kenal lebih dulu.
"Hah, pria tadi."
"Siapa pria tadi, Kapten Yoda?" tebak Sakala yang langsung mendengar gumaman Amira.
Wajah Amira merona merah, niatnya ingin menyembunyikan status perkenalan dirinya dan Yoda, tapi karena barusan dia keceplosan, Sakala akhirnya curiga dan menduga kalau Amira dan Yoda sudah saling kenal duluan.
"Kalian sudah tukaran nomer Hp? Wah, bakal ada kisah baru nih kayaknya. Gadis muda dan pria dewasa." Sakala terkekeh menggoda Amira.
pilih yoda aja
biar dia punya masa lalu tapi dia kebih prioritas kan km
lebih baik d cintai amira
inget ya mir ☺️😁
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.