"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 8. Kabar duka dadakan.
Siang harinya Lea semakin aktif, tapi ayah dan nenek nya masih belum mengijinkan Lea untuk bermain di luar lingkungan rumah, ayah Lea pamit tidur karena selama tiga malam itu dia berjaga sambil berdzikir sampai bisa membawa Lea kembali.
Dan tepat pukul 10.00 pagi, sebuah pengumuman membuat semua orang terkejut. Pengumuman yang di siarkan lewat speaker masjid yang mengatakan bahwa salah satu warga desa itu telah meninggal dunia, anak pertama ibu Marni.
"Eh, mas Dikin anak nya ibu Marni, ninggal." Ujar salah satu warga yang kebetulan sedang mencuci pakaian beramai - ramai di sumur, tepat di depan rumah Indi, teman Lea.
"Innalilahi.. Padahal kemaren sehat kok." Ujar yang lain.
"Jangankan kemaren, tadi pagi aku ketemu mas Dikin di warunge mbok Siwen, beli nasi." Ujar yang lain juga.
"Eh.. Mendadak ngono.." Imbuh yang lain.
"Paling bu Marni kalah sama bapak e Lea, kan bapake Lea tirakat telung dino ( 3 hari) Lea wis sehat yo mesti bu Marni kalah."
Berbagai macam kemungkinan mereka kaitkan kematian anak bu Marni ini dengan hal ghoib, apalagi ayah Lea memang berdzikir 3 hari 3 malam untuk melawan sosok yang akan membawa sukma Lea, sosok yang menjadi sesembahan bu Marni dalam melakukan pesugihan.
Di desa itu apapun selalu di kaitkan dengan hal ghoib dan mistis, mereka percaya mereka hidup berdampingan dengan manusia - manusia munafik yang dengan sengaja menyekutukan Tuhan dengan menyembah yang tidak semestinya hanya untuk memperoleh kekayaan duniawi.
"Ngelayat ndak yo, mak?" Tanya bude Win pada nenek Lea.
"Ndak usah! Mereka wis (sudah) kejem numbalke Rianti, malah Lea juga di incer." Ujar nenek Lea marah.
"Ngelayat ae, mak. Pura - pura saja ndak tau apapun, kalo ndak nanti malah makin kentara kita ngelawan." Ujar pakde Lea.
"Koe saja kalo begitu, mak ndak mau." Ujar nenek Lea.
"Kan yang jahat ibunya, mak. Mas Dikin ndak salah, malah saiki (sekarang) yo dadi korban ibunya juga." Ujar bude Win.
"Wes karep (terserah) koe mau melayat ya sana, mak ndak mau." Ujar nenek Lea, lalu masuk kedalam.
Dan akhir nya pakde Lea saja yang pergi melayat, bude Win tetap di rumah bersama Lea kecil. Bude Win juga sudah memiliki anak, tapi anak nya sudah bekerja, karena jarak usia bude Win dan ibunya Lea memang jauh dan bude Win menikah di usia muda, jadi anak nya pun sudah besar.
Saat bude Win mencari Lea, Lea terlihat sedang bermain ayunan di pohon pisang di belakang rumah nya. Kain jarik panjang di ikat di antara pohon pisang satu dan yang lain, sehingga membentuk ayunan. Aneh nya.. Lea tidur di ayunan pohon pisang itu tapi ayunan nya tetap bergerak tanpa siapapun mengayun nya.
Bude Win sampai tercekat, karena mustahil ayunan itu akan bergerak dengan sendiri nya tanpa di gerak kan.
"Titip Lea yo, mbak."
"Hhhh!!" Bude Win terkejut saat tiba - tiba di telinga nya ada suara Rianti.
Bude Win menoleh kesana kemari, tapi tidak ada wujud Rianti yang menampakan diri, hanya suaranya. Kini bude Win yakin, Rianti memang masih ada di sana, mengawasi dan menjaga putrinya.. Rianti belum tenang.
Di tempat lain..
Di pemakaman, pakde Lea yang melayat tidak di datang ke rumah bu Marni. Dia datang ke pemakaman langsung untuk membantu menggalikan liang lahat yang akan menjadi makam anak bu Marni nantinya, di sana dia mendengar banyak orang - orang membicarakan fenomena aneh.. Yaitu petir yang menyambar tiga kali.
Aneh nya, ada beberapa yang dengar.. Tapi kebanyakan tidak ada yang mendengar suara petir misterius itu. Pakde Lea hanya fokus pada pekerjaan nya yaitu mencangkul, sampai seorang sesepuh tua penjaga makam menepuk pundak nya, dan barulah pakde Lea ini menoleh..
"Dalem, bah." Sahut nya.
"Nanti setelah pemakaman, saya mau bicara sama kamu bisa, le?" Tanya bapak - bapak itu.
Usia nya memang sudah tua, sekitar 80 tahunan tapi fisik nya masih sehat dan bugar. Orang jaman dulu sudah tua pun masih aktif, dan makanan mereka masih alami belum yang obat - obatan..
"Iki tentang adekmu, mbak Rianti." Sambung nya.
"Bisa, bah." Sahut pakde Lea, sesepuh tua yang akrab di panggil abah tua itu pun tersenyum san pergi lagi.
Lalu setelah nya terdengarlah desas desus penyebab kematian anak pertama bu Marni itu, usia nya sudah matang padahal, dan seharus nya dua bulan lagi dia akan menikah, tapi tidak ada yang menyangka maut lebih dulu datang.
Salah satu karyawan toko bu Marni bilang, sesaat anak bu Marni pulang dengan membawa masuk nasi bungkus, nasi itu tidak di bagikan ke karyawan ibunya seperti yang biasa nya dia lakukan. Biasanya anak bu Marni ini akan membagikan satu persatu nasi bungkus itu dengan wajah ramah nya, tapi pagi tadi tidak.
Nasi itu di letakan nya saja di meja lalu dia sendiri naik ke atas, ke kamar nya di lantai dua dan beberapa jam setelah nya tiba - tiba terdengar suara benda jatuh dengan keras dari dalam rumah. Saat karyawan toko itu mengecek, mereka terkejut itu adalah mas Dikin, atau anak pertama bu Marni.
Tubuh nya tergeletak di lantai, kakinya menekuk, leher nya memutar dan matanya terbuka. Darah segar mengalir dari kepala anak bu Marni itu, dia meninggal jatuh dari lantai dua.
"Serem yo, ih aku kok yo ngeri." Ujar salah satu pelayat.
"Di tumbalke ibu nya sendiri iku." Ucap yang lain.
"Dunya (dunia) ne banyak tapi anake buat tumbal."
"Mas, ojo nggrendhengi (membicarakan) almarhum ngono toh, kasian." Ujar pakde Lea.
"Nyata iki lho mas!" Ujar orang itu.
"Iyo.. ngerti.. Tapi ojo di gunjing ngono, kenang saja kebaikan nya, ndak usah ngomong yang lain." Ujar pakde Lea.
Lalu tak lama keranda jenazah datang, keranda yang membawa jenazah anak bu Marni. Bu Marni juga datang, tapi wajah nya biasa saja.. Tidak ada raut kesedihan, tidak ada tanda dia menangis, malah terlihat seperti orang yang marah. Apalagi saat tatapan nya bertemu dengan pakde nya Lea, tatapan nya begitu dingin.
"Ayo mas, di turunkan jenazah nya." Ujar pak Ustad.
Dan secara kebetulan juga ayah Lea ini yang menjadi penampa atau yang menangkap jenazah saat akan di masukan ke liang lahat, kebetulan juga pakde Lea ini menangkap di bagaian kepala, lalu hal aneh terjadi saat pakde Lea menangkap jenazah itu.
Pakde Lea mendengar rintihan, suaranya dari si almarhum yang merintih meminta tolong..
"Tolong.. tolong.."
Tapi tentu mustahil kalau jasad nya berbicara, jelas - jelas almarhum ini sudah meninggal. Tapi pakde Lea terus mendengar rintihan itu.
'Istirahat yang tenang yo mas, saya cuma bisa bantu mendoakan sampean.' Batin pakde Lea.
Dan pemakaman itu pun selesai.. Setelah pemakaman selesai, seperti yang sebelumnya pakde Lea janjikan, kini dia duduk di batuan di bawah pohon besar yang ada di tengah pemakaman itu, batu itu memang tempat abah tua juru kunci pemakaman itu biasanya beristirahat.
"Ada apa, bah?" Tanya pakde Lea.
"Adikmu, masih di iket, le." Ujar abah tua itu, spontan. .
"Abah tau?" Tanya pakde Lea.
"Abah puluhan tahun jaga makam, le. Yang di harap supaya abah iki juga meninggale husnul hotimah, ndak punya utang apapun sing sifate duniawi." Ujar abah tua itu, entah kenapa malah bercerita.
"Tapi adikmu, datengin abah. Iku sebabe abah ajak koe bicara supaya koe reti (ngerti) adikmu belum tenang." Ujar abah tua itu lagi.
"Saya tau, bah. Rianti memang belum tenang.. Dia masih gentayangan." Ujar pakde Lea.
"Dadi koe nunggu opo? Kenapa ndak di sempurnake?" Tanya abah tua.
"Yang jadi masalah, Rianti iki ndak rela ninggalke Lea.." Ujar pakde Lea.
"Lea sudah baik - baik saja, toh?" Tanya abah tua.
"Alhamdulillah, semalam sudah kembali baik - baik saja, bah." Ujar pakde Lea.
"Iki.. Sekedar informasi, le. Buhul adikmu musti di lepas supaya arwah nya sempurna." Ujar abah tua.
"Buhul nya di mana, saya belum nemu.." Ujar pakde Lea.
"Di bawah pohon pisang, yang ada di sebelah rumah Rianti. Dia dapuran (kelompok pohon) ketiga." Ujar abah tua, pakde Lea mengangguk - angguk.
"Matur kesuwun bah, kami memang lagi mencarinya." Ujar pakde Lea. Lalu kemudian pakde Lea pamit pulang..
Pakde Lea tidak menyangka adik ipar nya yaitu Rianti akan mendatangi juru kunci, pakde Lea yakin mungkin Rianti memiliki pesan atau ada sesuatu yang belum selsai. Hanya saja satu - satu nya alasan yang pakde Lea yakini mengapa adik ipar nya itu masih gentayangan adalah karena dia meninggalkan putrinya yang masih kecil.
Malam harinya..
Lea sedang duduk di ruang tamu, karena penerangan nya hanya menggunakan lampu teplok yang di letakan di atas meja, jadi sekeliling nya terlihat gelap.. Dia asik bermain dengan boneka Po, salah satu karakter teletubbies. Lea sangat suka teletubbies, bahkan dia mengoleksi stelan baju dari tiap karakter nya.
"Nanti kalo besal (besar) Po mau jadi laksasa.. Hohoho.." Oceh nya, sambil mengangkat boneka Po nya.
"Nanti bial bisa naik ke atas, ke langit.." Imbuh nya lagi.
"Kenapa mau kelangit?" Tanya ayah Lea.
"Bial bisa ketemu mama." Sahut Lea.
"DEG!"
Ayah Lea terkejut mendengar jawaban putrinya, padahal baik dia atau siapapun tidak ada yang memberi tahukan apapun tentang ibunya Lea.
"Ngomong opo, nduk.." Ujar nenek nya.
"Kata mama, mama liatin Lea dali langit kalo mama ndak di sini.." Ujar Lea.
"Kamu liat mama?" Tanya nenek nya, dan Lea mengangguk.
"Lea liat mama di mana?" Tanya ayah Lea.
Lea lalu menoleh kesana kemari, dia seperti mencari seseorang.. Dan dia tersenyum saat melihat ke arah jendela..
"Itu mama.. Uti sama bapak ndak suluh mama masuk." Ujar Lea.
DEG!
BERSAMBUNG!
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea