Rawa Belakang Rumah

Purnama mendengarkan apa yang Xavier ceritakan soal rumah milik Andre, dalam diam dia bergumam kenapa Andre bisa berani mengambil rumah itu tanpa melihatnya lebih dulu. menurut yang dari Xavier katakan maka jelas itu rumah ada yang tidak beres dan di lihat dari luar saja sudah tepat begitu angker, kenapa dia bisa segitu berani nya mengambil sesuatu yang tidak dia ketahui.

"Kenapa dia mengambil barang yang tidak di ketahui bahwa itu sangat berbahaya?" Arya bertanya pelan.

"Justru karena tidak tahu maka nya dia ambil!" Xavier langsung gas menjawab.

"Ya biasa saja lah jawaban mu tidak perlu langsung melotot begitu." Arya melirik sinis pada Dewa iblis.

Yang di lirik sama sekali tidak peduli karena dia memang merasa Arya bodoh di sini, andai Andre tau bahwa rumah itu memang berbahaya maka sudah pastilah dia tidak akan pernah mau membeli walau di jual dengan harga yang begitu murah, karena tidak tahu lah maka dia membeli nya dan sekarang harus menanggung resiko.

"Apa tidak bisa dia pergi saja dari sana, kalau kau bicara dengan dia maka sudah pasti akan di dengar." Maharani menatap Purnama.

"Masalah nya iblis yang ada di rumah itu tidak akan pernah melepaskan walau Andre dan Bima pindah dari sana." sahut Xavier cepat.

"Astaga, kok ya ada saja masalah yang datang! sudah Pak Min sekarang malah nurun pula si Andre yang mencari masalah." keluh Purnama dengan hati sangat jengkel.

"Ya udah sih biarin saja, kan dia tidak minta tolong juga pada kita!" Arya berkata cuek karena dia memang tidak peduli mau bagai mana pun cerita nya.

Memang Andre belum ada meminta tolong pada Purnama mungkin saja karena dia juga belum yakin dengan apa yang telah terjadi di rumah itu, jadi untuk sementara Xavier pun yakin kalau Andre akan bertahan di sana sampai dia melihat secara nyata apa yang ada di rumah tersebut dan bagai mana bentuk nya.

Tapi Xavier yakin bahwa sebentar lagi Andre pasti akan mendatangi rumah Purnama untuk minta tolong apa yang telah terjadi di rumah itu, apa lagi sekarang Dewa iblis juga penasaran kenapa pohon rambutan itu bisa berdarah dan memiliki dendam yang begitu kuat sehingga menimbulkan udara yang begitu dingin.

Padahal Purnama hanya menyuruh dia memantau dari luar saja tanpa harus mengetahui apa yang sudah terjadi, tidak ada suruhan juga bahwa Dewa iblis harus mengurus Andre di dalam rumah. tapi sekarang malah dia tertarik ingin mengetahui apa yang sudah terjadi di rumah itu, jadi sudah pasti akan terus memantau ke sana.

"Aku akan mencari tau soal pohon itu!" Xavier sudah yakin sekali.

"Jangan mencari masalah, aku tidak ingin mengurus nya!" sergah Purnama.

"Tapi pohon itu begitu penuh misteri, pokok nya kau harus lihat lah." desak Xavier agar Ratu ular mau melihat.

"Malas, aku masih mempelajari ilmu jadi tidak ingin ambil kasus!" sentak Purnama yang kekeh menolak.

"Sudah lah, Vier! kau tidak usah mencampuri urusan yang bukan urusan mu." Panglima ular buka suara.

"Nah lebih baik kau contoh ini sikap panglima ku, dia begitu pendiam dan tidak ingin ikut campur dan bahkan dia tau sesuatu pun tidak akan memberi tahu juga!" sindir Ratu ular.

"Kok jadi kesana lagi." Bagaskara menatap ratu nya.

"Sampai kapan pun akan ku bahas, kau bersiap saja bila kau ada maksud lain!" ancam Purnama.

"Kau tidak mengenal ku kah?" Bagas menatap Purnama balik.

"Yah tentu saja aku tidak mengenal mu, karena masih banyak rahasia yang kau simpan!" balas Purnama.

Suasana menjadi tegang karena memang masih ada terjadi kesalah pahaman antara Purnama dan ke Bagas, ada sesuatu yang Bagas sembunyikan dan Purnama sangat ingin tahu akan hal itu namun sampai saat ini belum juga di buka oleh panglima nya membuat Purnama begitu kesal pada Bagas.

"Kau fokus lah mencari siluman ular yang ada di desa mati." Purnama menatap Arya.

"Lalu saat ketemu kita mau apakan juga? karena sebenar nya kita tidak ada urusan dengan siluman ini." Arya malah membantah perintah.

"Jadi kau merasa lebih enak melihat Pak Min yang setiap hari sakit itu?!" Purnama menatap adik nya tajam.

Yang ditatap sudah tidak karuan dan segera melarikan diri karena nanti malah akan di banting oleh Purnama, sudah lama tidak mendapat bantingan sehingga kalau di.banting yang ada nanti pinggang akan terasa kaget bukan main, tahu sendiri kalau Kakak ular nya sudah mengamuk maka tidak akan ada yang bisa berani melawan.

...****************...

"Arman!" Pak Min merintih memegang erat tangan putranya.

"Bapak kenapa? apa nya yang sakit, mau minum atau mau yang lain." Arman cepat melihat keadaan Pak Min.

"Sakit....Bapak tidak mau lagi hidup begini, tolong lah Bapak, Nak!" Pak Min memegang erat sampai tangan Arman saja terasa sangat sakit.

"Pak, banyak istighfar." Arman rasanya sedih juga kalau melihat Pak Min terus seperti ini.

Bahkan kadang di dalam hati dia merasa lebih ikhlas apabila Tuhan telah mengambil nyawa Pak Min saja, dari pada hidup namun menderita begini susahnya karena terus menahan rasa sakit yang luar biasa di tubuh renta ini. namun Tuhan masih mempunyai kehendak lain sehingga Pak Min belum juga di panggil, setiap hari merasakan derita yang tidak ada batas nya.

Apa lagi ketika perut sudah membuncit besar seolah ada sesuatu yang mengisi di dalam sana, maka Pak Min sudah pasti akan menjerit kesakitan setengah mati menahan derita yang tidak terkira. setelah nanti kotoran keluar maka barulah Pak Min bisa bernafas lega karena rasa sakit tersebut telah hilang dari tubuhnya, namun itu membutuhkan waktu yang begitu lama.

"Tuhan itu tidak ada, Arman." Pak Min tidak percaya dengan keberadaan sang pencipta.

"Pak, tolong jangan bicara seperti itu." Arman rasanya ingin menangis karena Pak Min begitu jauh dari Tuhan.

"Bila dia ada maka sudah pasti bersikap, dulu aku melarat hingga akhirnya aku mengambil pesugihan namun ketika aku kaya malah di buat seperti ini." Pak Min bicara sembari mata melotot dan mendongak ke atas.

"Pak, Bapak!" Arman berusaha untuk menundukkan pandangan Pak Min.

"Sakiiiit, bangsat kalian semua bangsat!" Pak Mengumpat kasar.

Arman yang paling bukan main karena dia harus menghadapi semua ini setiap hari dan sendirian pula, rasa ingin menyerah tapi itu tidak mungkin karena siapa lagi yang akan mengurus orang tuanya apa bila bukan dia, jadi sampai meninggal nanti maka Pak Min adalah tanggung jawab Arman.

Selamat malam Besti, jangan lupa like dan komen nya ya.