Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.
bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.
Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.
Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Keesokan harinya di sekolah, Mita, Seli, Raka, dan Rama berkumpul di kantin tanpa Ria. Setelah semalam mereka membawa Aron yang benar-benar pingsan ke rumah Ria, Ria meminta untuk diizinkan tidak masuk sekolah besok pada yang lainnya untuk memberinya waktu untuk bicara dengan Aron. Tentu saja awalnya mereka tidak setuju dengan keputusan Ria yang memutuskan secara sepihak.
Tapi kepercayaan Ria yang masih percaya kalau Kevin masih hidup membuat teman-temannya merasa simpati pada Ria, mereka mungkin tidak tahu bagaimana Ria bisa seyakin itu, tapi mereka tahu bagaimana rasanya jika di posisi Ria, ingin egois tapi Ria tidak senaif itu, karena mereka tahu tentang Ria lebih dari keluarga.
"Oke… sekarang kita harus gimana nih?" tanya Mita membuka percakapan karena sejak tadi yang lainnya hanya diam dengan pikiran masing-masing "maksud gue, nggak mungkin kan kita biarin Ria gitu aja ngadepin seorang... Iblis"
Mita menunggu jawaban tapi semuanya masih diam saja. Kesal, Mita pun hampir saja memukul meja jika saja Raka tidak angkat suara.
"Rama, bisa lo jelasin apa yang lo tau tentang semua ini?" tanya Raka pada Rama yang ada didepannya dengan wajah yang serius.
"Gue nggak ngerti apa yang lo maksud" ucap Rama sedikit tidak suka, mengelak dan memalingkan wajahnya yang sangat terlihat jelas menyembunyikan sesuatu.
"Semalem jelas-jelas gue dan yang lainnya liat gimana lo tiba-tiba dateng nendang Aron kayak gitu. Mungkin gue percaya kalo lo sama hebatnya dalam basket tapi semalem itu nggak masuk akal" ucap Raka mencoba membuat Rama menatapnya.
"Pas Aron tiba-tiba nyerang, gue langsung ngehadang dia, tapi malah kena serang dan didorong dengan kuat, gue udah pernah ngerasain gimana dihajar preman yang badannya gede, tapi jelas-jelas gue ngerasain tenaga Aron lebih dari tenaga manusia biasa, gue bahkan hampir kehilangan satu tulang rusuk" ucap Raka yang tengah ditatap Mita dan Seli yang terkejut mendengar kebenarannya.
Dan tentu saja bagi mereka berdua tidak mengerti bagaimana jadi Raka saat menerima serangan Aron tadi malam, dan seperti apa rasanya yang membuat Raka berfikir itu bukan tenaga manusia biasa, Sementara Rama masih tidak mau menatap Raka.
"Tapi lo dengan mudahnya nendang Aron sama kuatnya kayak tendangan dia ke gue" tidak tahan dengan Rama yang masih belum mau menatapnya Raka pun kehilangan kesabaran dan menarik kerah baju Rama membuat seisi kantin melihat ke meja mereka semua.
"Siapa lo sebenarnya?" tanya Raka menatap tajam Rama yang kali ini menatapnya dengan serius. Rama yang merasa risih dengan Raka yang menarik kerah bajunya dengan kasar pun mendorong Raka cukup keras sampai Raka melepaskan genggamannya lalu pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Eh? Rama, lo mau kemana?"
"Ck!"
***
Sementara itu di rumah Ria, Ria masih menunggu Aron yang belum bangun sejak semalam. Ria terus saja memikirkan kejadian semalam, melihat bagaimana Aron terlihat lebih mengerikan daripada saat ia menunjukkan bukti padanya dengan membunuh seekor anjing, Ria seharusnya menyadari hal itu lebih awal, kapan saja Aron bisa membunuh manusia tanpa belas kasih seperti yang ia lakukan semalam.
Walaupun ia tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya iblis di depannya ini pikirkan pada wanita semalam yang untungnya masih hidup dan berhasil selamat saat mereka membawanya ke rumah sakit.
Tentu saja karena Aron itu iblis yang ingin menghancurkan bumi, membunuh manusia tentu sudah sewajarnya untuknya. Tapi entah kenapa Ria masih berharap Kevin masih hidup di dalam sosok iblis itu, walaupun tidak bisa di pungkiri kalau ia berusaha melukai Aron hanya demi keegoisannya.
Tak lama Aron pun mulai membuka matanya, saat kesadarannya sepenuhnya pulih Aron pun dapat melihat dengan jelas orang yang ada di sampingnya, seketika Aron pun bangkit dari tidurnya dan langsung menjauh dari Ria.
"Menjauh dariku! pergi kau! aku bilang pergi!" Aron mengusir Ria dengan panik sambil melemparkan bantal dan apa saja pada Ria.
"Aron! Aron tenang gue nggak ngelakuin apa-apa, tenang Aron, tenang!" ucap Ria berusaha membujuk Aron agar tenang.
Ria pun mundur secara perlahan lalu maju untuk memastikan Aron tidak panik lagi. Aron pun akhirnya bisa lebih tenang saat melihat Ria yang mendekatinya dengan tangan diangkat arti menyerah.
Saat tiba-tiba Aron hendak muntah Ria pun langsung mengambil kantong plastik dan diberikannya pada Aron yang langsung mengambilnya.
Setelah selesai mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya Aron pun merasa lebih baik walaupun tubuhnya benar-benar dibuat lemas dengan memuntahkan semuanya tadi.
Dan itu juga adalah kali pertama ia merasakan hal menjijikan seperti itu dari tubuh manusia yang masih tak bisa ia pahami.
"Udah merasa lebih baik?" tanya Ria memastikan.
"Kau ini… seharusnya aku membunuhmu dari awal, semua ini terjadi juga karena kau" ucap Aron sambil memijat kepalanya yang sedikit pusing.
"Hah… tidak ada gunanya juga menyesal sekarang"
Ria yang seharusnya bertanya pada Aron pun kini hanya diam saja, ia sama sekali tidak bisa bertanya jika reaksi Aron akan seperti itu, apalagi dirinya juga masih diselimuti ketakutan dengan kejadian kemarin malam.
Saat tiba-tiba Aron menarik kerah baju Ria dan menjatuhkannya di atas kasur dengan satu tangan lainnya memegangi tangan kanan Ria dengan erat.
"Siapa kau sebenarnya? apa kau juga bersekongkol dengan Kara? itu sebabnya kau berusaha menikamku waktu itu?" tanya Aron dengan wajah yang memerah karena sangat marah.
"Aron sakit…"
"JAWAB!!" Aron pun membentak Ria dengan amarah yang memuncak.
"GUE CUMA PENGEN NGOMONG SAMA KEVIN!! GUE YAKIN KALO KEVIN BELUM MENINGGAL!! Berapa kali pun lo bilang Kevin udah meninggal gue masih tetep percaya sama Kevin yang udah janji ke gue!!" ucap Ria sama-sama terpancing emosi.
Aron pun akhirnya melepaskan Ria dan kembali duduk di kasurnya sambil mengusap wajahnya frustasi.
Ria hanya bisa diam melihat betapa kacaunya Aron saat ini, Ria tahu kalau Aron sebenarnya tidak ingin melukainya walaupun ia ingin, entah kenapa insting Ria yang mengatakan hal itu.
"Biarkan aku sendiri" pinta Aron kali ini dengan nada rendah.
"Tapi… A_"
"AKU BILANG PERGI!!"
***
"Dasar menyebalkan!"
Selepas kepergian Ria Aron pun merebahkan tubuhnya berharap jatuh tidur dan tidak pernah bangun lagi.
"Hahaha…!"
"Hei tunggu! awas aja ya aku akan menangkap mu!"
"Hahaha… itu kalo kamu bisa!"
Samar-samar Aron seperti mendengar seruan-seruan anak kecil yang tengah bermain, tapi… suara siapa? yah mungkin itu mimpi, karena ia ingat bagaimana ia jatuh tidur dan berharap tidak pernah bangun lagi. Ia pun perlahan membuka matanya sambil menyesuaikan cahaya matahari yang menerpa penglihatannya.
"Kejar aku kalo bisa! hahaha….!"
"Jangan jauh-jauh ya mainnya!"
"OKE!"
Perlahan-lahan Aron pun mulai melihat dengan jelas pemandangan di depannya.
"Hari ini cuacanya cerah ya, jadi rindu"
"kamu kelihatan cantik hari ini"
"Gombal!"
"Hahaha…!"
"Mau main layangan bareng papah?"
"mauuu!"
"Apa-apaan ini?!" gumam Aron melihat pemandangan di depannya, dan untuk pertama kalinya juga ia bermimpi? Atau mungkin juga bukan ia yang bermimpi.
***