Kiara merupakan seorang gadis ceria yang menikmati hidupnya dengan kerja. Ibunya sudah meninggal sekitar lima tahun yang lalu. Sedangkan ayahnya jarang dirumah dan juga jarang memberikan nafkah kepadanya semenjak ibunya meninggal. Itu sebabnya gadis itu memilih bekerja.
Namun, siapa sangka petaka dalam hidupnya dimulai!
Kiara dipaksa menikah dengan Axel Blackthron, seorang CEO dingin karena ayahnya memiliki hutang sebesar lima milyar rupiah.
Situasi semakin rumit saat Kiara mengetahui sebuah fakta bahwa pria yang akan menikah dengannya merupakan suami dari sahabatnya, Rachel.
Apa yang akan dilakukan Kiara?
Apakah ia akan menolak perintah ayahnya atau justru membiarkan dirinya menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya.
Bagaimana nasib Kiara kedepannya?
Yuk, ikuti cerita kedua Author.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Salam hangat dari author💐💐💐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
...~Happy Reading🤗💐~...
'Bagaimana bisa mereka bersahabat?'
Axel masih memikirkan kejadian tadi. Dia tidak pernah menyangka bahwa kedua istrinya itu bersahabat. Pria itu berpikir Kiara pasti sudah mengetahui bahwa dirinya suami dari sahabatnya, tapi mengapa ia menerima pernikahan ini. Bukankah di cerita Rachel, gadis itu memiliki watak yang baik.
Sepertinya Rachel telah tertipu dengan kelicikan gadis itu. Axel berpikir selama ini Kiara memanfaatkan Rachel. Dan melihat Rachel yang diperlakukan selayaknya ratu membuatnya iri dan berpikir dia akan diperlakukan seperti itu juga.
'Sungguh wanita licik, dasar serakah,'
***
Di kediaman Gregorius, nampak Lili sedang merengek ke ayahnya yang sedang fokus mengamati beberapa file di ruang kerjanya.
Gadis itu merengek ingin bertemu lagi dengan Kiara.
"Ayah, Lili mau menemui kak Kiara yah. Ayo kita kesana," ucap Lili dengan nada merengek sambil memeluk kaki ayahnya.
Felix berpura-pura tidak mendengar kata putrinya dikarenakan sudah bosan mendengar sedari tadi gadis kecil itu merengek padanya. Menurutnya, Lili nanti akan diam dengan sendirinya jika dirinya tidak merespon ucapan gadis itu.
Bukan karena apa, saat ini kepalanya cukup pusing akibat beberapa file yang salah yang dibuat karyawannya. Mau tidak mau ia sendiri yang akan turun tangan memperbaiki file itu karena itu akan dibawa besok untuk bertemu dengan Axel. Ia dan Axel sudah melakukan kerja sama sudah 3 tahun lamanya.
Awalnya perusahaannya biasa-biasa saja. Tetapi semenjak mendapatkan kontrak dan kerjasama dengan Blackthron, perusahaan itu maju drastis dan hampir setara kesuksesannya dengan Blackthron.
"Ayah jahat! aku benci ayah," ucap Lili sambil berlari keluar dari ruangan itu. Felix yang melihat itu pun memijat kedua pelipisnya yang terasa sedikit sakit.
Beberapa jam kemudian Felix selesai dengan pekerjaannya. Pria itu keluar dan mencari putrinya. Namun ia tidak menemukan putrinya itu di belakang rumah. Biasanya gadis kecil itu selalu bermain di playground yang sengaja ia rancang khusus di halaman belakang, dan juga kolam kecil yang lengkap dengan seluncuran persis waterpark di samping kolam dewasa. Itu semua ia rancang demi kenyamanan putrinya.
"Tuan, suhu tubuh non Lili sangat tinggi. Sedari tadi dia tidak berhenti menangis dan juga tidak mau makan tuan," ucap bi Inem sambil menunduk.
"Di mana dia sekarang?" tanya Felix dengan nada khawatir.
"Di kamarnya tuan," ucap bi Inem.
Felix segera bergegas menuju ke kamar Lili dengan langkah yang sangat cepat.
Felix melihat Lili dengan wajah pucat memerah dan juga bibir yang bergetar.
"Sayang, hei kamu kenapa?" tanya Felix yang ingin menyentuh kening Lili.
Namun Lili menutup wajahnya menggunakan selimut seakan enggan di pegang sama ayahnya.
"Ayah jahat, Lili tidak mau lihat ayah. Hiks...Lili mau ketemu sama kak Kiara hiks..." ucap Lili sambil menangis tersedu-sedu dibalik selimutnya.
Felix yang melihat itu menghela nafas berat. Ia heran dengan putrinya itu. Baru pertama kali ketemu dengan Kiara, tapi sepertinya putrinya itu sudah menyukai Kiara bahkan reaksinya sangat berlebihan sampai tidak mau makan dan demam akibat tidak bertemu wanita itu.
"Baiklah, ayah akan menjemput kak Kiara tapi kamu harus janji setelah itu kamu harus makan, jangan nangis lagi," ucap Felix.
Lily yang mendengar itu lansung memunculkan setengah wajahnya dengan mata yang berbinar-binar.
"Beneran yah?" tanya gadis kecil itu dengan ekspresi yang sangat menggemaskan.
"Iya, tapi sebelum itu peluk ayah dulu donk. Pipi ayah juga minta di cium nih," ucap Felix tersenyum ke arah putrinya sambil menunjukkan pipinya.
Mendengar itu Lili segera bangun dan memeluk serta mengecup pipi ayahnya itu.
"Yeay, aku sayang ayah," ucap gadis kecil itu.
Felix kemudian melepaskan pelukan itu dan segera bersiap-siap menjemput Kiara. Ia tidak habis pikir kenapa putrinya sampai demam hanya karena keinginannya bertemu dengan Kiara tidak terpenuhi.
...~~~...
Saat ini Kiara sedang berpikir untuk mencari jalan keluar dari masalahnya ini. Ia tidak mau terus-terusan terjerumus dalam masalah besar seperti ini. Cepat atau lambat, Rachel pasti akan mengetahui kebenaran itu. Dan ia tidak bisa membayangkan jika suatu saat Rachel akan mengetahui kebenarannya. Terlebih saat ini sahabatnya itu sangat antusias ingin bertemu dengan suaminya.
Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunan wanita itu. Ia pun bergegas membuka pintu.
"Halo, selamat sore," ucap seseorang setelah Kiara membuka pintunya.
"Sore, tuan Felix? ada apa ya tuan?" tanya Kiara penasaran setelah mengetahui tamunya ternyata Felix.
"Maaf mengganggu waktunya Kiara, tetapi saya butuh bantuan kamu. Lili sedang demam dan tidak ingin makan. Dia hanya ingin bertemu denganmu. Saya berharap kamu ingin dengan saya dan bertemu dengan Lili," ucap Felix berterus-terang.
Sebenarnya ia juga tidak enak kepada wanita didepannya karena merepotkannya, terlebih mereka baru sekali bertemu.
Kiara yang memang menyukai anak kecil menjadi sangat khawatir mendengar kabar itu. Dia pun menyetujui ajakan itu.
"Astaghfirullah, baiklah tuan. Tunggu sebentar saya siap-siap dulu," ucap Kiara sambil bergegas masuk ke dalam untuk bersiap-siap, semetara Felix menunggu di luar.
Mereka berdua akhirnya sampai di kediaman Felix. Kiara terpukau melihat bangunan mewah bak istana didepan matanya.
'Masya Allah, rumah aja mewah banget. Sepertinya tuan Felix bukan orang sembarangan,'
Felix kemudian mengajaknya masuk ke kamar Lili. Di sepanjang jalan menuju kamar Lili, Kiara tidak henti-hentinya mengucapkan Masya Allah didalam hatinya.
"Lili, coba lihat siapa yang ayah bawa," ucap Felix yang melihat Lili merengek tidak mau makan kepada bi Inem yang senantiasa membujuk anak majikannya itu.
Mendengar itu, Lili menoleh dan lansung berhambur memeluk Kiara.
"Yeay, kak Kiara," sorak Lili yang memeluk kaki Kiara dikarenakan Kiara yang masih berdiri.
Kiara lantas duduk untuk mensejajarkan badannya pada Lili, dan lansung disambung hangat oleh gadis kecil itu.
"Hei, kamu kenapa tidak mau makan?" tanya Kiara dengan nada lembut.
"Lili maunya makan sama kak Kiara, Kakak suapin Lili ya," perintah Lili dengan mata yang berbinar-binar.
"Lili, kamu jangan merepotkan kak Kiara donk," ucap Felix lembut.
"Sama sekali tidak merepotkan kok tuan Felix, saya dengan senang hati menyuapi anak manis ini," ucap Kiara sambil tersenyum ke arah Lili dan mencubit pelan pipi gadis kecil itu karena terlalu menggemaskan.
"Yeay, Terimakasih kak Kiara. Yuk kita makannya di halaman belakang aja," ucap Lili sambil menarik Kiara ke halaman belakang dengan ceria.
Felix melihat itu geleng-geleng kepala sekaligus heran. Ini baru pertama kalinya ia melihat putrinya seceria dan se semangat itu.
Kini waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, Lili sudah tidur nyenyak di pangkuan Kiara. Felix lewat dan tidak sengaja melihat itu, karena memang Kiara dan Lili sedang berada di sofa yang terdapat di ruang keluarga.
"Maafkan putri saya, dia pasti sangat merepotkan mu," ucap Felix dan menggendong Lili dengan hati-hati kemudian memindahkannya ke kamar putrinya itu.
"Sudah malam, sebaiknya kamu menginap di kamar Lili. Besok pagi saya akan antar pulang," ucap Felix.
"Terimakasih tawarannya tuan, tapi sebaiknya saya pulang dulu," tolak Kiara secara halus.
"Baiklah, tapi biarkan saya mengantarmu," ucap Felix.
"Maaf merepotkan anda tuan," ucap Kiara dengan sopan. Ia berpikir pasti akan bahaya kalau dia pulang sendiri.
Tak terasa mereka sudah sampai di kediaman Kiara yang baru. Felix permisi untuk pulang dan berterimakasih karena sudah mau direpotkan oleh Lili.
Dari kejauhan seseorang memerhatikan dan tersenyum sinis melihat itu.
'Murahan...'
Hai guys author kembali lagi,
Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Salam hangat dari author🤗💐💐