Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masakan modus pemikat hati.
Mentari pagi mulai membakar kulit. Selina menggeliat bangun dan tersentak melihat Febrian tak ada disampingnya. Lelaki itu sudah menghilang tanpa ia ketahui kapan perginya.
"Apa dia sudah berangkat kerja?" bias kecewa nampak di wajahnya yang merungut cemberut turun dari ranjang menuju kamar mandi.
Setelah membersihkan diri dan mengubah penampilannya agar terlihat cantik dan elegant, dia melangkah keluar kamar menuju arah dapur.
Seorang pelayan wanita bergegas lari mengejar dirinya yang asyik mengacak-acak isi kulkas.
"Maaf Nyonya, anda sedang mencari apa?" tegur pelayan wanita itu membungkuk memberi hormat.
"Oh, itu. Aku ingin membuat masakan yang enak untuk suamiku. Hari ini aku bermaksud ingin ke kantornya, mengantar makan siang." Sahut Selina tersenyum simpul.
Pelayan wanita itu tercengang, suatu hal yang tak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, Nyonya Sofie yang anggun, lembut dan manja, tidak suka menginjak dapur apalagi memasak untuk suaminya.
"Apa Nyonya tidak mau sarapan dulu?" tatapnya bingung bercampur heran.
"Tidak, aku belum lapar." Sahut Selina acuh tak acuh.
Sedari dulu dia memang tak terbiasa sarapan pagi. Rutinitasnya yang dulu sudah terbiasa beraktivitas di malam hari. Pagi hingga siang hari dia terbiasa tidur dan mengerjakan pekerjaan hariannya di sore hari. Sejak tinggal di rumah Febrian, dia kesulitan untuk mengatur kebiasaannya itu. Seperti tadi, dia bangun cukup kesiangan dan tak tahu jika suami Sofie itu sudah berangkat kerja.
"Kalau begitu, biar saya saja yang memasak Nyonya. Nanti tangan mulus Nyonya bisa lecet dan terluka." Tutur si pelayan wanita merasa khawatir.
"Tidak usah, jangan khawatir. Aku bisa melakukannya sendiri. Lagipula, aku ingin memberi kejutan spesial untuk suamiku."
"Tapi Nyonya...," Si pelayan wanita ingin mencegah namun urung.
Kekhawatiran menyelimuti wajahnya melihat sang majikan yang sedari dulu takut menyentuh pisau, mulai bekerja dengan pisau ditangannya. Dia masih ingat, setiap kali Sofie ingin makan buah, dia yang selalu melayani untuk mengupas buah, karena Sofie takut jarinya tergores pisau.
Matanya hanya membesar tak percaya melihat keahlian Sofie yang begitu lincah mengupas kentang, wortel dan bawang. Apalagi saat memotong daging menjadi beberapa bagian. Majikannya itu, bersikap layaknya tukang potong daging yang profesional.
Pelayan wanita itu tercekat.
"Tolong ambilkan aku panci untuk membuat sup." Titah Selina mengabaikan pandangan pelayan wanita itu yang seolah terpesona dengan aksinya memotong daging.
"Ini Nyonya." Pelayan wanita itu menyodorkan sebuah panci yang barusan ia ambil dengan tergopoh-gopoh.
"Tolong cuci daging dan semua sayuran ini dengan bersih." Titahnya lagi.
Pelayan wanita itu mengangguk dan mengerjakan semua yang disuruh Selina dengan cepat. Tak sampai beberapa lama, sepanci sup daging sudah selesai ia masak. Di susul beberapa menu masakan lainnya yang mengundang selera.
"Nyonya, saya tidak tahu kalau selama ini anda pintar memasak." Puji pelayan wanita itu menelan ludah melihat aneka masakan yang dimasak majikannya kini terbentang diatas meja makan.
Selina tersenyum lalu mengambil sesendok kuah sup dan memberikannya pada pelayan wanita itu.
"Cicipi dulu bumbunya. Apa rasanya, enak tidak?" Selina menatap si pelayan wanita itu penuh rasa ingin tahu.
Dia ingin mengetahui reaksi pelayan wanita itu saat mencoba masakannya.
"Eum... Enak sekali Nyonya! Tuan pasti senang bisa makan lezat hari ini. Sudah lama Tuan ingin mencicipi masakan Nyonya. Biasanya, Tuan sering tak nafsu makan, beliau juga suka lupa dan telat makan karena sibuk bekerja." Raut gembira wajah pelayan wanita itu perlahan meredup saat teringat Tuan majikannya yang tak pernah mengeluh meskipun istrinya jarang memperhatikannya.
"Mulai hari ini, kamu beritahu aku apa saja masakan yang disukai Tuan. Biar aku yang memasak untuknya." Ujar Selina terenyuh.
"Baik Nyonya, saya akan memberitahu semua kesukaan Tuan pada Nyonya. Saya harap Nyonya mau berubah, lebih perhatian dan sayang pada Tuan. Tuan pria penyabar, beliau sangat mencintai dan menyayangi Nyonya." Ungkap pelayan wanita itu memberanikan diri meluahkan isi hatinya yang sedari dulu tersimpan.
Selina terpaku. Dia baru tahu, kalau Sofie adalah istri yang kurang perhatian pada suaminya. Padahal, Febrian adalah lelaki yang sangat baik dan perhatian serta mencintai istrinya.
"Kau benar-benar beruntung Sofie. Tapi sayang, kau tidak pintar menjaga keberuntungan mu. Kali ini, aku lah yang akan menggantikanmu. Aku akan menjaga semua milikmu agar tidak direbut orang lain." Tekad Selina dalam hati.
Sepasang bola matanya memperhatikan label nama yang tersemat di bagian dada kiri pelayan wanita itu dengan seksama. 'Betty' pelayan wanita itu pasti sangat dekat dengan Febrian dan Sofie, tebak Selina dalam hati.
"Betty, tolong kamu masukkan semua masakan ini ke dalam kotak makanan. Aku mau merapikan dandanan ku sebentar. Sekalian, bantu aku taruh makanan itu keatas mobil agar aku tidak kelupaan membawanya. Aku mau buru-buru kekantor suamiku agar dia tidak telat makan siang." Perintah Selina kemudian bergegas meninggalkan pelayan wanita yang bernama Betty menuju kamarnya.
*****
BRAIN COMPANY.
Selina baru saja tiba di depan lift yang ada dilantai basement gedung perusahaan milik Febrian. Sembari menunggu lift terbuka, dia menatap tentengan plastik berisikan kotak makanan yang ia bawakan untuk Febrian sambil tersenyum penuh arti.
Sebenarnya ini hanya modus Selina saja. Selain bisa masuk kantor Febrian tanpa mengundang kecurigaan, ia juga bisa mencari tahu motif kecelakaan Sofie sekaligus memantau Brenda dan orang-orang yang ia curigai dengan mudah. Bukan cuma itu, ia juga bisa mencuri perhatian Febrian dan membuat lelaki itu memaafkan dirinya atas perbuatannya semalam.
"Hehehe... Aku memang licik." Hidungnya mengembang, tersenyum sendirian menyadari isi otaknya yang penuh akal.
TING!
Lift kemudian terbuka. Dua orang wanita cantik yang tengah asyik mengobrol di dalam lift, membuat Selina kaget dan segera melengos, menyembunyikan wajahnya. Suasana temaram di lantai basement, cukup membantu Selina agar tak terlihat jelas.
Wanita itu yang tak lain Brenda dan Karin, terlihat sangat asyik berbicara sehingga tak menyadari kehadiran Selina yang menyembunyikan dirinya di antara dua orang wanita dan seorang pria yang hendak masuk lift.
Saat Brenda dan Karin telah berlalu pergi, Selina mengurungkan niatnya untuk masuk lift. Perlahan, dia mengikuti langkah kaki Brenda dan Karin yang berjalan menuju parkiran mobil.
Sambil mengendap-endap dari balik satu mobil ke mobil yang lain, Selina terus mengikuti dan mencoba menguping pembicaraan mereka berdua yang berhenti melangkah di depan sebuah mobil sedan yang ia duga milik Karin.
"Jangan lupa Nona Brenda. Tuan Marco akan menunggu anda jam sepuluh malam nanti dalam ruangan VIP di Club Six Nine. Saya harap, anda tidak membuat Tuan Marco kecewa." Ucap Karin penuh tekanan.
"Baiklah Nona Karin, saya akan datang. Bukan Tuan Marco saja, saya juga berharap Tuan Marco tidak mengecewakan saya atas kerjasama ini." Balas Brenda dingin.
Mereka berdua saling melemparkan senyuman sinis sejenak. Karin yang sudah berada dalam mobilnya, langsung tancap gas dan melesat pergi bersama mobilnya tanpa permisi pada Brenda yang kemudian beranjak pergi kembali ke lift yang ada di lantai basement.
Selina menyembunyikan tubuhnya di balik sebuah mobil, ketika Brenda yang tak sadar telah diikuti, melewati mobil itu begitu saja tanpa curiga.
"Hmm..., sejak kapan kalian bersekongkol?" batin Selina penuh tanda tanya.
Dia baru tahu, jikalau Marco mengenal Brenda.
.
.
.
Selina udah cocok belum, jadi detektif? Kalau belum tolong bantu komen 🙃
