Bagaimana cinta tak sedalam ini,,karena hatiku sudah kuserahkan kepadamu,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neisa Krestianningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 8.
Pukul 8 malam, Bastian sudah selesai membersihkan diri lalu mendekat kearah istrinya itu.
"Ayo temani aku makan malam, kamu juga belum makan malam kan.?"
"Dari mana kamu tahu?" balas Ara.
"Dari bibi lah, apa jangan jangan kamu menunggu suamimu ini hmmm?" tanya Bastian.
"Aku memang belum makan karena belum lapar, bukan untuk menunggumu" sergah Ara.
"Baiklah ayo..sebentar aku ambilkan kursi rodamu..!"
Dan tak lama keduanya berada diruang makan. Keduanya makan dengan tenang, sesekali Ara mencuri pandang ke arah suaminya itu.
"Kenapa aku jadi grogi gini didekat Bastian " gumamnya dalam hati.
"Eh iya ra, gimana dengan mama Lena..kamu seharian ngapain saja sama mama Lena ?" tanya Bastian.
"Mama Lena itu ibu yang baik yang merawat aku sejak kecil, aku yakin kamu bisa dekat dengan mama Lena".
Mendengar itu, sontak saja Ara teringat dengan kejadian tadi pagi, mama Lena mendesaknya untuk segera berpisah.
"Ba..baik orang nya mas" bohong Ara.
"Gimana mau dekat sama mama Lena orangnya aja entah pergi kemana sejak siang, ngomong saja pas lagi ada perlunya" gerutu Ara dalam hati.
"Kenapa ra, ko mukamu kayak orang frustasi gitu" kata Bastian.
"Hhmmm tidak apa apa mas,cuma capek saja" bohong Ara.
"Ohhh kirain, , iya Ra..setelah sembuh nanti aku ingin kita mengadakan resepsi pernikahan kita,,bagaimana?".
"Ya ..a..apa,,aku rasa tidak perlu mas".
"Kenapa ?" tanya Bastian.
"Ya tidak perlu mas, kurasa kita tidak selamanya ada dipernikahan ini" jelas Ara.
"Maksudmu, kamu ingin kita berpisah gitu ?" tanya Bastian sembari menatap istrinya itu.
"Begini mas, seperti nya setelah sembuh nanti aku akan pulang kerumah kedua orangtuaku " jawab Ara.
"Aku mau kita berpisah mas, pernikahan ini hanya pernikahan sementara, tak ada rasa cinta, mungkin pilihan terbaik untuk kita mas
" ungkap isi hati Ara.
"No , aku tidak mau Ra, pada awalnya aku memang ingin bertanggung jawab kepadamu tapi lambat laun aku mulai menyukai ra, aku mencintaimu dan aku tidak ingin pernikahan ini berakhir".
"Kita tidak akan bahagia mas dengan pernikahan ini, pernikahan harusnya kedua belah pihak saling mencintai mas, dan aku sama sekali tidak mencintaimu" tegas Ara.
"Ra, bisakah kau buka hatimu untukku?" tanya Bastian dengan nada memohon.
Ara yang ditanya seperti itu pun hanya diam membisu.
Bastian tahu, bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan .
"Tak perlu kau jawab pertanyaan ku ra dan cepat selesaikan makananmu..habis itu ku antar ke kamar, perintah Bastian.
"Baik mas.." jawab Ara.
Usai menyelesaikan makan malamnya, Bastian melenggang pergi ke gazebo taman, ia menyulut sebatang rokok, sebenarnya Bastian bukan perokok tapi kadang kalanya saat ia sedang frustasi rokok lah yang menjadi pelampiasannya.
Ara makan sendirian dimeja makan dalam benaknya ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa pilihan nya ini tidak salah dan tidak akan pernah salah.
"Ya bercerai..aku masih 22 tahun aku masih muda dan perjalananku masih panjang aku harus meraih cita citaku " gumamnya dalam hati.
Disudut lantai atas berdiri seorang wanita paruh baya, siapa lagi kalau bukan Mama Lena, ia melihat dan mendengar percakapan sepasang suami istri itu.
"Akan aku buat pernikahan kalian hancur" janjinya dalam hati.
"Aku harus cepat menghubungi Soraya dan bergerak cepat", wanita itu pun berlalu kembali ke dalam kamarnya.
1 bulan berlalu
Ara sudah dinyatakan sembuh oleh dokter dan ia bisa berjalan lagi.
"Ara, selamat ya" kata Dokter Andi sambil tersenyum.
Senyum terukir dikedua sudut bibirnya tak pernah ia sangka bahwa kesembuhannya akan secepat ini.
"Aahh terima kasih Ya Allah aku sudah bisa berjalan lagi"ucapnya dalam hati.