Alfino seorang siswa SMA yang sangat rajin, ia dari keluarga sederhana dan seorang anak yatim. Ibunya pembuat kue, dan ia yang menjual kue itu di sekolah dan keliling komplek, untuk kebutuhan hidup dan bayar hutang mendiang ayahnya.
Ia sering di bully di sekolah dan di jauhi tetangga karena Almarhum ayahnya pencuri dan tukang judi. Barang jualannya juga sering rusak, sehingga tidak bisa di jual.
Hingga suatu hari, kue-kuenya di hancurkan oleh anak kepala sekolah itu, membuat ia sangat marah, tapi apa yang ia dapat? Perlakuan buruk yang ia terima. Sementara guru tidak ada yang menolongnya, mereka malah tersenyum sinis karena berpihak pada kepala sekolah. Tidak ada perlakuan adil untuknya. Ia pulang dalam keadaan terluka, dan jatuh pingsan di pinggir jalan.
Tanpa sadar, ia mendapatkan sebuah sistem, yaitu sistem Jual Beli barang, sistem yang mengubah hidupnya. Setiap ia menjual beli barang, maka akan mendapatkan hadiah menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
721
...❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️...
...happy Reading...
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...
Mereka ada yang naik ke atas meja karena geli, ada yang menyatakan jendela. Karena kecoak itu bukan hanya satu, tapi sangat banyak. Dan sebagian lagi ada yang lari keluar kelas.
Alfino tersenyum dan ia berlenggang masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya, karena ia sama sekali tidak geli dengan kecoak-kecoak itu.
"Dasar anak manja," celetuk Alfino.
Saat itu Bu Beli ingin masuk ke dalam kelas, ia melihat para murid sedang berhamburan keluar.
"Hey! Ngapain kalian di luar, cepat masuk," kata Bu Beli yang terlihat sedikit marah.
"Di dalam ada banyak kecoak Buk," kata mereka menujuk ke dalam.
Saat Buk Beli berdiri di depan pintu, kecoak-kecoak itu tidak ada seekor pun.
"Mana kecoaknya?" tanya Buk Beli sambil menekuk alisnya.
Para siswa itu bingung, karena tidak ada kecoak-kecoak itu lagi. "Lho? Kok nggak ada, tadi banyak banget lho buk," kata Siswa itu.
"Sudah Sudah, nggk ada kecoaknya lagi ayo masuk," kata Bu Beli.
Mereka masuk, tapi masih takut-takut, melihat ke kiri dan kanan takut jika tiba-tiba kecoak itu muncul lagi.
Mereka duduk di kursi masing-masing sambil menatap Gio.
"Gio, besok-besok kalau punya tas itu di periksa dong, jorok banget, masa tas aja banyak kecoaknya," celetuk siswa yang lain merasa kesal.
"Mana aku tahu banyak kecoaknya, jangan-jangan Alfino yang masukkan kecoak dalam tas ku!" tuduh Gio menujuk ke arah Alfino.
Alfino mengangkat alisnya menujuk ke arah dirinya. "Aku? Kapan aku menyentuh tas mu? bukannya tas mu terus kau bawa? Kalau menuduh orang itu harus ada buktinya lah, kalau ka menuduh seperti itu sama saja kau memfitnah orang!" kata Alfino sambil mencibir.
"Sudah sudah! kalian duduk diam, pelajar akan segera di laksanakan.
Akhirnya kelas itu sepi, para siswa mengeluarkan bukunya masing-masing ingin mengikuti pelajaran.
"Baiklah anak-anak, kerjakan pelajaran ini, yang selesai cepat dan benar akan ibu beri hadiah," kata Bu Beli.
Para siswa pun bersemangat mengerjakan tugas agar mendapatkan hadiah.
Gio, tentu saja menggunakan cara licik. Ia di belikan sebuah alat sensor, apa bila alat itu di. letakkan di soal, maka jawabannya akan keluar.
Gio pun diam-diam menggunakan alat tersebut sambil melihat ke kiri dan kanan agar tidak ada yang menyadarinya.
"Sistem, alat apa yang di pegang oleh Gio itu?" tanya Alfino penasaran.
[Itu adalah alat uang bisa mendapatkan jawaban yang benar setelah di letakkan di soal pelajaran]
Alfino melihat itu, tentu saja ia tidak akan tinggal diam.
"Sistem, poin yang di gunakan untuk mengerjai Gio masih berlaku lagi kan?" tanya Alfino.
[Masih Tuan, masih ada sisa 4 kali]
"Baiklah, aku mau alat miliknya itu rusak, dan jawabannya menyeleneh," kata Alfino tersenyum licik.
[Baik Tuan]
Ting!
Loading...
Mulai...
Selesai.
[Sisa 3x]
Gio dengan senang hati menuliskan jawabannya di bukunya, meskipun ia sendiri merasa ada sedikit kejanggalan, tapi dia percaya jika jawaban dari alat itu benar. Yang ia pikirkan saat ini cepat, benar dan dapat hadiah.
"Buk, saya sudah selesai," kata Gio mengangkat tangannya dengan senyum yang lebar.
"Wah, Gio, kamu keren banget, kami setengah saja belum selesai," puji yang lain.
"Ya dong, kan aku anak pintar," kata Gio dengan bangganya.
"Ayo Gio, maju ke depan, buku mu langsung ibu nilai," kata Bu Beli.
Dengan bangganya, Gio berjalan ke depan untuk mengantarkan bukunya, karena ia yakin 100% kalau dia akan benar semua dan dapat hadiah.
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...
